Chereads / Dunia Lain / Chapter 1 - Kota Tandus

Dunia Lain

Jeriko_Yoga
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 26.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kota Tandus

7 Maret 2025, Rei Kaname berangkat ke sekolah untuk upacara penerimaan siswa baru di SMA Sasaike. Rei berpapasan dengan teman kecilnya Miya Lysto dengan menyapa.

Rei melambaikan tangan. "Selamat Pagi, Miya"

Miya membalas dan berlari menghampiri Rei. "Selamat Pagi, Rei"

sembari berjalan Miya bertanya. "Rei, apa matahari saat ini berwarna merah?" dengan menunjuk ke matahari.

Rei terkejut. "Hah... Apa katamu? Matahari berwarna merah? Kau bercanda, Miya?!"

Miya menunjukan kepada Rei dengan memperlihatkan matanya ke matahari "Lihat! Apa kamu tidak melihatnya? Mataharinya berwarna merah!"

Mata Rei terpejam karena terkena sinar matahari yang semestinya. "Mana? Kamu mengada-ngada saja!"

Miya bingung mengapa Rei tidak bisa melihat matahari merah tersebut sedangkan Dia sendiri melihat matahari tersebut dengan jelas.

Sesampai di sekolah dan melakukan upacara penerimaan siswa baru ternyata Rei dan Miya berada di satu kelas yang sama, mereka duduk di bangku paling belakang dan bersebelahan. Bel masuk telah berbunyi dan mereka melanjutkan pembelajaran di kelas.

Hari mulai sore Rei dan Miya pulang dari sekolah bersama di tengah perjalanan Rei dan Miya di kagetkan dengan lingkaran berwarna merah yang ada di bawah mereka berdua.

Miya bertanya. "Rei apa ini?"

Rei menjawab. "Mungkinkah lingkaran sihir?"

Tak lama lingkaran tersebut mulai naik ke tubuh mereka dan menghilang tanpa jejak sedikitpun. Setelah sadarkan diri Rei bingung.

Rei sadarkan diri di hutan dan bertanya di dalam hati. "Di mana Ini? Dan di mana Miya?" Rei teriak dengan kencang "Miya...!!! Woi, Miya... Di mana kamu?"

Rei berjalan dengan baju yang sobek - sobek karena terkena ranting dan terjatuh beberapa kali karena tidak kuat menahan lelah berjalan.

Di sisi lain, Miya berada di sebuah kota dengan masih memakai baju sekolahnya tetapi tas yang dia bawa tidak ada. penduduk - penduduk di kota sangat aneh, Miya yang baru setengah sadar dia kaget saat di bangunakan oleh penduduk sekitar, Dia melihat wajahnya dan kaget ketakutan.

Miya menjauh dan merinding. "Si.. Si.. Siapa kamu? Kenapa Aku ada di sini dan di mana Rei?"

Penduduk. "Kamu tidak sadarkan diri di sini selama lima jam lamanya, namaku Sei dan aku tinggal di sini, ngomong-ngomong siapa Rei?"

Miya masih takut karena Sei sangat berbeda dari manusia pada umumnya "Hah... Li... Li... Lima jam katamu? Rei adalah teman kecilku, mungkin kita berpisah karena lubang sihir yang menempel di bawah kami waktu itu."

Sei terkejut. "Lubang sihir? Mungkin kah?"

Miya bingung "Kenapa?"

Sei menarik tangan Miya dan mengajak ke rumahnya.

Di tengah perjalanan Rei bertemu dengan seorang wanita tetapi wajahnya buka wajah manusia melainkan hewan.

Rei terkejut dan sedikit takut. " Per... Permisi... Apa anda tau desa atau kota di dekat sini?"

Wanita tersebut melihat Rei. "Oh... Maaf, Di sini ada Kota tetapi jarak menuju ke sana hampir 10 km."

Rei menjawab " Tolong... Bantu aku ke sana. Aku sedang mencari teman kecilku, kemungkinan dia ada di sana saat kita terkena lubang sihir."

Wanita tersebut terkejut. "Apa... Lubang sihir katamu?"

Tanpa bertele-tele lagi Wanita itu memegang tangan Rei dan membawanya menuju Kota yang berjarak 10 km dari hutan menggunakan kereta kuda.

