Chereads / Dunia Lain / Chapter 3 - Pedang Ganda

Chapter 3 - Pedang Ganda

30 hari sebelum bulan purnama tiba, Rei memikirkan satu hal untuk mencoba sebelumnya tetapi karena setiap hari dia selalu berlatih dia lupa akan hal itu. Di toko pandai besi dia memesan pedang yang ringan untuk di pakainya saat waktunya telah tiba.

Rei memesan. "Pak, tolong buatkan saya pedang seperti ini untuk berjaga-jaga"

Pandai Besi. "Baiklah, Akan aku usahakan secepatnya jadi"

Rei mengambil uangnya. " Ini uangnya pak, ambil saja kembaliannya. Dan terima kasih atas kerja samanya."

Pandai Besi. "Oke... Terima Kasih kembali."

Rei meninggalkan tempat itu dan menuju ke lapangan untuk latihan kembali.

Sesampainya di lapangan Rei melihat Sei dan Miya sedang istirahat setelah latihan yang begitu lama.

"Hei, Rei cepat kemari aku ingin bicara dengamu!" Sei Dengan melambaikan tangan.

"Baiklah, aku segera kesana" Rei menuruni tangga.

"Bagaimana ini kita latihan belum ada perkembangan sama sekali?" Miya terlihat resah.

"Kamu sudah menghafal sihir berapa kalimat Miya?" Rei bertanya dengan canggung.

"Baru 20 kalimat yang penting!" Miya dengan tenang.

"Apa? 20 kalimat katamu?" Sei kanget.

"Ya, itu lah Miya dia cepat menghafal kalimat-kalimat yang dia baca!" Penjelasan Rei dengan senyum.

Tak lama berbincang-bincang Gwen datang ingin melihat bagaimana perkembangan mereka saat di lapangan.

"Bagaimana perkembanganya hari ini?" Gwen lari sembari melambaikan tanganya.

"Tak ada perkembangan hari ini" Sei sangat kecewa.

"Tenang saja besok akan ku tunjukan yang lebih dari ini." Dengan sombongnya Rei karena memiliki kejutan besok.

"Baiklah, sekarang kita makan siang terlebih dahulu saja." Gwen membuka bekal yang di bawanya.

Mereka makan bersama dengan canda-tawa dengan tenang. Hari mulai sore Rei pamit untuk ke toko besi tetapi Rei tidak mengabari jika dia akan ke toko besi melainkan ke toko tanaman untuk membeli bahan obat-obatan nanti.

Rei berlari sekuat tenaga agar cepat samapai di toko tersebut.

"Selamat Datang!" Pandai Besi memberi sapa saat Rei membuka pintu toko.

"Bagaimana perkembangannya Pak?" Tanya Rei.

"Aku baru menyelesaikan 1 pedang saja, mungkin besok pagi akan selesai!" Pandai Besi dengan menunjukan pedang yang sudah jadi.

"Aku coba sebentar" Rei memegang pedangnya dan mencoba dengan tehnik pedang yang dia bisa.

"Pedang ini sangat ringan sekali, aku suka!" Rei sangat bangga dan memberi uang kepada Pandai Besi untuk bonus pekerjaannya yang bagus.

"Terima Kasih, untuk bonusnya. Aku terima."

Pandai Besi mengambil uang tersebut.

"Tak masalah, aku akan menjadi pelanggan setiamu!" Dengan tersenyum Rei meninggalkan toko.

"Oke, aku sangat senang mendengarnya." Dengan melambaikan tangan.

Di tengah perjalanam Rei mampir untuk membeli bahan untuk membuat obat-obatan dan membawanya pulang ke rumah.

Sesampai di rumah Sei, Miya, dan Gwen menunggu Rei untuk makan malam bersama.

"Aku pulang." Rei membuka pintu.

"Selamat datang" Sei, Miya, dan Gwen menjawab Rei.

"Maaf aku telat pulang." Rei menggaruk kepalanya dengan sedikit tertawa.

"Tak apa, ayo cepat duduk kita makan, lihat Miya sudah menahan lapar daritadi!" Tangan Gwen nemujuk ke Miya yang menahan lapar.

"Gwen, Cepat sajikan nasinya aku sudah lapar, ini semua gara-gara kau Rei datang terlambat, kau tau sendiri kan kalau aku sudah lapar seperti apa?" Miya memarahi Rei dengan keras.

"Maaf Miya tadi saat membeli bahan obat aku membantu pemilik toko untuk membersihkan tokonya." Dengan tersenyum Rei berbohong kepada Miya.

"Sudah-sudah sekarang kita makan." Sei memberhentikan pertengkaran mereka.

Gwen memberikan nasi untuk mereka bertiga, dan mereka berempat makan bersama seperti keluarga yang bahagia.

Keesokan harinya Rei bangun sangat pagi untuk menemui Pandai Besi untuk mengambil pedang yang dia pesan kemarin.

Sesampai di toko, Rei membuka pintu.

