Chereads / Dunia Lain / Chapter 6 - Apa Ini Akhir Dunia ?

Chapter 6 - Apa Ini Akhir Dunia ?

Pagi Hari bertepatan pada malam bulan purnama di mana para monster monster akan muncul di danau Nool saat bulan purnama muncul.

Rei dan lainnya sudah berada di lapangan dengan latihan begitu keras, semuanya begitu semangat, dan ada pendatang baru yaitu Leo yang ikut serta untuk ikut berperang melawan monster - monster yang akan menyerang kota.

"Baik... Hari ini kita latihan di sini saja kita akan bersiap-siap untuk ke danau Nool untuk menghalang monster-monster nanti malam." Rei memimpin dengan tegas.

Sore telah tiba para prajurit mengevakuasi para penduduk menuju tempat yang aman di bawah tanah Istana Tandus, Putri Ela dan Miya ikut mengevakuasi warga agar segera menuju ke Istana.

Rei, Sei dan Leo menunggu malam tiba di depan danau Nool dengan mempersiapkan obat - obatan yang Rei dan Sei buat, sedangkan Leo mentajamkan Pedang mereka berdua.

Evakuasipun selesai Putri Ela dan Miya dan para prajurit berkumpul menuju danau Nool untuk mempersiapkan diri mereka.

"Bagaimana Persiapanya?" Leo bertanya dengan menggosok pedang - pedang mereka.

"Kemungkinan akan kurang untuk kita, tetapi untuk prajurit akan cukup" Rei yang membuat obat - obatan sedikit khawatir.

"Tidak apa - apa kita masih ada miya, mungkin sihirnya bisa membantu kita untuk memulihkan tenaga kita nanti." Sei berfikir dengan sedikit khawatir tentang itu.

"Mungkin bisa tetapi jika dia kelelahan mungkin dia akan istirahat untuk memulihkan tenaganya." Rei juga berfikir begitu.

Di tengah perjalanan Miya dan Putri Ela di hentikan oleh seorang wanita berjubah putih yang membawa tongkat sihir.

"Mau apa kalian? Kami tidak ada waktu untuk ini!" Putri Ela sedikit marah.

"Tenang dulu Ela, ada perlu apa kalian menghentikan kami?" Miya meredakan emosi Putri Ela.

"Kami akan ikut berperang melawan monster - monster itu di barisan belakang, kami bisa membantu dengan mantra - mantra yang sudah kami hafalkan." Seorang Wanita menghampiri Miya.

"Apa kalian benar ingin membantu? Jika kalian ingin membantu ikut dengan kami menuju ke danau Nool untuk bertemu dengan pemimpin kami." Dengan tegasnya Miya mempercayai mereka.

"Baiklah... Teman - teman kalian boleh keluar untuk ikut dengan mereka." Wanita itu memanggil teman - temannya yang bersembunyi.

Tak di sangka - sangka ternyata yang keluar tidak kurang dari 10 orang melainkan 30 orang lebih yang bersembunyi dan ikut serta dalam berperangnya nanti.

Putri Ela dan Miya terkejut saat melihat mereka berkumpul, tak lama mereka melanjutkan perjalanan menuju danau Nool menemui Rei dan yang lainnya.

Matahari mulai terbenam Miya dan Putri Ela serta pada prajurit dan wanita berbaju putih telah sampai di sana.

"Miya... Siapa mereka?" Dengan menujuk salah satu wanita berbaju putih tersebut.

"Mereka persis denganku pengguna sihir." Miya menjelaskan kepada Rei.

"Baiklah... Agar mereka bisa membantumu di barisan belakang." Rei menyetujuinya.

"Untuk para prajurit aku memiliki obat - obatan untuk kalian semua, untuk kalian yang terluka parah langsung mundur dan jangan memaksakan diri, untuk kalian 1 monster serang untuk 2 orang aku tidak ingin kalian terluka terlalu parah, jika salah satu dari kalian terluka parah harap mundur mencari tempat aman. Bagaimana semua menerti!?" Dengan tegas Rei memberitahu semua prajurit dengan strategi yang dia punya.

"Baik... Mengerti..." Semua prajurit sangat tegas dan bersemangat.

"Untuk wanita ini kalian bisa bantu Miya di belakang." Rei dengan singkat.

"Baik... Tuan..." Mereka pun bersemangat.

Sei membagikan obat - obatan kepada para prajurit dan yang lainnya bersiap - siap untuk melangsungkan peperangan.

Matahari mulai tenggelam sepenuhnya bulan purnama mulai muncul, bulan itu terlihat sangat besar dan terlihat aneh yaitu berwarna merah yang pernah di lihat oleh Rei di dunia nyata, danau yang penuh dengan air menjadi surut.

"Bulan ini sudah pernah aku lihat sebelumnya!" Rei memberitahu mereka semua.

