Chereads / How to be Your Girlfriend? / Chapter 15 - Part 14

Chapter 15 - Part 14

Kata orang, karma itu pasti akan datang. Hanya tunggu waktu kapan tiba waktunya. Kesempatan indah, tidak lagi terjadi dua kali. Menghargai orang lain adalah modal utama jika diri sendiri ingin dihargai. Tidak baik menyia-nyiakan usaha seseorang, bukan? Tidak tahu betapa sulitnya mempertahankan suatu perasaan setia yang telah terlanjur melekat. Melekat di lubuk hati yang paling dalam.

Kata orang, kesetiaan itu mahal harganya. Akan kalah jika dibandingkan dengan seluruh harta di dunia ini. Lebih mahal dari ratusan, ribuan, milyaran, bahkan triliunan dollar untuk dihitung. Terlalu indah jika dibandingkan dengan emas, permata, bahkan berlian tercantik yang ada di dunia. Jika kau ingin mencari pasangan yang cantik dan tampan, itu mudah. Tuhan menciptakan beragam jenis manusia dengan tipe dan keistimewaan yang berbeda.

Jika kau ingin mencari pasangan yang kaya dengan harta melimpah, itu juga mudah. Nikahi saja ribuan artis disana. Masalahnya disini, memangnya mereka mau? Tidak. Hanya bercanda. Hehe. . .

Sulit itu, jika mendapat pasangan yang setia dan siap menerima diri ini apa adanya. Mencintai setulus hati tanpa memandang dari segi mana pun. Cinta itu buta, bukan? Lantas, jika kau mencintai seseorang karena alasan sesuatu, apa pepatah Cinta itu buta itu tidak berarti bagimu? Harta tidak bisa dibawa mati. Setelah manusia meninggalkan kehidupannya, dia pasti juga akan meninggalkan hartanya, bukan?

Kecantikan dan ketampanan juga tidak akan dibawa mati. Jika Tuhan mentakdirkan manusia dengan sebuah musibah, anggaplah musibah disini kecelakaan kecil atau apapun yang bisa merusak fisik seseorang. Bukankah semua itu juga pasti akan hilang? Mudah saja jika Tuhan ingin memberikan musibah kepada siapapun.

Tuhan memberikan manusia itu dengan dua macam cinta. Pertama, cinta karena nafsu. Dan yang kedua, cinta yang memang benar takdir. Takdir, sudah pasti yang terbaik untuk kita. Jika itu yang terbaik, maka akan datang membawa kebahagiaan di hari kelak. Sedangkan nafsu, belum tentu bisa menjadi yang terbaik untuk kita. Nafsu, bukan hanya dari semacam berhubungan badan, atau apa yang melanggar norma dan agama. Nafsu, bisa diartikan juga karena haus akan harta, fisik. Dan, ya----- seperti yang sudah diceritakan diatas.

Bisa menjamin, jika cinta karena nafsu itu dapat menghasilkan kebahagiaan yang abadi?

.

.

.

.

.

.

.

"Bodoh! Min Yoongi bodoh! Kenapa sekarang kau yang seakan selalu mengejar gadis itu?"

Yoongi frustasi. Gadis itu benar-benar membuat dirinya jadi setengah gila. Dia, Kim Yewon----baru saja menolak ajakannya untuk diantar pulang. Yoongi hanya bisa menghela nafasnya berat, "Haaah----Apa aku segitu menyebalkan baginya?"

Hoseok terkekeh. Memperhatikan senyum miring disana, "Sudah ku bilang kan, Yoon? Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan itu. Sekarang, terimalah akibatnya."

"Ck, sudah tau teman kesulitan. Bukannya dibantu, malah diejek. Dasar manusia jahat! Ku kutuk kau jadi batu, baru tahu." geram Yoongi.

