Chereads / Dunia Lain / Chapter 9 - Hutan Peri

Chapter 9 - Hutan Peri

Matahari terbit belakang Gunung Sins yang terletak di timur kota tandus, matahari berwarna merah tua di belakang gunung. Leo dan Ela sudah membuka toko dan mulai bekerja.

Dari kejauhan seorang laki - laki membawa pedang di pundaknya "Hei... Leo, kau beruntung sekali." Teriakan keras itu yang tidak lain adalah Rei.

"Hei nak, kau bicara apa tadi? aku beruntung?" Leo dengan melambaikan tangannya.

"Iya kau beruntung sekali dasar singa tak tau diri." Rei sedikit bercanda.

"Kenapa kau bilang begitu? Kau iri dengan semua yang aku dapatkan? Atau iri dengan Ela? yang bisa satu atap denganku? hahaha." Leo tertawa lepas.

"Ada ribut apa ini?" Ela keluar dari toko.

"Bukan apa - apa kita hanya bergurau saja. Ya kan Rei." Leo menganti suasana.

"Iya itu benar hahaha" Rei tertawa binngung.

"Ya sudah Rei ayo masuk kita makan pagi terlebih dulu." Ela mengajaknya.

"Tidak usah aku sudah makan duluan tadi." Rei menolak

"Aku cuman ingin mencari informasi di kota - kota ini terlebih dahulu. Sampai jumpa." Rei langsung pergi meninggalkan mereka.

"Hati - hati di jalan" Leo dan Ela masuk ke rumah.

"Leo menurutmu Rei ingin mencari informasi apa lagi ya? sampai - sampai dia bingung sendiri." Ela bertanya dan menyiapkan sop daging.

"Ntah, aku juga kepikiran tentang dia." Leo sangat khawatir.

"Mungkin setel ini kita ke rumah Sei untuk mencari tahu." Ela mengajak Leo.

"Boleh, sekarang kita makan terlebih dahulu." Leo mulai makan dengan Ela.

Matahari mulai menampak sepenuhnya, Rei masih mencari informasi - informasi tentang kota Tandus tetapi dia mendapatkan jawaban yang sama saat bertanya.

Dari Kejauhan terdengar suara perempuan. "Rei tunggu kau mau ke mana?" Teriakan keras dari perempuan itu adalah Mizu.

"Ada apa Zu?" Rei membalikan badannya.

"Begini besok kau ikut denganku, kau mau kan? Bantu aku sebentar" Nafasnya yang terengah - engah.

"Kemana?" Rei menjawab singkat.

"Sudahlah besok ikut saja denganku." Mizu langsung pergi.

"Dia sangat aneh hari ini. Dasar." Rei lapar dan memutuskan pulang ke rumah.

Matahari mulai bersinar panas. di perjalanan Rei bertemu dengan Leo juga Ela.

"Hei Leo , Ela ayo ke rumahku untuk makan siang aku sangat lapar sekali." Rei menarik tangan mereka untuk ikut.

Mereka bertiga langsung menuju ke rumah Sei untuk makan.

"Aku pulang." Rei membuka pintu.

"Oh.. Rei, Leo, Ela juga Selamat datang." Gwen keluar dari dapur.

"Permisi." Leo dan Ela masuk.

"Silakan duduk, aku baru saja ingin membuat takoyaki dan sushi." Gwen menyalakan kompor di dapur.

"Di mana Sei dan Miya?" Rei melihat - lihat dan tidak ada mereka.

"Oh... mereka berdua mengambil sayuran di kebun biasa. Karena sayuran di sini sudah habis." Gwen memasak.

"Oh... begitu. Leo kau masih bisa membetulkan pedangku yang ganda? Terlihat sudah berkarat sebentar aku ambilkan." Rei berdiri dan mengambil pedang.

"Mungkin bisa ku betulkan lagi, jika tidak bisa akan ku buatkan yang baru saja." Leo menawarkan pedang baru.

"Tidak usah aku lebih suka pedang ini. Coba kamu lihat." Rei memberikan pedangnya.

"Ini masih bisa di perbaiki, nanti setelah pulang akan aku perbaiki." Leo memindahkan ke samping lemari di sampingnya.

"Ayok kita makan dulu semuanya sudah matang." Gwen menyajikan makanannya.

Terdengar suara pintu terbuka "Kami pulang." Miya dan Sei membawa Sayuran begitu banyak.

"Selamat datang, silakan duduk dan makan dulu pasti kalian sudah lapar." Gwen memanggil mereka.

