Chereads / Dunia Lain / Chapter 7 - Mantan Kesatria Tandus

Chapter 7 - Mantan Kesatria Tandus

Setelah pertempuran yang sangat lama, mereka semua kembali ke istana Tandus untuk mengkuburkan prajurit - prajurit yang telah mati.

"Semuanya, aku kembali ke toko dahulu." Leo memasang wajah gembira.

"Kau tidak ikut ke istana terlebih dahulu?" Rei mengajak.

"Nanti aku menyusul." Leo bergegas untuk ke toko.

"Baiklah, kami duluan." Rei melambaikan tangan.

"Kenapa Leo bersikap aneh hari ini?" Sei bertanya.

"Mungkin dia lupa dengan barang pesanan orang. Hahaha" Rei tertawa puas.

"Sudah, kita segera ke istana dan menemui raja." Putri Ela dengan hati yang tenang.

Mereka berlima segera menuju istana untuk memberi informasi kepada Raja bahwa semuanya sudah berakhir.

Sesampainya di ruangan Raja mereka berlutut di depan Raja, Putri Ela anak dari Raja pun ikut berlutut di hadapannya.

"Semuanya tolong berdiri!" Raja dengan tegas.

Semua yang ada di ruangan Raja berdiri.

"Terima Kasih untuk kalian semua yang telah melindungi kota ini dari bahaya yabg telah terjadi, tapi jangan senang dulu mungkin hari yang akan datang kita akan menghadapi mereka lagi kalian bersiap - siap untuk melawan mereka kembali." Raja sangat senang.

"Baik, Tuan...." semua menghormati Raja.

"Wanita berbaju putih siapa namamu ?" Raja menunjuk penyihir di samping Miya.

"Nama saya Mizu, saya ketua dari penyihir di kota ini, apakah Raja tidak tau itu?" Mizu terkejut bahwa Raja tidak tau dirinya.

"Mizu... Iya saya ingat kau putri dari Penyihir terkenal tahun lalu yaitu Daze" Raja mengetahui semuanya.

"Benar, Raja saya adalah putrinya." Mizu sedikit mengecilkan suaranya.

"Tunggu di mana Sei?" Raja menanyakan Sei yang tidak terlihat.

"Dia tidak ikut Tuan, katanya dia akan menyusul nanti saat urusan dia sudah selesai." Rei menjawab pertanyaan Raja.

"Baiklah, bisakah kalian datang lagi saat nanti malam tiba? Karena saya ada urusan hari ini hingga sore nanti." Raja memiliki jadwal yang padat dan segera pergi.

"Baik Tuan..." Semuanya membubarkan diri dan keluar dari istana.

Rei dan Sei menuju ke toko Leo untuk memberitahu bahwa nanti malam raja ingin memberikan sesuatu kepada mereka.

Sesampai di toko Leo terlihat sibuk sekali membuat tempaan pedang dan yang lainnya.

"Selamat datang." Leo mendengar lonceng yang tersenggol pintu.

"Hai Leo, kau terlihat sibuk hari ini." Rei menyapa dari depan pintu.

"Ya begitulah, aku hampir lupa kalau hari ini barang - barang pesanan akan di ambil nanti malam." Leo masih menempa pedang.

"Sangat sibuk sekali, aku titip ini benahi saja sesempat kau masalah uang nanti aku kasih." Sei memberikan tamengnya.

"Akan segeraku selesaikan jika semua sudah selesai." Leo menyimpan tameng di lemari antrian.

"Jangan lupa nanti malam menuju istana, Raja ingin bertemu denganmu tadi siang. Kami pergi dulu." Rei memberi tahu lagi soal Raja.

"Akan ku usahakan datang. Terima kasih infonya." Leo melambaikan tangan.

Di istana Putri Ela sedang berlatih di halaman belakang istana sendirian tak sengaja Miya melihatnya dan menghampirinya.

"Hai Ela, kau selalu latihan setiap hari kah di sini?" Dengan melambaikan tangan.

"Ya tidak setiap hari sih, hanya saja aku teringat dengan seseorang dan aku lupa dia siapa, waktu kecil aku di ajarkan dia untuk memegang pedang itu perintah dari sang raja. Semenja itu aku suka sekali dengan Pertarungan." Putri Ela tersenyum.

"Apa kah kamu ingat saat dia pergi?" Miya membantu mengembalikan ingatan Putri Ela.

"Terakhir aku melihat dia pergi menjalankan tugas dan aku tidak tau dia pergi ke mana." Putri Ela mulai sedikit mengingat.

Matahari mulai menghilang, Bulan dan bintang mulai terlihat di atas langit Tandus. Rei dan teman - temannya menuju toko Leo untuk menjemputnya dan menuju istana bersama.

"Selamat datang." Pintu toko berbunyi.

"Leo ayo kita berangkat kita sudah telat." Sei mengajaknya.

"Sebentar aku siap - siap dulu kalian tunggu di luar saja." Leo bergegas membereskan barang - barangnya.

Di luar Sei dan Rei menunggu Leo di luar sedangkan Miya menuju istana terlebih dahulu ingin bertemu dengan Putri Ela.

"Ayo kita berangkat." Leo keluar membawa tameng Sei yang sudah di perbaiki.

"Ini sudah selesai?" Sei melihat tamengnya.

"Sudah semuanya 300 ERC saja" Leo memberikannya.