Pria Jung itu kembali terkekeh. Bagaimana bisa dirinya bahagia, melihat Min Yoongi seperti pria yang suka mengemis cinta sekarang? Mengemis cinta karena Kim Yewon itu. Lucu, bukan? Itulah akibatnya orang yang suka mengabaikan perasaan wanita. Mungkin, karma Min Yoongi mulai datang sekarang.

Sejak saat kejadian di taman itu, Yoongi menjadi pria yang betul-betul overprotektif pada Yewon. Keadaan sekarang berbalik. Yoongi selalu memberikan perhatian atau sekiranya sering tersenyum menyapa gadis itu. Sudah dua minggu belakangan ini, Yoongi bersikap baik dan lembut padanya. Berharap, Yewon dapat membuka hatinya kembali untuk pria Min itu. Tapi, kenyataannya? Yewon betul-betul dan bahkan selalu mengabaikan perhatiannya.

_____***_____

"Kim Yewon, ku mohon----beri aku satu kesempatan lagi untuk membuatmu jatuh cinta dari awal lagi denganku."

.

"Aku sudah memberikan kesempatan itu berkali-kali selama ini padamu, Yoon. Tapi, apa kamu pernah menyadarinya? Tidak! Jadi, ku mohon jangan salahkan perasaanku sekarang seperti apa padamu."

.

"Memangnya seperti apa?"

.

"Seperti manusia yang tak pernah mengenalmu."

.

.

.

.

.

.

.

Yoongi tersadar dari lamunannya. Bosan jika hanya berdiam diri saja dari tadi. Dia bingung, ingin melakukan apa.

Pria itu menarik lengan baju Hoseok. "Jung, apa lagi yang harus ku lakukan untuk Yewon?"

Hoseok berfikir sejenak, "Hm----mudah, Yoon."

"Apa itu?"

"Kau hanya tinggal berdiam diri tanpa melakukan apa-apa." Jeda, "Ya, menerima nasib." Hoseok lagi-lagi terkekeh.

Pletakk!

_____***_____

"Pindah kau dari tempat dudukku!" pekik pria Min itu.

Hoseok meringis, "Kau kira ini sekolah milik nenek moyangmu?" Jeda, "Hei, Yoon! Aku disini juga membayar. Jadi, apa hak mu melarangku menyuruh pindah ke tempat lain?"

Tak ada respon dari Yoongi. Dirinya hanya terdiam, masih sama dengan ekspresi pertama kali. Datar. Namun, sesekali ia kembali melamun. Menyesali apa yang telah dilakukannya pada gadis itu. Ya, sekarang yang ada di otak Yoongi hanyalah Kim Yewon. Setengah pikirannya menjadi kurang waras hanya karena gadis itu, sungguh. Baru kali ini dia menyesal dengan pengorbanannya selama ini. Ah, jadi begini yang namanya mencintai tanpa dicintai.

Kembali menghela nafas. Pria Min itu benar-benar berfikir keras sekarang. "Jung, aku serius. Apa lagi yang harus ku lakukan? Apa kau tega membiarkan ku gila seperti ini karena Yewon?"

"Ya, baiklah. Aku jadi tidak tega padamu, Yoon. Kau jadi seperti pengemis cinta sekarang." ujar pria Jung itu.

Yoongi mengacak-acak rambutnya frustasi. Mungkin rambutnya sekarang sudah benar-benar berantakan. Seperti orang stress. "Ya, katakan. Apa itu?"

"Tidak ada pilihan lain. Kau harus bergerak lebih agresif sekarang. Lebih agresif dari Namjoon."

Yoongi mengerenyitkan dahi, "Misalnya?"

"Kau yakin ingin melakukannya juga?" Jeda, "Kali ini, sedikit lebih berbahaya. Kau siap menerima resikonya?"

"Ya, apapun itu. Aku siap."

Wajahnya perlahan mendekati telinga Yoongi. Hoseok berbisik, "Ajak dia menginap dan tidur bersamamu."

