Chapter 29 - Tidak Boleh Naik Ojol

"jadi kamu ikut jemput nenek di rumah sakit ?" tanya Marco sambil menikmati sarapan

Chloe menggeleng "tidak, om Caleb yang jemput dan membawanya ke rumahnya, lagian kakek juga masih marah padaku" jelas Chloe sambil tersenyum.

Marco mengamati istrinya "kamu senang kalau di marahi sama kakek ?" tanya Marco heran

"he...he...he....kemarin kakek marah karna kehilangan uang Rp. 10 juta" jawab Chloe dengan senyum lebar

"kamu senang kakek kehilangan uang ?" tanya Marco heran

Chloe mengangguk bahagia "uangnya masuk ke rekeningku"

Marco mengerutkan keningnya "kamu mencuri uang kakek ?"

Chloe melotot tidak senang dengan tuduhan suaminya "tidak, kakek kalah taruhan denganku" jelasnya.

"taruhan apa ?" tanya Marco penasaran

"ada deh" Jawab Chloe misterius "makanya aku berniat masak makan siang buat teman toko, jadi aku mau ke pasar dulu, nanti siang aku berangkat kerja sekalian bawa makanan"

"kamu ke pasar naik apa ?"

"ojol"

"tidak boleh ! kamu bawa mobil di garasi"

"gak mau, macet"

"kalau begitu naik grab, pokoknya tidak boleh naik ojol"

"kenapa ?" tanya Chloe heran

"kenapa ? kalau naik ojol kamu bakal peluk-peluk drivernya" jelas Marco ketus.

Chloe meringis, wk....wk ....wk...mas bojo kamu bau asap, batin Chloe sambil terkikik geli.

"janji tidak boleh naik ojol, dengar ?"

"hmmm..." Chloe hanya bergumam, dia enggan untuk berjanji, karna pulang dari pasar dia sudah berencana naik ojol, toh dia gak bakalan tau.

"Chloe.....janji ?" Marco kembali mengingatkan

"hmmm....."

"Chloe jawab yang bener"

"hmmm....." Jawab Chloe keras kepala.

Marco beranjak dari tempat duduknya "hah...kamu mau apa ?" tanya Chloe was-was

Marco mengangkat sebelah alisnya "cuci piring, kenapa ?"

"tinggalkan di situ, biar aku yang cuci" jawab Chloe lega, lalu melanjutkan menyuap makanan ke mulutnya. Marco berjalan meninggalkan ruang makan.

Chloe mencuci piring, tiba-tiba tangan besar melingkari perutnya, dan suara bariton berbisik di telinganya penuh ancaman "ingat janjimu, kalau sampai aku tau kamu naik ojol, aku akan menghukummu tanpa ampun" bulu kuduk Chloe langsung berdiri.

💞💞💞💞💞

Jocelyn merasa sebal karna Marco tidak mau terlibat dalam persiapan ulang tahun perusahaan, padahal dengan berbagai cara dia telah merayu papanya dan om Suri untuk membuat Marco bisa terlibat. Sebab hanya dengan cara ini Marco akan sering datang ke Pt. Maju Jaya, tapi dia tidak memprediksi kalau Marco akan membawa perempuan sialan itu datang dalam rapat, dan yang paling membuatnya geram ternyata perempuan itu punya saham 15% dalam perusahaan.

Pagi ini setelah menyelesaikan urusan di kantor, dia keluar mengelilingi kota tanpa tujuan, dia merasa frustasi karna ancaman Marco tempo hari. Dia merasa sakit hati, bukan karna ancaman tapi karna perhatian Marco pada perempuan sialan itu.

Dengan pikiran kusut akhirnya tanpa sadar Jocelyn masuk ke pelataran parkir kantor Marco. Setelah berdiam diri di dalam mobil hampir setengah jam, akhirnya dia keluar dan berjalan melewati Coffee Shop dan naik ke lantai teratas.