"Wah... sushi, aku baru tau kau bisa memasak sushi Gwen" Miya kaget.

"Wah Leo dan Ela juga di sini ternyata, selamat datang." Sei duduk di sebelah Gwen.

"Selamat makan" Semuanya bersemangat untuk makan.

Canda tawa mereka saat makan di sana begitu seru sekali sampai hari mulai sore Leo dan Ela pamit untuk pulang ke rumah.

"Leo ini uangnya!" Rei memberikan uang 300 ERC untuk membayar perbaikan pedangnya.

"Terima Kasih. Kami pamit dulu." Leo dan Ela pulang.

Keesokan harinya Rei menemui Mizu di tempat Mizu tinggal dan diapun sudah bersiap - siap.

"Kita akan kemana?" Rei bertanya.

"Kita akan pergi ke Hutan Peri." Mizu menunjukan tempatnya.

"Untuk apa kita kesana?" Rei penasaran.

"Di sana ada air abadi yang di lindungi oleh para peri agar tidak ada yang meminumnya." Mizu menjelaskan sedikit.

"Apa itu benar? Aku masih belum percaya. Kenapa kau hanya mengajak ku?" Rei mulai penasaran.

"Aku tidak ingin mengganggu yang lainnya." Mizu sedikit takut.

"Tak usah takut, aku ingin mengambil pedangku dulu di toko Leo." Rei langsung menarik tangan Mizu untuk ikut denganya.

Sesampai di toko Leo, Rei memberitahu bahwa dia dan Mizu akan ke Hutan Peri dan mengajak Leo dan Ela. Mereka pun ikut dengan Rei dan Mizu.

Di tengah perjalanan Rei bertemu dengan Sei dan Miya dan mengajaknya ikut ke Hutan Peri. Mereka berdua ikut ke Hutan Peri.

"Nah kalo beginikan banyak orang tidak hanya kita berdua." Rei senang.

"I-iya kamu benar" Dengan sedikit malu.

"AYOK KITA BERANGKAT!" Miya dan Ela tidak sabar untuk melihat peri - peri di sana.

Mereka berenam berangkat dengan membawa pedang untuk berjaga - jaga.

Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan warga - warga yang bekerja di dalam hutan dan menyapa mereka.

"Berapa jauh lagi kita sampai ke sana?" Leo bertanya ke Mizu

"Mungkin siang nanti kita sudah sampai, untuk berjaga - jaga kita juga cari makanan di sekitar agar tidak kelaparan nantinya." Mizu berfikir dan melihat sekitar

"Baiklah akan ku cari kelinci atau rusa di sekitar sini." Rei melihat kiri dan kanan belum ada hewan - hewan tersebut.

Sei yang memiliki mata tajam dia melemparkan pisau yang ada di saku kirinya dan mengenai kelinci sekitar 50 meter darinya.

"Wah... Kau hebat juga Sei." Leo kagum.

"Bukan apa - apa bagiku" Sei dengan tenang mengambil kelinci itu.

Perjalanan yang panjang mereka berenam mendapatkan 2 rusa dan 3 kelinci untuk makan siang nanti dan sore hari.

"Tak ku sangka kita dapat sebanyak ini, hahaha" Rei tertawa lepas.

Matahari sudah berada di titik tertinggi tak di sangka Hutan Peri sudah ada di depan mereka.

Mereka sangat terkejut bahwa Pohon di depan mereka memiliki tinggi 10 meter dan tidak di sangka di sini udaranya sangatlah sejuk sekali.

Miya dan Ela sangat senang melihaat peri - peri berterbangan di sekitar mereka.

"Miya, Ela ayo kita makan dulu nanti kita lanjut menuju ke sana." Leo memarahi mereka berdua.

"Alah... Sebentar lagi Leo." Ela merengut.

"Ayok kita makan sudah matang nih." Sei memberikan bagian tubuh kelinci untuk Elaa dan Miya.

Semua menikmati makanan mereka dan masih tersisan beberapa yang belum mereka bakar.

"Ayo kita lanjutkan ke Pohon Peri." Rei mulai penasaran.

Mereka berenam melanjutkan perjalanan ke Pohon Peri. Di tengah perjalanan mereka bertemu peri - peri dan menunjukan jalan menuju Pohon tersebut.

Tak lama mereka sudah sampai di pohon itu dan terlihat sangat besar, mereka merasa bahwa mereka sedang piknik di suatu tempat yang sangat jauh.

Peri - peri di sana sangat ramah dan baik hati kedatangan mereka berenam di sambut dengan baik dan di beri makanan untuk mereka makan.