"Kita tidak boleh gentar, kita akan berjuang keras demi kota kita!" Leo memberi semangat dengan teriakan yang keras.

Langit mulai berubah warna menjadi merah bulan purnama yang besar dan merah menerangi Kota Tandus.

Langit terbelah menjadi dua di atas danau Nool, monster-monster mulai muncul.

"Bersiap semuanya.... Serang...!" Rei berteriak dengan keras dan maju di barisan depan.

Monster - monster mulai menyerang Rei yang di bantu Sei menghadapi monster - monster dan Leo menghadapi monster - monster itu sendiri dengan Hammer besar miliknya.

"Jangan ada yang menyerah, Mundur selagi bisa kabur akan aku halang mereka!" Dengan suara yang keras Leo membantu membunuh monster - monster yang berada di depan prajurit kesulitan.

"Tolong.... Tolong kami!" Terdengar di balik batu besar 2 prajurit terluka parah di bagian dada.

Leo yang melihat mereka langsung menghampirinya dan membawa mereka ke belakang dan di sembuhkan para penyihir - penyihir yang berada di belakang.

"Summon Fire Ball !" Suara keras dari Miya yang di tirukan oleh penyihir lain, mengeluarkan sihir bola api dan di hantamkan pada monster - monster di bagian tengah pertempuran.

Pertempuran mulai sengit Sei dan Rei saling membantu membunuh monster - monster di bagian depan, sedangkan Leo masih membantu para prajurit yang kesulitan melawan monster - monster tersebut.

"Tahan sebentar Sei." Rei yang berkeringat dingin langsung mengambil pedang gandanya dengan pedang yang dia gunakan di berikan kepada Sei untuk tidak menggunakan tameng.

"Ambil ini aku akan menggunakan pedang gandaku." Rei menancapkan pedang awalnya dan mengeluarkan pedang gandanya.

"Baiklah..." Sei mengetahui jalan pikir Rei untuk dia tidak menggunakan tameng.

Mereka berdua berjuang keras untuk membunuh para monster - monster di depan dengan kedua pedang mereka yang penuh dengan darah.

"Sebagian Tolong sembuhkan luka - luka di prajurit dan pemimpin kita disana" Perintah Miya yang tegas membuat mereka langsung mengubah mantranya.

"Heal..." beberapa penyihir memberikan penyembuhan secara cepat kepada semua prajurit dan pemimpin yang di depan.

"Apa ini? mungkinkah?" Rei terkejut dan menghadap ke belakang bahwa setengah dari penyihir memberikan mantra penyembuhan depada mereka.

"Leo kau tidak apa - apa?" Putri Ela datang dari belakang.

"Aku tidak apa-apa, luka ku pulih karena mereka lihat!" Leo menujuk ke penyihir - penyihir di belakang.

"Aku kita berjuang bersama Leo!" Putri Ela begitu yakin dengan tekatnya.

"Serahkan saja padaku" Dengan tersenyum Leo berkata

Prajurit yang terluka di belakang sudah pulih sepenuhnya dan ikut serta lagi untuk membantu teman - teman mereka yang ke sulitan untuk mengantikan posisi yang lelah.

Semua terlihat berjuang keras, langit mulai terlihat gelap, bulan purnama mulai terlihat putih cerah seperti biasa.

Tidak di sangka-sangka monster serigala berkepala tiga muncul dari bawah tanah danau Nool dan menggonggong, monster - monster lainnya mulai bermunculan di bawah tanah.

"Apa-apaan ini?" Rei terkejut melihat serigala itu.

"Apa itu?" Leo melihat dengan kanget.

"Semua prajurit lawan monster - monster kecil kami berempat akan melawan serigala itu!" Perintah Rei untuk semua perajurit.

"Semua penyihir fokus membantu para prajurit, aku akan ikut membunuh serigala itu dari depan kalian fokus saya kepada prajurit." Miya mengambil pedangnya yang tersandar di belakangnya dan berlari menuju teman - tamannya.

"Baik..." Para penyihir memberikan jalan kepada Miya yang menyusul Rei di depan.

Leo dan Putri Ela berlari dan membunuh monster - monster di depannya dan berkumpul bersama Rei dan Sei.

" Leo ambil pedang ini, kau gunakan itu!" Sei melemparkan pedang Rei dan mengambil tameng yang tertancap di tanah.

"Baiklah..." Leo menangkap pedang itu dengan sempurna.

"Miya kau di belakang saja biar kami berempat akan melawan mereka." Rei yang melihat Miya dengan serius.

"Tidak aku akan ikut bertarung di barisan depan, aku bukan pengecut seperti dulu." Miya membantah dan menatap Rei dengan serius.

"Ini berbeda dengan dunia kita Miya, dunia ini sangat berbahaya, aku mengerti bukan?" Rei menjelaskan dengan menahan emosi.