Keluar dari lift dia melihat bahwa ruangan sekretaris tampak kosong, sepertinya mereka sedang istirahat makan siang. Jocelyn langsung berjalan menuju ruangan Marco.

Tanpa mengetuk Jocelyn membuka pintu dan melihat Marco tengah berbaring di sofa memejamkan mata, sepertinya dia tidur.

Dengan langkah pelan, takut membuat suara dengan sepatu hak tingginya Jocelyn berjalan menghampiri Marco yang tengah tidur.

Setelah sampai di sisi sofa Jocelyn jongkok dan mengamati wajah tampan Marco.

Wajah inilah yang telah membuatnya tergila-gila selama bertahun-tahun, wajah yang setiap kali dia memandangnya membuat hatinya berdebar-debar. Wajah yang setiap hari muncul di dalam mimpinya sejak dia mengenal kata cinta, wajah yang membuatnya jatuh cinta setengah mati.

Tangan lentik Jocelyn terulur, membelai sisi wajah Marco, jarinya menelusuri rahang kokohnya, lalu hidung mancungnya yang terpahat sempurna dan membelai bibirnya yang dingin. Dalam setiap mimpinya Jocelyn telah ribuan kali mencium bibir ini, dan sekarang dia mendapatkan kesempatan untuk menyentuhnya.

Pelan-pelan Jocelyn menurunkan kepalanya dan menyapu ringan bibir dingin Marco dengan bibirnya. Sensasi ketika bibirnya menyentuh bibir Marco membuat jantungnya melonjak dan berdetak lebih cepat.

Setelah Jocelyn menarik bibirnya dia melihat Marco masih memejamkan matanya namun dia tersenyum tipis, seakan dia puas dengan ciumannya barusan.

Jantung Jocelyn berdebar makin kencang, dia yakin dari senyuman itu bahwa Marco juga memiliki perasaan terhadapnya. Sekali lagi Jocelyn menurunkan kepalanya dan menempelkan bibirnya pada bibir Marco, namun kali ini dia juga menggunakan lidahnya untuk membelai bibir Marco. Dan yang membuatnya terkejut Marco membalas ciumannya. Hati Jocelyn berbunga-bunga, dia memperdalam ciumannya.

Jocelyn memejamkan matanya menikmati rasa bibir Marco yang telah menghantui mimpinya. Tangan Marco meraih pinggangnya, membawanya ke dalam pelukannya.

Jocelyn seakan terbang ke awan, perasaan ini membuatnya bahagia. Marco kamu tidak bisa mengelak bahwa kamu tidak mencintaiku, alam bawah sadarmu menunjukkan bahwa kamu mencintaiku, batin Jocelyn. Hatinya membuncah karna bahagia.

🙀🙀🙀🙀🙀

Chloe keluar dari toko dan melihat seseorang yang familiar melintas di samping Coffee Shop, bukankah itu Jocelyn ? batin Chloe.

Dengan langkah santai dia mengikuti Jocelyn di belakangnya sambil menenteng bekal makan siang untuk suaminya.

Chloe melihat Jocelyn memasuki lift, Chloe mengerutkan alisnya, apakah Jocelyn menuju kantor Marco ?, Chloe mengangkat kedua bahunya acuh. Bisa jadi Jocelyn memang menuju ke sana, mungkin dia ingin membicarakan masalah ulang tahun perusahaan dengannya, atau mungkin sekedar ingin melihat Marco. Mengingat bagaimana obsesi Jocelyn terhadap suaminya, bisa jadi keduanya menjadi alasannya, dia mau membahas tentang ulang tahun perusahaan sekalian sebagai alasan untuk bertemu dengan suaminya.