"Selamat datang anak muda." Sapaan dari Pandai Besi.

"Yo... Bagaimana perkembangannya?" Rei langsung membawakan uang.

"Tenang satu set sudah jadi dan sangat bagus!" Langsung menujukan pedang yang di pesan oleh Rei.

"Wow... Tidak bisa di ragukan lagi ini sangat bagus akan aku coba sekarang!!" Rei memegang pedang tersebut dengan kedua tanganya dan mencoba pedang tersebut dengan tehnik yang dia bisa.

"Bagaimana?" Pandai Besi menanyakan.

"Wow... Ini tidak main-main rasanya ringan sekali untuk di pegang dan di ayunkan" Rei kagum dengan buatan Pandai Besi.

"Ini untuk sarung pedangnya." Pandai Besi mengeluarkannya.

"Oh... Terima kasih, Ini tambahan uang untukmu" dengan mengeluarkan kantong berisi sekitar 5.000 ERC.

"Tak usah sebanyak ini aku ambil segini saja sudah cukup" Pandai Besi mengambil 500 ERC dan mengembalikan kantong milik Rei.

"Baiklah, aku bawa pulang ini ya, kapan-kapan aku ke sini lagi lihat saja!" Rei mengambil kantongnya dan keluar dari toko.

Rei berlari menuju ke lapangan untuk memberitahukan ke Sei dan Miya bahwa dia membuat pedang baru yang lebih bagus.

Di tengah perjalanan Rei Bertemu dengan Gwen yang sedang menuju lapangan membawakan bekal untuk mereka bertiga.

"Hai Gwen, ingin ke lapangan?" Rei lari sembari melambaikan tangan.

"Oh... Rei, iya ini aku membawakan bekal untuk kalian. Apa yang kau bawa itu?" Tanya Gwen sedikit bingung.

"Oh... Ini pedang baru aku dan akan aku buat latihan hari ini, bagaimana menurutmu? Bagus tidak?" Rei menujukan pedangnya yang di bawa dengan satu tangan kirinya.

"Wow itu sangat keren ukiran dari sarung pedangnya pun aku suka, Kau buat di mana ini? Aku baru tahu ada toko yang bisa membuat pedang seperti ini!" Gwen kagum sekali saat melihat pedang tersebut.

"Aku membuatnya di dekat toko tanaman yang biasa aku beli untuk obat-obatan, apa kamu tidak tau? Wajar sih... Aku baru tahu beberapa hari yang lalu juga, tempatnya di belakang toko bunga ada sebuah gang kecil, aku bertanya kepada penduduk Kota bahwa di sana sangat bagus, jadi aku memeriksanya dan ternyata itu benar!" Rei sedikit menjelaskan kepada Gwen di mana letaknya.

"Aku kira toko itu sudah tutup. Ternyata masih buka ya?" Gwen sedikit tidak tau.

"Mungkin saja dia sudah tutup, tetapi dia masih menyimpan barang-barang yang bagus di tokonya, mungkin Miya dan Sei akan aku aj mereka ke sana nanti sore." Rei sangat senang sekali saat menjelaskannya.

"Baiklah, aku juga akan ikut nanti." Gwen tersenyum melihat Rei.

Mereka melanjutkan perjalanannya menuju lapangan untuk bertemu dengan Sei dan Miya.

Sesampainya di lapangan Rei dan Gwen menyapa mereka "Hai... Bagaimana perkembananya?" Teriak Rei dengan kencang.

"Sangat baik, aku sudah berlatih dengan sihir milik Miya dan pertahananku menjadi kuat!" Teriak kembali oleh Sei.

"Bagus kalo begitu aku segera turun" Rei dan Gwen turun untuk menghampiri mereka.

Sesampai di bawah "Pedang apa itu Rei?" Tanya Miya bingung.

"Oh... Ini pedang ganda yang aku buat di belakang toko bunga." Sambil menujukan kedua pedang tersebut.

"Di belakang toko bunga? Bukankah di situ sudah tutup?" Sei bertanya dengan bingung.

"Kemungkinan sudah tutup tetapi dia masih menerima pelanggan untuk di buatkan pedang atau semacamnya." Rei menjelaskan.

"Aku akan menujukannya nanti setelah latihan kita selesai, bagaimana?" Rei mengajak Sei dan Miya.

"Baiklah, aku juga agak tertarik untuk ke sana!" Miya menjawabnya

"Baiklah aku ikut." Sei dengan semangat.

"Mari kita makan dulu, lalu latihan sejenak." Gwen duduk dan membuka bekal untuk mereka.

Sore telah berlanjut mereka berlatih keras Rei yang menggunakan pedang ganda dia berlatih dengan Sei untuk di lawan. Mereka berdua semangat sekali dan imbang satu sama lain.

Malam telah tiba mereka selesai dan menuju ke Toko Pandai Besi untuk melihat-lihat, Bagaimana ke adaan toko tersebut saat malam hari.