Oh, tentu Yoongi langsung terbelalak. Pupil matanya membulat sempurna sekarang. Tidak menyangka jika sahabatnya akan memberikan ide seperti itu. Namun, Yoongi kembali berfikir ulang. Memastikan ide sahabatnya akan berhasil. Sedikit gila, memang. Tapi----sepertinya itu tak masalah bagi Min Yoongi. Astaga, Yoongi jadi seperti pria brengsek sekarang! Yoongi yang dulu terkenal dengan polos dan cueknya, sekarang----apakah dia akan berbuat seperti itu dengan Yewon?

Yoongi kembali mengerenyitkan dahinya, "Harus kah?"

Hoseok mengangguk antusias, "Ya. Dengan Yewon tidur bersamamu, kau juga bisa dengan mudah membuatnya jatuh cinta lagi. Tebar pesona dan jadilah seperti dirimu sendiri, yang tentunya seperti diinginkan Yewon. Bagaimana?"

"Oke. Menginap dan tidur bersama bukanlah jadi masalah bagiku. Aku juga sebetulnya menginginkannya. Sekarang, yang ku pikirkan adalah----bagaimana jika aku kelepasan, menghamili gadis orang, Jung?"

Jujur, jika dilihat secara logika, Yoongi lelaki normal. Dia juga menginginkan sentuhan dari gadis itu. Ditambah lagi pikirannya sudah benar-benar mendominasi hanya Kim Yewon seorang. Pria mana yang tidak ingin menolak, tak setuju dengan ide Hoseok kali ini? Yoongi juga menginginkannya. Sangat ingin. Bohong kalau tidak. Menyentuh dan bermalaman dengan gadis yang dicintainya bukankah itu surga dunia baginya? Sedangkan, pria lain di luar sana banyak menyentuh perempuan jalang yang sama sekali tak dicintainya. Dan kali ini, Min Yoongi dengan gadis yang betul-betul menghantui otaknya. Ah, bukankah ini kesempatan manis?

"Jangan sampai berhubungan badan, Yoon! Kau hanya boleh membuatnya kembali jatuh cinta padamu. Apakah itu sulit?" pekik Hoseok.

Lagi-lagi Yoongi frustasi. Oke, anggaplah kali ini Yoongi frustasi secara seksual disini. "Sangat, Jung! Itu pasti akan sangat sulit menahannya. Dan aku juga tak bisa menjamin, Yewon masih perawan setelah itu."

"Itulah resikonya. Kau tadi bilang, apapun itu kau siap menerima resikonya. Jadi, jangan mengeluh." Jeda, "Lakukan yang ku sarankan dan jangan lakukan yang ku bilang tadi." Hoseok kemudian bangkit. Meninggalkan pria Min itu sendirian memikirkan ulang semuanya.

Shit! Yoongi justru semakin frustasi dibuatnya. Saran dari Hoseok betul-betul membuat dirinya tertekan. Bingung ingin melakukannya atau tidak. Dia paham ini sangat dilarang. Hanya saja, dia tak punya jalan keluarnya. Jalan keluar untuk membuat gadis itu kembali jatuh cinta padanya. Hanya pada Min Yoongi seorang.

.

.

.

.

.

.

.

Yoongi kemudian bangkit menyusul tempat duduk Yewon. Dari tadi, gadis itu masih bersenda gurau dengan teman-temannya. Sesekali menggosipi pria itu lagi. Yoongi tahu, dia bahkan bisa membaca dari tatapan mereka.

"Kim Yewon, bisa kita bicara?"

Semua membisu. Suasananya menjadi selalu canggung setiap kali Yoongi menyusul ke tempat duduk  perkumpulan geng wanita itu. Menatap sinis kearah Yoongi, seraya mendengus kesal. Bisa dibayangkan bagaimana situasinya? Apalagi wajah Eunbi. Tidak ada dalam kamus hidupnya menyukai pria Min itu sama sekali.

