Chereads / TERJEBAK CINTA MASA LALU / Chapter 10 - RASA CINTA MASIH ADA

Chapter 10 - RASA CINTA MASIH ADA

"Aku tahu semuanya, kamu mengorbankan cintaku dan cintamu demi kebahagiaan Zenita. Tapi yang kamu lakukan tidaklah benar Luna." ucap Alvaro yang tiba-tiba sudah membuka matanya.

"Kamu! kamu sudah sadar Al? syukurlah kamu tidak kenapa-kenapa. Kamu demam Al." ucap Luna seraya memegang kening Alvaro.

"Aku tidak apa-apa, hanya terlalu lelah saja, aku akan kembali kerja." ucap Alvaro berusaha bangun dari tidurnya untuk segera pulang dan kembali kerja.

"Alva, jangan keras kepala. Istirahatlah dulu di sini." ucap Luna dengan tatapan cemas.

Alvaro menatap penuh wajah Luna, wajah yang sudah dua tahun dirindukannya.

"Apa kamu masih mencemaskan aku Lun?" tanya Alvaro dengan suara tercekat.

"Aku... mencemaskanmu karena kamu sahabatku dan kekasih Zenita." ucap Luna tidak ingin Alvaro mengetahui perasaannya.

"Hem... seharusnya aku tahu itu." ucap Alvaro berjalan sedikit terhuyung ke arah pintu, namun tangan Luna menahan lengannya.

"Alvaro... Please, istirahatlah. Aku tidak ingin kamu pingsan di luar sana." ucap Luna dengan tatapan sangat dalam.

"Terima kasih, kamu jangan kuatirkan aku. Aku akan baik-baik saja." ucap Alvaro masih keras kepala seraya melepas pegangan tangan Luna kemudian membuka pintu. Namun sayang tubuh Alvaro sudah teramat lelah hingga sudah tidak bisa menahannya lagi.

"Alvaro!!!" teriak Luna dengan memeluk Alvaro yang sudah pingsan lagi.

"Kamu masih sangat keras kepala, untung saja aku masih bisa menangkapmu." ucap Luna seraya memapah Alvaro ke tempat tidur dan membaringkannya kembali.

Dengan penuh perhatian Luna mengusap punggung tangan Alvaro agar merasa hangat.

Cukup lama Luna menunggu Alvaro sadar dari pingsannya.

Tidak lama kemudian perlahan Alvaro membuka matanya dan melihat Luna duduk di sampingnya sambil mengusap punggung tangannya.

"Kamu masih di sini Lun?" tanya Alvaro sambil memegang kepalanya.

"Hem... bagaimana aku bisa pergi, kalau kamu pingsan lagi? kamu masih keras kepala seperti dulu." ucap Luna dengan tersenyum kemudian bangun dari duduknya setelah mengetahui Alvaro sudah sadar.

"Kamu mau kemana?" tanya Alvaro dengan tatapan tak lepas dari wajah Luna.

"Aku mau membuat makanan. Apa kamu tidak lapar? aku sangat lapar. Sejak aku datang aku belum makan sekali." ucap Luna sambil mengusap perutnya.

"Aku juga lapar, apa kamu mau membuat makanan untukku juga?" tanya Alvaro sambil memicingkan matanya.

Luna tersenyum dengan tatapan seperti beberapa tahun yang lalu saat masih bersama Alvaro.

Hati Alvaro bergetar melihat senyuman itu.

"Apa kamu masih tetap berdiri di situ Luna?" tanya Alvaro dengan sebuah senyuman.

Dengan wajah memerah Luna segera berlalu keluar dari kamar Zenita.

Alvaro bangun dari tidurnya dan turun dari tempat tidur untuk memeriksa kamar Zenita mencari sesuatu yang mungkin bisa menjadi bukti kuat untuk menangkap orang yang telah membunuh Zenita.

Tiba-tiba Alvaro teringat dengan ponsel Zenita.

"Kenapa aku tidak mengingat ponsel Zenita? bisa saja dari ponsel Zenita aku bisa menemukan sesuatu. Sebelum aku datang ke Apartemen Zenita dia sempat menghubungiku? aku harus kembali ke Apartemen Zenita." ucap Alvaro tanpa memperdulikan tubuhnya yang masih lemas bergegas keluar kamar bersamaan dengan Luna yang datang dengan membawa satu piring makanan kesukaan Alvaro.

"Al, kamu mau ke mana?" tanya Luna dengan kening berkerut.

"Aku mau pergi sebentar." ucap Alvaro sambil menghubungi Damian untuk ikut dengannya.

