Mereka berempat menuju ke toko pandai besi untuk melihat bagaimana perkembangan kota tersebut.
"Selamat datang" Pandai besi menyapa.
"Selamat Malam" Mereka menyapa pandai besi seksama.
"Hey nak, kau bawa pelanggan kemari ternyata!?" Pandai besi senang melihatnya.
"Ya... Begitulah mereka penasaran dengan toko ini jadi aku ajak mereka sekalian." Dengan berlagak sombong Rei menjawab.
"Paman, sudah berapa lama toko ini buka? Kata warga toko di sini sudah tutup begitu lama!" Sei menghampirinya.
"Toko ini tidak pernah tutup, saya tutup saat jam tidur saja, mungkin karena toko ini sudah jarang di ketahui warga jadi rumor itupun beredar." Pandai Besi sibuk membersihkan barangnya.
"Paman, tolong beri aku tameng yang lebih dari ini bisa ? atau kau buatkan temeng untuk ku akan ku bayar nanti." Sei meminta untuk di buatkan tameng untuk dirinya.
"Boleh saja, Mungkin butuh waktu 2- 3 hari untuk menyelesaikannya." Pandai besi berdiri dan mengeluarkan beberapa pedang dan tongkat sihir.
"Baiklah, besok akan ku bawakan uangnya!" Tersenyum mendengar kabar tersebut.
"Anu... Apa ini tongkat sihir ?" Miya dengan malu bertanya kepada pandai besi.
"Iya... itu adalah tongkat besi yang ku buat kemarin, jika ingin aku beri diskon 20% untukmu ?!" Pandai besi mengambilkan tongkat sihir tersebut.
"Wah... benarkah ? kalo boleh berapa harganya?" Miya sangat gembira sekali saat memegang tongkat tersebut.
" aku beri 5.500 ERC saja itu sudah termasuk diskon, bagaimana setuju?" dengan menjulurkan tangannya pandai besi untuk bersalaman.
"Baiklah... besok akan ku bawakan uangnya kemari." membalas salam dari tangan pandai besi.
"Kita pulang dulu besok akan ke sini lagi!" Rei dan teman-temannya pulang.
"Baiklah, hati-hati di jalan" Sembari membersihkan tokonya.
Malam hari, mereka sudah sampai di rumah dan merundingkan tentang strategi untuk melawan monster-monster saat bulan purnama nanti.
"Hei, Rei apakah kau akan menggunakan pedang ganda itu nanti ?" Sei sedikit terkesan.
"Ya, aku akan menggunakan ini saat keadaan terdesak saja dan aku akan tetap menggunakan pedang lamaku." Rei yang sedang membersihkan pedangnya.
"Oh... Iya, kenapa kamu tadi ingin membuat tameng lagi? bukankah tamengmu sudah cukup kokoh untuk bertahan?" Rei pun berfikir dan bertanya.
"Tameng lama ini sudah sedikit rapuh lihatlah serangan pedang gandamu tadi sore membuat tameng ini retak seketika, jadi aku berfikir untuk membuatnya lagi." Sei menujukan tamengnya.
"Miya mengapa kau beli tongkat sihir itu ? Jika di lihat tongkatmu tidak ada yang patah atau semacamnya" Rei melihat tongkat sihir lama milik Miya.
"Tak apa-apa aku lebih suka yang ini, lihat motif tongkatnya memiliki batang berduri dan ada bunga mawar yang mengelilingi tongkat ini." sambil memperlihatkan detail dari tongkat sihir barunya.
"Ya.... Makan malam sudah siap kita makan dulu sekarang singkirkan alat-alat itu dari meja" Gwen memberikan suasana baru kepada mereka bertiga.
Mereka bertigapun mulai bersih-bersih dan makan malam bersama.
Tuk... Tuk... Seseorang mengetuk pintu rumah.
"Ya... sebentar" Gwen menuju ke depan dan membuka pintu rumah.
"Apa pahlawan tandus ada di sini? saya dari istana untuk menjemput mereka untuk bertemu dengan Raja!" Wanita berzirah itupun memberi hormat kepada Gwen.
"Sebentar saya panggil mereka, Sei, Rei, Miya ada yang mencari kalian, dia bilang kalau dia utusan dari Raja!"
Mereka bertiga menuju ke depan dan menyapa wanita berzirah tersebut.
"Ada apa dengan Raja ?" Rei langsung ke topik.
"Raja ingin kalian berkumpul malam ini untuk memberi informasi kepada kalian di Kerajaan." Dengan hormat dan tegak wanita berzirah itu menjawab.
"Baiklah kami akan bersiap-siap terlebih dahulu, tunggu sebentar!" Rei langsung berbalik badan dan mengambil pedangnya.
Mereka berangkat dan di dampingi oleh wanita berzirah tersebut menuju istana tandus.
Sesampai di Istana Tandus mereka langsung berlutut di hadapan Raja.