Yewon mengerenyitkan dahi, "Penting kah?"

"Sangat."

Menghela nafasnya kasar. Gadis itu akhirnya memilih bangkit dan melangkah menyusul Yoongi keluar kelas. "Baik, kita bicara disini saja. Apa yang kau ingin bicarakan?"

Yoongi bergerak. Mulai menarik paksa lengan gadis itu mengikuti langkahnya yang sangat cepat. Yewon kesulitan menyamakan langkahnya, sampai gadis itu harus berlari kecil agar langkahnya sama dengan langkah Yoongi. "Yoon, kita mau kemana? Apa yang kau lakukan? Jangan macam-ma-----"

"Jika tidak macam-macam, itu akan lebih sulit mendominasi mu."

Gadis itu lagi-lagi mengerenyitkan dahinya. Tidak paham lagi, sungguh. Yoongi selalu aneh bicaranya. Sulit ditebak. Rasanya, jika ada wanita yang menyukai tipe pria macam Min Yoongi, otaknya harus siap lelah bekerja dua kali lipat hanya untuk memikirkan keinginannya. "Mendominasi ku? Apa maksudnya?"

"Jangan banyak bicara lagi. Kau hanya perlu ikut denganku, paham?" tegas Yoongi.

Yewon lebih memilih tak menjawab. Terus mengikuti langkah pria Min itu yang lambat laun semakin cepat bergerak. Genggamannya pun semakin erat seperti tak ingin melepas gadisnya sama sekali. Dia melepasnya, setelah mereka sampai di sebuah lorong sekolah. Lorong yang sepi. Jarang dilalui murid-murid lain. Oh, anggaplah Yoongi juaranya menemukan tempat-tempat sepi dan tenang seperti ini. Yewon sudah sangat paham.

"Haruskah kita berbicara di tempat yang seperti ini, Yoon?" ujar gadis mungil berambut panjang itu. Dirinya masih heran menatap Yoongi yang sekarang tidak ada henti memandangi wajahnya.

"Yoon, tolong kondisikan tatapanmu!" pekik Yewon. Gadis itu mulai merasa risih Yoongi terus menatapnya.

Yoongi tersenyum miring, "Ah, cara yang ini ternyata selalu gagal ya?"

Yewon menatap pria itu sinis. Sama sekali tak menunjukkan dirinya suka berhubungan dengan pria Min itu.

"Baiklah, sekarang katakan. Apa yang kau ingin bicarakan?" tegas Yewon.

"Tidak ada"

Gadis itu memutar bola matanya malas, "Astaga, Yoon! Menyebalkan sekali pria sepertimu." Jeda, "Ku rasa, aku sama sekali tidak menyesal melupakan perasaanku padamu."

"Oh, ya? Jadi maksudmu, apa aku salah jika mulai mencintaimu, Kim?" ujar Yoongi.

Tak ingin meresponnya, Yewon berniat untuk meninggalkan pria itu. Namun, langkahnya dicekal saat dirinya berjalan meninggalkan pria berwajah pucat itu. Ya, Yoongi menarik paksa tangan gadis itu agar tetap berdiri di hadapannya. Mendorong tubuh mungil gadis itu hingga menghantam ke dinding. Mengunci pergerakannya sampai gadis itu benar-benar tidak dapat bergerak. Tangannya sengaja ditaruh di atas kepalanya. Wajah pria itu sudah sangat dekat sekarang. Dirinya bisa lebih leluasa menatap wajah cantik gadis di hadapannya. Matanya meremang, sayu. Ingin segera menyentuh gadis itu.

Yoongi benar-benar frustasi sekarang. Dirinya betul-betul terbebani ketika gadis ini sudah pasrah di hadapannya. Membuat hasratnya kembali berpikiran ingin melakukan kejahatan. Yoongi gila setiap kali bersama gadis ini.

