Chapter 30 - Itu Hanya Salah Paham

Yola baru keluar dari lift dan dia melihat Chloe masuk ke dalam lift dengan tatapan kosong, sebelum dia sempat memanggilnya pintu lift sudah tertutup.

Yola menggaruk kepalanya bingung.

Tak lama kemudian terdengar suara benda di lempar dari ruangan pak bos, dan sebuah raungan mematikan, Yola bergegas menuju TKP untuk melihat apa yang terjadi.

Saat melintasi mejanya Yola melihat kotak bekal teronggok di sana, eh...bukannya ini bekal penuh cinta untuk bos dari istri tersayang, kenapa ada di atas mejanya ?

Dengan inisiatif Yola meraih kotak bekal dan melanjutkan langkahnya menuju ruangan bos yang terbuka lebar, dan matanya terbelalak melihat seorang wanita cantik terduduk di atas meja dengan berurai air mata.

Yola ragu ragu masuk ke dalam ruangan untuk meletakkan kotak bekal yang dia pegang. Sementara dia masih dalam dilema antar masuk dan mengundurkan diri, pintu kamar terbuka dan pak bos menatapnya dengan mata membunuh.

"kenapa itu ada di tanganmu ?" tanya pak bos dengan sikap bermusuhan, Yola langsung gemetar dalam hati.

Dengan takut-takut Yola menjawab "ini ada di meja saya"

"lalu kemana Chloe ?" tanya Marco dengan mata menyipit.

"dia...en...tadi saya berpapasan dengannya di lift, dia....tampak syok" jelas Yola jujur.

"sial" umpat Marco sambil mengayunkan langkah lebar keluar ruangan "singkirkan 'sampah' itu dari ruanganku, dan jangan pernah biarkan dia masuk lagi ke sini, kalau tidak aku akan memecatmu tanpa pesangon"

Ancaman Marco membuat kaki Yola gemetar, dengan pelan dia mengangguk dan menjawab "baik pak"

Yola menghela nafas, 'sampah cantik' dari mana lagi yang berani memprovokasi pak bos beruang kutub.

Yola menghampiri 'sampah cantik' yang di maksud pak bos.

"mbak maaf, bisa pergi sekarang ?" tanya Yola sopan.

Ketika 'sampah cantik' mengangkat wajahnya yang sembab Yola kaget. Ternyata 'sampah cantik' itu adalah ibu Jocelyn, sepupu pak bos.

Yola sudah banyak mendengar rumor bahwa sepupu cantik pak bos telah mengejar pak bos selama bertahun-tahun, namun pak bos dengan kejam menolaknya karna statusnya sebagai sepupu, tapi sepupu cantik ini tidak pernah menyerah dia bahkan menyingkirkan para pesaingnya dengan tanpa berperikemanusiaan.

💞💞💞💞💞

Chloe bersandar di dinding lift sambil mencubit kedua alisnya. Pemandangan yang dia lihat di kantor suaminya beralih ke gambar pasangan laki-laki dan perempuan tanpa busana di atas ranjang di sebuah apartemen.

Suara erangan erotis dan suara badan beradu terngiang di telinganya.

Chloe menutup telinganya mencoba mengusir suara yang memuakkan itu, tapi serapat apa pun dia menutup telinganya suara itu tidak hilang, dan gambar pasangan yang sedang bersetubuh di atas kasur terus berputar di kepalanya.

Chloe merasakan hatinya sakit, tanpa dia sadari matanya terus mengeluarkan air mata. Dengan langkah gontai dan wajah pucat Chloe keluar dari lift. Dia memijat pelipisnya kepalanya terasa sakit sekali, sakitnya seperti kepalanya di tendang oleh kuda. Punggung Chloe mulai berkeringat dingin, dengan berpegangan pada dinding Chloe terus memaksa kakinya untuk melangkah. Saat dia sampai di pintu Coffee Shop, Chloe mendorong pintu, tepat setelah pintu terbuka dia tidak bisa lagi menahan sakit kepalanya, pandangannya menjadi gelap dan tubuhnya ambruk.

💞💞💞💞💞

Chloe membuka matanya dan mengamati sekeliling. Dia ada di rumah sakit dan Marco berbaring di sampingnya, tangannya memeluknya. Chloe mengerutkan alis berpikir, bagaimana pria ini bisa seenaknya tidur di ranjang pasien ?

Chloe melirik jendela kaca, di luar gelap, sepertinya dia pingsan sampai malam. Chloe mengingat kembali adegan di kantor Marco, dan wajahnya menjadi suram.

Pelan-pelan Chloe menyingkirkan tangan suaminya dari pinggangnya, dia berniat ke kamar mandi, namun Marco terjaga karna gerakan itu

"sayang, kamu sudah bangun ?" tanyanya dengan mata lelah.

Chloe mengabaikannya, dia turun dari ranjang "hati-hati !"Marco mengingatkan "kamu mau ke kamar mandi ? aku akan membantumu" Marco bangkit dari ranjang dan meraih lengan istrinya untuk membatunya berdiri

"lepaskan tanganmu" kata Chloe dingin

Wajah Marco langsung berubah, ini yang dia takutkan bahwa istrinya melihat apa yang di lakukan Jocelyn padanya tadi siang dan menjadi salah paham. Namun dia tidak tau bagaimana caranya menjelaskan kebenarannya pada Chloe, jadi dia melepaskan tangannya dan membiarkan istrinya berjalan ke kamar mandi.

Beberapa saat kemudian Chloe sudah kembali "sayang, apa kami lapar ? sini biar aku menyuapmu, tadi mama datang membawakannya untukmu"

"aku tidak lapar" jawab Chloe dingin, dia mengabaikan Marco dan berbaring kembali di ranjang.