"Hei... Pahlawanku, maaf telah menggangu kalian malam-malam begini, saya ingin memberitahu kalian bahwa Putriku akan ikut serta melawan monster-monster tersebut di bulan purnama nanti. Putri Ela kemarilah!" Raja memanggilanya dengan kerasbdan tegas.
"Baik ayah." Putri Ela menuju ke Raja.
"Ini dia Putriku, Dia telah menjemput kalian tadi malam." Raja memperkenalkan Putrinya.
Putri Ela membuka topeng besinya dengan parasnya yang tomboy dia tetap cantik jika di lihat.
"Kenapa Putri ikut dengan kami Tuan?" Rei bertanya dan terkejut.
"Jangan remehkan Putriku dia sangat kuat, jangan anggap putriku ini cuman bisa bertarung di belakang kalian, jika kalian masih tidak percaya besok pagi Putri akan ikut latihan bersama kalian." Raja memuji putrinya dan memberitahu kepada Rei.
"Baik Tuan, maaf atas kelancangannya." Rei menundukan kepala.
"Tidak apa-apa mungkin cukup itu saja untuk malam ini, oh... Aku hampir lupa mulai besok prajurit-prajurit agar mereka terbiasa dengan kalian." Raja memberikan informasi tambahan yang hampir dia lupakan.
Merekapun pamit untuk pulang ke rumah dan istirahat dengan cukup untuk latihan besok pagi.
Keesokan harinya Putri Ela sudah berada di depan rumah Sei untuk menggu Sei, Rei, dan Miya untuk bangun. Gwen yang membuka pintu terkejut melihat Putri Ela dan prajurit-prajurit yang berkumpul di depan rumahnya.
"Pu... Pu... Putri Ela? Kenapa Putri tidak masuk ke dalam? Mereka bertiga sedang sarapan pagi, akan aku panggilkan mereka." Dengan gugup Gwen berkata.
"Tidak apa, saya akan menunggu di sini sampai mereka keluar rumah. Bibi ingin keluarkan? biar prajurit yang mengantar Bibi!" Dengan tegasnya.
"Dua orang temani Bibi Gwen keluar rumah dan jangan sampai terluka sedikitpun!" Dengan tegas 2 prajurit menemani Bibi untuk keluar rumah.
Di dalam rumah Sei, Rei, dan Miya yang sedang makan terkejut.
"Apakah itu Putri Ela?" Miya penasaran.
"Mungkin saja itu Putri Ela dan para prajurit. Mari kita keluar!" Rei berdiri dan menuju ke depan rumah.
Sesampai di depan rumah dan membuka pintu mereka terkejut.
"Selamat Pagi, Maaf menganggu makan pagi kalian." Putri dengan sopan dan lemah lembut.
"Tidak apa-apa sebentar kita ambil perlengkapan dahulu lalu kita menuju ke lapangan." Sei dan lainnya mengambil perlengkapan mereka.
Sei, Rei, Miya, Putri Ela dan para prajurit Istana menuju ke lapangan bersama di tengah perjalanan Sei ingat untuk membayar tameng yang dia buat untuk 2-3 hari mendatang untuk di gunakan.
Sei menuju ke sana dan meninggalkan rombongan untuk latihan pagi hari, tak lama para rombongan sampai di lapangan dan Rei mengumumkan bagaimana cara dia latihan selama ini kepada prajurit-prajurit dan Putri Ela.
Setelah Rei menjelaskan semua secara detail, Putri Ela dan para prajurit melakukan kegiatan yang sudah di tentukan oleh Rei seperti lari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali, push up selama satu menit, Sit Up selama 1 menit, dan yang terakhir adalah latihan fisik.
Para prajurit tidak di izinkan untuk menggunakan senjata mereka melainkan latihan dengan tangan kosong, tujuannya untuk sewaktu-waktu mereka terdesak dengan musuh dan tanpa senjata mereka bisa menghadapinya dengan tangan kosong.
Rei mempraktekan cara berkelahi menggunakan tangan kosong dengan mencontohkan kepada 1 prajurit untuk prajurit lainnya tahu bagaimana caranya mereka menghadapi musuh.
Siang hari telah tiba Rei dan lain-lainnya istirahat untuk latihan dan tak lama Sei, dua prajurit bersama Gwen datang membawakan makan siang untuk semuanya menggunakan kereta kuda.
Tak di sangka ternyata Sei tidak ikut latihan karena khawatir dengan Gwen dan mencarinya dan membantu dia untuk menyiapkan makan siang untuk mereka semua yang berada di lapangan.
Mereka semua makan siang dengan bersama dan penuh dengan canda tawa, para prajurit yang tegaspun tertawa lepas saat berbicara satu sama lain begitu juga Putri Ela yang terlihat tegas dengan prajuritnya malah dia sangat senang mendengar cerita-cerita dari para prajurit-prajuritnya.