"Aku tahu, aku tahu ini bukan dunia kita, tapi kita sudah hidup di dunia ini Rei, aku bukan anak yang lemah seperti dulu, hanya menangis saat di jahili oleh teman - temanku." Miya menangis di hadapan Rei.

"Aku tahu itu, tetapi ini demi keselamatanmu Miya, aku tak mau kau terluka lagi seperti dulu lagi...." Rei menahan kesedihannya dan bahu kanannya di tepuk oleh Leo.

"Sudah... Miya kau ikut denganku bantu aku juga Ela nanti." Leo memberi kesempatan untuk Miya.

"Tapi... Leo..." Rei masih menahan air matanya.

"Sudah... Miya tanggung jawabku jika dia sampai terluka bunuh saja aku setelah ini semua selesai." Leo mempertaruhkan nyawanya untuk meyakinkan Rei.

"Terserah kau saja." Rei pasrah dengan semua itu.

"Sudah... Pemimpin aku mengandalkanmu" Sei tersenyum.

"Apa? Aku pemimpinnya? Baiklah... terserah kalian." Rei terkejut dan tersenyum.

Mereka berlima melihat ke depan.

"Semuanya kita bagi 2 kelompok aku dan Sei sisanya denganmu Leo, kita serang bagian kaki terlebih dahulu untuk menjatuhkannya lalu kita akan memenggal kepala serigala itu satu per satu." Rei dengan penuh percaya diri memberikan strategi.

"Baik pemimpin" Mereka berempat percaya kepada Rei.

Mereka berlima maju menuju moster serigala itu dan memulai strategi mereka.

"Sei tahan kaki dia jika menyerang aku akan menebasnya!" Dengan berlari dia memberi perintah.

"Di mengerti."Sei menganggukan kepalanya.

Tak lama dugaan Rei benar jika serigala itu akan menyerang dan di halang dengan tameng Sei lalu di tebas dengan pedang ganda milik Rei dengan cepat.

Di sini lain Leo memerintah para wanita yang menemaninya.

"Miya, Ela tunggu aba - abaku jika menyerang!" Leo menghantamkan Hammer yang dia pegang di tangan kanannya tepat di kirinya

"Miya, Ela serang sekarang!" Leo memerintahkan mereka untuk menebas kak serigala itu bersama.

Mereka berdua lari dan melompat untuk menebas kaki serigala itu Leo membantu mereka dari bawah menebas menggunakan pedang milik Rei.

"Miya, Ela naik ke pedangku langsung lompat menuju kepala serigala itu." Leo menidurkan pedangnya untuk pijakan mereka dan melompat.

"Rei Lompat ke tamengku dan lompat menuju kepala serigala itu!" Sei menahan tameng nya dan Rei langsung melompat ke atas.

Mereka bertiga langsung menebas kepala serigala itu dan menumbangkannya.

"Hati - hati" Rei memegang tangan Miya dan Ela yang hampir terjatuh dan membawa mereka turun dari serigala itu.

"Mari kita kembali ke belakang untuk membantu prajurit - prajurit yang kesulitan di sana." Rei tak istirahat sedikitpun dia dan empat temannya lari menuju ke prajurit - prajurit.

Tak di sangka para prajurit tidak ada yang tumbang karena para setengah jumlah penyihir memberikan sihir penyembuh untuk para prajurit dan setengah jumlah penyihir lainnya membantu mereka dengan sihir jarak jauh.

Semua monster - monster tidak lagi bermunculan di mana - mana langit mulai gelap gulitap, bulan purnama berwarna putih cerah.

"Apa ini yang di namakan akhir dunia?" Rei berbicara sendiri.

"Jika semua ini ada di dunia kita mungkin semua akan lenyap begitu saja." Miya menyahut Rei.

"Mungkin kau benar Miya." Sambil memegang kepala Miya dan mengacak - acak rambutnya aang pendek itu.

Semua prajurit membantu teman - teman mereka yang terluka parah dan penyihir memberikan pengobatan kepada prajurit yang terluka parah dan yang terluka ringan.

Banyak juga prajurit yang tumbang di pertempuran itu. Semua terlihat sedih melihat kejadian itu.

Mereka yang tumbang akan di makamkan dekat dengan Istana Tandus agar pengorbanan mereka dapat di kenang.

Mereka berlima melihat ke danau Nool di mana tak lama matahari terbit di depan mereka. Semua melihat matahari yang terbit di depan.

"Baru kali ini aku melihat matahari terbit seindah ini." Rei sangat kagum.

"Kau benar aku juga baru melihat yang seperti ini." Leo pun sangat kagum melihatnya.

Semua kembali menuju istana baik penyihir dan prajurit yang terluka dan yang telah tumbang dengan penuh kesedihan dan kebahagian.