Marco menatapnya dengan sedih, dia meletakkan kembali makanan yang tadi telah di pegangnya.

Marco menatap punggung istrinya lama, menunggu dia tidur, karna dia yakin istrinya tidak akan membiarkannya lagi berbaring di sampingnya.

Chloe tidak tidur, dia hanya menutup matanya. Sebenarnya dia tidak marah pada Marco, dia tau semua pasti ulah Jocelyn. Karena dia naik ke ruangan suaminya tidak lama setelah Jocelyn jadi tidak ada apa-apa yang akan terjadi selama rentang waktu yang singkat itu, dan lagi posisi saat mereka berciuman suaminya berbaring di sofa yang kemungkinan besar sedang tidur. Jadi pasti Jocelyn mencuri ciuman darinya, di tambah lagi dia tahu obsesi Jocelyn terhadap suaminya yang notabene adalah sepupunya. Dan dia mengenal suaminya dengan baik, pria itu tidak suka bersentuhan dengan orang lain, apalagi berciuman.

Tapi Chloe sengaja membuat ekspresi dingin karena dia ingin menggertaknya untuk balas dendam. Tempo hari saat ada kesalahpahaman tentang foto yang di kirim padanya, dia sudah menggertaknya tanpa ampun di tempat tidur, jadi sekarang adalah kesempatannya untuk menggertak balik dengan memberikan bahu dingin padanya, dia ingin melihat bagaimana dia akan membela dirinya, Chloe sangat menikmati ekspresi tidak berdaya suaminya ha....ha....ha...

💞💞💞💞💞

Marco mengemasi barang-barang yang akan di bawa pulang. Karna Chloe hanya pingsan dan tidak ada cidera apa pun, jadi hari ini dia sudah boleh pulang.

"kamu bisa pulang, aku akan tinggal di rumah ibu untuk sementara" kata Chloe saat mereka berjalan keluar dari lobi rumah sakit.

"aku akan mengantarmu" jawab Marco

Sepanjang jalan mereka diam, Chloe bahkan tidak pernah menoleh untuk menatap suaminya, suasana jadi benar-benar canggung.

Sampai di depan rumah Chloe membawa tas dan berjalan masuk tanpa menoleh ke belakang, Marco mengikuti dari belakang tanpa suara.

Tante Rani membuka pintu dan kaget melihat Chloe dan Marco berdiri di depan pintu.

"kalian...tumben datang jam begini ?" tidak kerja ?" tanya tante Rani heran.

"bu...untuk sementara aku tinggal di sini" kata Chloe tanpa ekspresi, sambil melangkah masuk ke dalam rumah, menenteng tasnya.

Marco menggaruk kepalanya canggung, dan mengekor di belakang istrinya.

Chloe menaiki tangga berniat pergi ke kamarnya, namun sebelum kakinya menginjak anak tangga tante Rani memanggilnya "Chloe....duduk dulu, mama mau tanya"

Dengan enggan Chloe pergi ke sofa di ruang tamu di mana suaminya telah duduk. Chloe duduk di kursi tunggal agak jauh dari tempat suaminya duduk.

Dari cara pasangan itu bersikap tante Rani bisa menebak kalau mereka sedang bertengkar, tante Rani menghela nafas.

"kalian bertengkar ?" tanya tante Rani akhirnya. Tapi pasangan itu tetap diam, sekali lagi tante Rani menghela nafas.

Marco menunduk memainkan kunci mobilnya sambil sesekali melirik Chloe dengan wajah frustasi, sikapnya mirip anak SMU yang tengah di hukum karna melakukan kesalahan.

Chloe bisa merasakan lirikan suaminya, tapi dia menahan diri untuk melotot ke arahnya.

Untuk beberapa saat ruang tamu menjadi hening, tante Rani menatap bergantian antara Chloe dam Marco "baiklah, karna tidak ada di antara kalian yang berniat untuk bicara lebih baik menyiapkan makan siang untuk kalian" kata tante Rani sambil berdiri dari duduknya.

Setelah tante Rani pergi Chloe berniat untuk menyusulnya, namun Marco meraih tangannya "Chloe...ku rasa ada hal yang harus ku jelaskan" kata Marco, Chloe membiarkan tangannya di pegang oleh suaminya, tapi dia tida berbalik "Chloe...tolong lihat aku" Marco memutar badan istrinya dengan lembut, Chloe menundukkan kepalanya, dia menghindari kontak mata dengan suaminya. "Chloe...kemarin hanya salah paham, 'sampah' itu mencuri bibirku waktu aku tertidur, aku tidak melakukan apa-apa padanya, bahkan setelah itu aku menggosok gigiku dan berkumur puluhan kali, jadi tolong berhenti marah"

Mendengar penjelasan suaminya, Chloe menggigit bibirnya, Akhirnya dia tidak bisa menahannya lagi. Menepis tangan suaminya kemudian Chloe berlari menaiki tangga dan membanting pintu kamarnya.

Chloe melompat ke atas tempat tidur, mengambil bantal dan menutup mukanya dengan bantal, lalu dia mulai tertawa terbahak-bahak.

Ekspresi Marco ketika meminta maaf membuatnya tidak bisa menahan tawa, di tambah lagi saat Marco menyebut Jocelyn 'sampah', lalu ketika dia mengatakan Jocelyn 'mencuri bibirnya'. kata-kata itu terngiang di telinganya dan membuatnya berguling-guling penuh tawa.

Untung bantal di mukanya berhasil meredam suara tawanya, kalau tidak sandiwaranya akan terbongkar, dan dia tidak berani membayangkan balasan apa yang akan di berikan Marco padanya.