Setelah lift khusus yang langsung ke lantai ruangan Marco, yang di masuki Jocelyn tertutup dan bergerak naik, Chloe juga masuk ke dalam lift di sebelahnya, lift karyawan. Berhubung sekarang jam makan siang di dalam lift yang di masuki Chloe hanya ada tiga orang di dalamnya, dan itu pun bukan karyawan suaminya, mereka adalah karyawan dari perusahaan lain yang menyewa gedung milik Marco. Karna lift yang dia masuki bukan lift khusus jadi Chloe harus berpindah lift saat sampai di lantai perusahaan suaminya.

Akhirnya Chloe sampai di lantai teratas lebih lambat lima menit dari Jocelyn.

Chloe keluar dari lift tanpa menimbulkan suara, langkah kakinya ringan karna latihan yang di berikan ayahnya sejak kecil.

Ketika Chloe sampai di ruangan Marco, dia melihat pintu tidak tertutup rapat. Pelan-pelan Chloe mendorong pintu dengan niat menggoda Marco, namun saat pintu terbuka dia melihat pemandangan yang membuat pikirannya langsung kosong.

Dengan langkah gontai Chloe meninggalkan ruangan suaminya, dia meletakkan bekal yang dia bawa di atas meja kerja Yola, dan dia berjalan ke dalam lift dengan pikiran kosong.

💔💔💔💔💔

Mata Marco terasa lelah setelah berkutat dengan komputer selama berjam-jam, sesekali dia memeriksa waktu. Akhirnya Marco menyerah dan mengistirahatkan matanya, dia berbaring di sofa memejamkan mata sambil menunggu istri mungilnya datang membawa bekal makan siang. Hati Marco terasa hangat setiap kali mengingat istrinya, dan itu membuatnya ingin segera bertemu dengan istrinya.

He.....he.....he.....ternyata begini rasanya jatuh cinta, bawaannya pengen ketemu terus, padahal baru juga tadi pagi mereka berpisah, tapi dia sudah merindukannya. Dengan pikiran penuh dengan istrinya akhirnya Marco terlelap.

Dalam mimpinya istri mungilnya menghampirinya dan menggodanya dengan bibirnya. Marco tersenyum puas, ini pertama kalinya Chloe mengambil inisiatif untuk menciumnya.

Marco merasa sedikit kecewa saat Chloe hanya menyapu ringan bibirnya, he.....he.....dia mau menggoda rupanya, kekeh Marco.

Tak lama kemudian bibir istrinya datang lagi, dan kali ini dia bukan sekedar menempelkan bibir tapi menggoda bibirnya dengan lidahnya. Tentu Marco tidak akan melepaskan momen ini, dia membalas ciuman istrinya dan meraih pinggangnya, menariknya ke dalam pelukannya untuk memperdalam ciumannya.

Di tengah-tengah ciuman Marco berhenti, kenapa rasa bibir istrinya terasa berbeda hari ini, dan dia juga mencium bau parfum. Marco melepaskan bibirnya dan mengendus telinga istrinya, aroma parfum semakin tajam, sejak kapan Chloe memakai parfum, dia suka aroma kopi yang melekat pada istrinya. Aroma parfum ini terasa menganggu pikirannya, seakan mengkonfirmasi bahwa ada sesuatu yang salah, spontan Marco membuka mata. Mata Marco berubah dingin saat mendapati bahwa wajah yang ada di atasnya bukan Chloe tapi Jocelyn. Dengan kasar Marco mendorong Jocelyn sampai dia terlempar di atas meja.

BRAKKK....

Marco mengelap bibirnya dengan punggung tangannya seakan ingin menghapus jejak bibir Jocelyn yang telah menempel di bibirnya.

"bangsat.....apa yang kamu lakukan ?" geram Marco, sorot matanya seperti sebilah pedang terhunus

"aku...aku...."Jocelyn tergagap sambil menahan sakit akibat terlempar di atas meja, dia masih bingung oleh ciuman barusan.

"pergi !" usir Marco "dan jangan pernah muncul lagi di depanku" kata Marco sambil berjalan menuju kamar untuk berkumur, meninggalkan Jocelyn yang masih duduk di atas meja dengan mata berkaca-kaca.