"Tapi Alva?? bagaimana dengan makananmu ini?" tanya Luna sambil melihat ke makanan yang di bawa dan beralih menatap Alvaro.

"Nanti saja! aku harus pergi sebelum barang bukti itu hilang." ucap Alvaro sambil bicara dengan Damian menuruni anak tangga untuk segera pergi ke Apartemen Zenita.

Alvaro menutup panggilannya saat melihat Damian sudah di dalam mobil menunggu kedatangannya.

"Apa kamu yakin ponsel Zenita masih ada di sana? aku rasa pembunuh itu sudah tidak ada di sana. Karena tidak mungkin juga pembunuh itu bodoh meninggalkan jejak yang bisa menemukannya." ucap Damian sambil menjalankan mobilnya ke arah Apartemen Zenita.

"Pembunuh itu sudah bodoh karena sudah meninggalkan beberapa bukti yang mengarah padanya." ucap Alvaro saat menemukan kancing jaket juga sebuah testpack begitu saja.

Damian terdiam membenarkan apa yang di katakan Alvaro.

Sambil melihat arah depan Alvaro mencoba menghubungi ponsel Zenita siapa tahu Zenita sudah menyalakan ponselnya kembali setelah terakhir kali dia menghubungi Zenita dalam keadaan tidak aktif.

"Drrrt... Drrrt...Drrrt"

"Damian, kamu dengar?!! ponsel Zenita masih aktif. Aku yakin ponsel Zenita masih ada di apartemennya. Kalau ponsel itu ada di tangan pembunuh itu pasti sudah tidak aktif lagi." ucap Alvaro merasa beruntung kali ini masih ada harapan besar untuk mendapatkan bukti yang lebih kuat lagi.

"Baguslah!! semoga saja kita bisa menemukannya lebih dulu. Karena bisa saja mereka berpikir hal yang sama dengan kita." ucap Damian sambil menambah kecepatan mobilnya.

Tiba di apartemen Zenita, tanpa sengaja Alvaro melihat ke jendela atas tepat di tempat Apartemen Zenita. Alvaro melihat sekerlip cahaya di dalam kamar Zenita dan itu membuat Alvaro semakin curiga.

"Damian!! Apa yang kamu pikirkan sepertinya benar ada seseorang yang datang mendahului kita. Kita harus cepat kesana dan menangkapnya!" ucap Alvaro bergegas keluar dari mobil dan berlari ke dalam apartemen Zenita di ikuti Damian..

Dengan senjata api di tangannya, Alvaro dan Damian mengendap-endap masuk ke dalam apartemen Zenita dan membuka pintu kamar Zenita bersamaan orang yang di curigai Alvaro berusaha keluar melewati balkon jendela kamar Zenita.

Bergegas Alvaro melepas tembakan tepat di salah satu kaki penyusup.

"Diam di tempat!! jangan lari!!" teriak Alvaro pada penyusup setelah yakin tembakannya mengenai kakinya. Namun Alvaro dan Damian sangat terkejut saat melihat penyusup itu melepaskan tembakan ke arahnya beberapa kali hingga pelurunya habis.

Damian dan Alvaro membalas tembakan sebagai peringatan. Alvaro ingin menangkap penyusup itu dalam keadaan hidup.

Namun sungguh sayang, penyusup itu dengan nekat menghabisi nyawanya sendiri dengan meloncat ke bawah dari atas balkon jendela kamar Zenita dengan ketinggian yang cukup tinggi dengan lantai bawah.

Penyusup itu tergeletak di tanah di halaman depan Hotel dengan kepala yang sudah hancur.

Melihat hal itu Alvaro dan Damian berlari turun dengan menggunakan lift hotel. Tanpa mendapat perintah dari Alvaro, Damian memanggil tim polisi juga tim medis yang bekerja sama dengan pihak kepolisian.

"Alvaro, sebaiknya kamu pergi ke Apartemen Zenita dan segera temukan ponsel itu. biar aku yang mengurusi penyusup ini." ucap Damian tidak ingin memberikan kesempatan untuk polisi lain yang menyelidiki Apartemen Zenita.

Alvaro menganggukkan kepalanya kemudian bergegas pergi ke Apartemen Zenita untuk mencari ponsel Zenita yang bisa saja ada bukti-bukti di sana.

Di dalam kamar Zenita, segera Alvaro menghubungi ponsel Zenita agar dia mengetahui di mana ponsel Zenita berada.

"Sialan!! kenapa ponselnya tidak aktif lagi?!! bedebah siapa yang telah menemukan ponsel Zenita?" tanya Alvaro dengan wajah mengeras.