"I can't hold it anymore." bisik Yoongi begitu seduktif terdengar di telinga Yewon.

Yewon kaget. Ada apa dengan Min Yoongi? Ini seperti bukan Yoongi biasanya. Yoongi yang ia kenal, adalah lelaki yang dingin, polos, dan cuek. Sekarang? Kenapa berubah jadi mesum begini?

"Boleh aku menyentuhmu?" Jeda, "Ah, ralat---- Mau kau mengizinkan atau tidak, aku tetap akan melakukannya."

Yewon heran. Mendorong pelan tubuh Yoongi agar ada jarak sedikit diantara mereka, "Yoon, ada apa denganmu? Kenapa kau jadi pria brengsek dan mesum begini sekarang?"

"Tidak tahu. Aku seperti ini hanya karena mu. Karena Kim Yewon ini."

Yoongi sudah mengecup pipi Yewon. Kemudian, beralih ke tengkuk gadis itu perlahan. Kepala Yoongi sudah turun kesana. mengecupnya berkali-kali tanpa meninggalkan bekas bercak merah. Mencium sesekali menjilatnya lembut. Harum----Yoongi sangat menyukai aroma tubuh gadis itu. Membuat Yoongi meremang seketika. Hasratnya benar-benar terbunuh sekarang. Ingin mendominasi tubuh Yewon seutuhnya.

Yoongi gila dibuatnya. Kembali meraup bibir tipis mungil itu. Sesekali wajahnya pun harus dimiringkan ke kiri dan ke kanan. Membangkitkan gairah sekaligus memperdalam ciuman panas mereka. Yoongi menikmatinya. Betul-betul sangat menikmatinya. Menikmati sentuhan yang dari dulu selalu ia inginkan.

Bohong jika Yewon tidak menikmati permainannya. Bahkan, gadis itu sudah merasakan basah di balik celana dalamnya. Sangat suka dengan sentuhan Min Yoongi ini. Shit! tampang saja yang polos dan dingin. Sekalinya bermain, seliar ini. Bagaimana bisa dia mempelajarinya? Apakah dia juga suka menonton film dewasa seperti pria pada umumnya?

"Eungh----Yoon," Tak ada lagi yang dapat Yewon katakan. Hanya desahan yang lolos dari mulutnya.

Yoongi semakin bergairah mendengar desahan itu. Lidahnya terus bermain, melilit, sesekali mengecap di dalam mulut gadis itu. Gila, sungguh. Hanya Yewon yang benar-benar bisa membuatnya gila. Yoongi haus akan kenikmatan dengan sentuhan lembut yang diberikannya. Ini akan selalu dirindukannya, "K---kau, menikmatinya?"

"Yoon, sudah anh---" Yewon masih meremang. Setengah sadar. Dia sangat membenci pria itu. Namun, di satu sisi dia juga sangat menikmati sentuhannya.

Yoongi tersenyum miring, "Dari wajahmu aku sangat paham. Kau juga sangat menginginkan sentuhan ini, kan?"

Menyibakkan rok pendek se bawah paha gadis itu ke atas. Menggesek-gesek kewanitaan Yewon menggunakan lututnya. Pelan, Yoongi lebih menyukai permainan yang santai. Dan Yewon, sangat menikmatinya. "Cukup, Yoon! Jangan, anh----" Yewon semakin gila. Sekarang, tubuhnya benar-benar terangsang hanya karena gesekan sial itu.

"Shit! Kau justru membuatku ingin segera mengelusnya. Bila perlu memasukinya." pekik Yoongi.

Yewon melemah. Penglihatannya betul-betul meremang sekarang. Gadis itu mabuk dengan sentuhan Yoongi barusan. Tidak ada lagi ucapan yang bisa keluar dari mulutnya.

"Ayo kita lakukan petting." Jeda, "Tidak perlu membuka pakaian, hanya sentuhan-sentuhan lembut yang dilakukan. Bagaimana?" ujar Yoongi.