Malam telah tiba Rei dan Wanita itu telah sampai di rumah dan ternyata, Miya ada di sana dengan Sei sedang makan bersama.

Rei bertanya. "Hei... Kenapa kau ada di sini? hah... Dan siapa dia?!"

Miya dengan marah. "Hei... Ini bukan rumahmu jadi sopan lah sedikit dasar otak udang! Dan kenapa kamu bisa kotor begini?" memukul kepala Rei dengan keras.

Rei kesakitan "Adu... Du... Du... Maaf karena aku khawatir padamu jadi aku curiga." dengan memegang kepalanya yang kesakitan.

Mereka berempat pun duduk dan makan bersama. Setelah selesai makan Rei bertanya kepada Sei. "Maaf sebelumnya sudah lancang dan tidak sopan tadi, dan mengapa Aku dan Miya ada di sini?"

Sei menjawab dengan tenang. "Tidak apa-apa tak usah di pikirkan, apa kalian dari dunia lain? Apa karena lubang sihir?"

Rei terkejut karen Sei sudah mengetahuinya. "Hah... Kenapa kau bisa tau kalau ini semua gara-gara lubang sihir sialan itu? Pasti kamu yang menggunakan lubang sihir itu kan?"

Sei menjelaskan semuanya. " Saat aku ingin mengambil barang di toko sebelah teman kecilmu ini sedang tidak sadarkan diri di sana dan aku menolongnya setelah dia memberi tahu kalau dia juga terkena lubang sihir itu, dan aku tidak bisa menggunakan lubang sihir tersebut. Karena hanya orang-orang dengan kekuatan tertinggilah yang bisa menggunakan lubang tersebut."

Rei bertanya lagi. "Hm... Maaf kalau telah menuduhmu, tapi ini Kota apa? Dan ini tahun berapa?"

Wanita yang mengantarkan Rei menjawab dengan memperkenalkan diri. "Perkenalkan namaku Gwen, sekarang kau berada di kota Tandus, dan sekarang adalah tahun 3000"

Miya dan Rei sepontan kaget. " Apa...?! Tahun 3000"

Gwen tersenyum sembari berkata "Iya, dan mungkin juga yang memanggil kalian adalah Raja Tandus."

Miya bertanya. "Siapa dia itu?"

Gwen. "Dia adalah Raja Manusia setengah hewan yang paling berkuasa di kota ini."

Sebelum tidur Rei mandi dan di berikan baju ganti dari Sei yang sedikit bagus untuk dia.

Miya pun sama setelah mandi Gwen meminjamkan baju miliknya untuk di pakai.

Seragam yang mereka kenakan dan sudah tidak layak pakai itu di buang saja.

Miya dan Rei merinding telah mendengar kata-kata tersebut. Hari mulai larut Gwen dan Miya tidur bersama di kamar sedangkan Sei Dan Rei mereka tidur di ruang keluarga.

8 Maret 3000, Rei dan Sei menuju ke kota untuk mengambil barang dagangan Sei, tetapi Rei merasa tidak enak karena di lihat oleh banyak penduduk di sana karena wajahnya yang berbeda dari yang lain.

Sei tertawa. "Hahaha... Hai nak kau begitu tenar sekarang."

Rei memasang muka kusam "Tenar darimana? Aku seperti orang asing di sini"

Sei memberi petunjuk agar Rei dan Miya tidak jadi buron nantinya. "Setelah ini Kau dan Miya akan aku ajak ke Istana Tandus untuk bertemu Raja, karena aku takut nanti terjadi apa-apa jika kau sembunyi terus menerus."

Rei menjawab dengan tenang. "Baiklah, semoga saja itu jalan yang terbaik."

Merekapun mengambil barang di toko sebelah menggunakan kereta kuda dan segera kembali ke rumah.

Di tengah perjalanan pulang Rei merasakan rasa yang tidak enak saat ingin bertemu dengan raja, tetapi Rei memantapkan hatinya dan tidak berfikir negatif terlebih dahulu.

Sesampai di rumah mereka berunding dan Miya setuju dengan pendapat Sei dan mereka berangkat menuju Istana Tandus bersama Sei menaiki kereta kuda.