"Nanti aku beri uangnya." Sei mulai berjalan menuju istana.

"Terserah kau saja." Leo dengan santainya.

Sesampai di istana semua berkumpul untuk sambutan Raja semua memberikan hormat kepadanya.

"Selamat malam semua, untuk kalian yang sudah berjuang melawan monster - monster di danau Nool, saya sebagai raja sangat senang atas perjuangan kalian..." Raja berdiri di depan kursi singgasana nya.

"Pelayan tolong ambilkan semuanya, dan berikan masing - masing ke mereka." Pelayan pun keluar dari ruangan dan memberikan sekantong berukuran sedang, kepada pahlawan yang ikut serta dalam pertarungan daan para prajurit yang ikut membantu.

"Untuk para pahlawan saya memberikan uang sebesar 10.000 ERC dan untuk para prajurit saya memberikan kalian sebesar 5.000 ERC, uang itu untuk kehidupan kalian dan untuk prajurit yang gugur kami akan memberikan bantu kepada pelayan untuk mengantarkan uang ke rumah - rumah dan beberapa bahan pangan untuk mereka." Raja menjelaskan dan duduk kembali ke kursi yang ada di belakangnya.

Setelah pengumuman berakhir semua yang ada di istana mengadakan pesta untuk merayakan kemenangan kota Tandus.

Setelah pesta usai raja memanggil Leo dan Putri Ela.

"Leo, Ela tolong kemari!" Dengan suara yang keras.

"Ada apa ayah tiba - tiba ayah memanggilku?" Putri Ela mendekatinya.

" Ada yang bisa saya bantu Raja?" Leo menundukan kepalanya.

"Begini Ela, dulu waktu kecil kau di latih untuk menjadi kuat bukan? dengan Kesatria yang meninggalkan istana karena misi bukan?" Raja mulai menyadari pemikiran Ela.

"Iya Ayah, aku sangat ingin berterima kasih kepadanya. Jika dia kembali mungkin dia akan sangat senang melihati sudah sebesar ini" Putri menahan air mata.

"Yang kamu cari sekarang ada di samping kamu sendiri Ela, dia adalah Leo. Dia yang mengajarimu waktu kecil." Raja melihat ke Leo.

"Apa? Ayah tidak bercandakan? Leo apa itu benar? yang di katakan oleh ayah?" Sepontan Ela melihat Leo dan menahan tangis.

"Semua yang di katakan raja benar adanya, dulu aku meninggalkan Istana karena aku sudah menyelesaikan misiku dan pergi meninggalkan istana dan menjadi Pandai besi." Ela menghampiri Leo dan memeluknya dengan menangis bahagia, ternyata yang Ela tunggu sudah berada di sampingnya saat itu.

Leo pun memeluknya dan mengelus rambut Ela yang menangis di dada Leo.

"Sudah jangan menangis Ela, aku sangat bangga kau menjadi kesatria di Istana ini. Kau sangat kuat sekarang. Kau begitu cerdas dan tidak takut dengan semua yang ada di depanmu." Leo begitu bangga.

"Aku sudah tau saat pertama kamu mengunjungi toko ku waktu itu, tetapi aku pura - pura tidak tau semuanya. Agar kau tidak mencariku lagi. Maafkan aku Ela." Leo mulai meneteskan air matanya.

"Kenapa seperti itu sudah 17 tahun aku menunggumu kembali ke istana agar kita berlatih sama - sama lagi, tapi kenapa? Kenapa?!" Ela memarahi Leo yang tak kunjung datang.

"Maaf Ela, aku tidak bisa kembali ke istana karena seluruh keluargaku meninggal dunia saat itu, dan aku menyendiri agar semuanya tenang." Leo menyesal.

"Kenapa kamu tidak memberi kabar?! Jangan tinggalkan aku begitu saja, aku sangat khawatir di sini! Tolong jangan pergi lagi tinggal bersamaku di sini, aku tak mau lagi kehilangan orang yang aku sayangi lagi!" Ela merasa kesal dengan sikap Leo waktu itu.

"Maafkan aku Ela, aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi, aku masih ingin di toko ku dan menjalankan usahaku di sana." Leo menjelaskan dengan singkat.

"AYAH BANGUNKAN TOKO PANDAI BESI DI DEKAT ISTANA BIARKAN LEO TETAP DI SINI!" Ela meminta ke raja untuk membuatkan tokonya agar Leo bisa dekat dengan istana.

"Ba-baiklah akan aku suruh prajurit membangun di dekat Istana." Raja panik dan tak bisa menolak permintaan Ela yang marah.

"Tidak perlu raja, aku akan di toko ku yang lama saja." Leo menolak.

"Kalau begitu aku akan ikut dan tidur di toko mu jika menolak!" Ela bersikeras membujuk Leo.

"Jangan Ela di sana sangat kotor sekali dan sangat panas. Kau tetap tinggal di sini bersam raja." Leo membujuk Ela agar tidak ikut.

"Leo tolong terima semua yang di katakan Ela, dia tak ingin kau menghilang lagi. Hiduplah bersamanya lagi seperti dulu." Raja meminta Leo agar tidak egois.

"Baik raja jika itu semua demi Ela." Leo menerima tawaran yang di berikan raja, mulai dari pembangunan toko dan rumah di dekat toko.

Ela yang masih menyembunyikan wajahnya di dada Leo sangat senang dan memegang badan Leo sangat kuat.