Sungguh. Suara berat itu benar-benar terdengar serak dan basah, sekaligus seksi secara bersamaan. Yewon hampir gila mendengarnya. Bisa-bisa, gadis itu jatuh lagi ke dalam hatinya hanya karena ini. Bahkan, mungkin lebih dalam lagi. Mengingat, Yoongi sudah mendominasi seluruh tubuhnya sekarang. Bagaimana tidak terpanah? Wajah tampan berkeringat yang menahan hasrat itu benar-benar membuat Yewon terpesona. Yoongi betul-betul tampan secara fisik disini. Ditambah lagi, tubuhnya sudah berada di dekapan pria itu. Erat sekali. Bergerak sedikit, lubangnya sudah masuk menusuk milik Yoongi.

Sedangkan di bawah sana, ada sesuatu yang sudah sesak sedari tadi. Celana panjang yang longgar, sekarang sudah sempit dan bahkan sedikit terekspos bentuknya. Yewon bisa dengan jelas melihat itu. Dengan segera, Yewon mengalihkan pandangan nakalnya dari bawah milik Yoongi yang sudah menggembung. Ingin segera dimasuki.

"Lihatlah. Dia sudah tegang, disini." ujar Yoongi kelewat santai. Tidak tahu ada tubuh yang sama terangsang seperti dirinya.

"Min Yoongi, sebaiknya kau lepaskan aku segera. Kita akan ketahuan jika melakukannya disini." lirih Yewon. Memohon agar pria itu berhenti dengan tindakannya.

Yoongi tersenyum miring, "Tidak akan. Kau, aku, dan tempat ini adalah yang terbaik."

Sial, pria itu terus saja mengucap dirty talk di telinga Yewon. Membuat dirinya muak dengan sikapnya. Sungguh, Yewon baru tahu jika Yoongi bisa mesum dan liar seperti ini. Yewon tidak pernah menyangka sekalipun dapat menilai seorang Min Yoongi sekarang.

"Yoon, ku mohon----berhenti berbuat begini." Jeda, "Ada apa denganmu, Yoon? Ini bukan seperti Min Yoongi yang ku kenal."

Pria itu berhenti. Menurunkan rok Yewon kembali. Mengelus pucuk kepalanya perlahan, "Maaf jika sikapku baru saja membuatmu khawatir. Aku hanya ingin merasakan cintamu, Kim----apa tidak bisa lagi?" Jeda, "Kau membuatku cemburu selama ini. Selalu memperlihatkan sikap manismu pada Namjoon itu di hadapanku. Kau tahu? Aku cemburu. Sangat! Karena itu, aku ingin selalu mendominasi dirimu, Kim. Seutuhnya. Baik itu hatimu, maupun fisikmu. Tidak bisa kah?" ujar Yoongi lirih.

Yewon menghela nafasnya pelan, "Aku mengerti, Yoon. Aku juga pernah merasakan sesakit itu padamu. Tapi, bisakah kau melakukannya dengan cara yang benar? Jangan seperti tadi."

Sekarang, Yoongi tersenyum seraya mengusap lembut kedua pipi gadis itu perlahan. "Kita lupakan cara yang benar.

I really want you, Kim!"

Srett!

Kali ini, Yewon berhasil menyingkirkan tangan Yoongi yang berusaha mengelus miliknya dari balik celana dalamnya. "Yoon, sudah!"

Yoongi terkekeh, "Baiklah----baiklah. Aku akan berhenti menyentuhmu."

"Aku sangat cemburu, Kim. Sungguh. Baru kali ini aku merasakan seperti ini. Rasanya sakit. Inginnya mati saja." ujar Yoongi. Mengutuk dirinya sendiri.

Sekarang, Yewon sudah meraup kedua rahang pria itu. Menatap matanya intens, "Baru merasakan ya? Bagaimana dengan hatiku, Yoon? Memangnya hatiku terbuat dari apa? Sama seperti hatimu. Sama rapuhnya. Terlebih lagi seorang wanita. Karena, wanita itu memiliki perasan yang mudah rapuh. Jika dulu aku masih kuat bertahan menghadapimu, itu artinya aku benar-benar mencintaimu, Yoon." ujar Yewon lirih. Menatap sayu pria di hadapannya.

"Lalu, sekarang bagaimana? Apa hati itu masih kuat menerima permintaan maaf ku?" Jeda, "Aku menyesal, Kim Yewon----aku sungguh menyesal karena telah menyia-nyiakan kesetiaan itu. Ku mohon, beri ku kesempatan yang terakhir kalinya membalas semua perasaanmu selama ini." Yoongi sudah lirih, bahkan menahan air matanya untuk keluar.

Yewon melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu, "Apa maksudmu yang terakhir kalinya?"

"Jika saja aku masih gagal, aku rela membiarkanmu pergi bersama Namjoon itu. Asal kau bisa bahagia bersamanya. Lagipula----ini juga kesalahanku sendiri. Aku memang pria yang tidak pernah pantas dicintai. Sikapku, memanglah seperti ini. Dan itu salah satu alasanku dijauhi wanita manapun. Hidupku mungkin tidak ditakdirkan merasakan jatuh cinta. Biarkan saja, Kim. Aku mengerti------"

"Yoon, cukup!" pekik gadis itu.

Sekarang, bulir air matanya benar-benar tidak bisa dibendung di bola matanya. Ucapan Yoongi sungguh membuat hatinya sakit. Seperti ada ribuan pisau tajam menghantam dadanya. Perasaannya perih. Bagaimana pria itu dengan mudah mengucap jika dirinya tidak akan pernah pantas dicintai? Mungkinkah pria itu sedang mabuk?

"Sekarang, kita harus bagaimana? Saat waktu di taman itu, aku berkata yang sesungguhnya, Yoon. Aku mengatakan sama seperti apa yang ku rasakan. Tidak mungkin aku membohongi perasaanku sendiri padamu." ujar Yewon lirih.

Yoongi tersenyum miring. Berusaha menyembunyikan semua kesedihannya dari gadis itu, "Tidak apa. Jika kau memang tidak bisa mencintaiku lagi, biar aku saja yang berusaha membuatmu jatuh cinta seperti perasaanmu padaku dulu. Itu tidak jadi masalah. Karena, kau belum seutuhnya mencoba bagaimana merasakan kesungguhan hatiku."

.

.

.

.

.

.

.

Yewon bungkam. Bibirnya seolah-olah kelu mendengar pernyataan itu. Hatinya benar-benar pilu dan bisa merasakan apa yang Yoongi rasakan. Dia sangat mengerti tipe pria seperti Yoongi. Sulit untuk jatuh cinta, namun sekalinya jatuh cinta benar-benar tulus mencintai apa adanya. Sulit luluh, namun juga sulit melupakan. Bagaimana Yewon bisa tidak luluh dengan pernyataan Yoongi ini? Bahkan, Yoongi dibuatnya semakin bingung akan perasaannya kembali.

"Baiklah, Yoon. Akan ku coba untuk kembali mencintaimu." ucap Yewon lembut. Menatap pupil mata yang sipit itu.

Yoongi membalas tatapannya manis. Memperlihatkan senyum khasnya pada gadis itu, "Jangan memaksakan hatimu sendiri, Kim." Jeda, "Jika kau memang tidak bisa mencintaiku, tidak apa. Mungkin Namjoon memang yang paling terbaik untukmu. Bukan aku."

"Maafkan aku, Yoon----Sekali lagi, maafkan aku." ujar Yewon lirih. Sekarang, air matanya benar-benar tak mampu ia tahan. Membiarkan mengalir di kedua pipinya.

Perlahan, jari lentik itu kembali mengusap lembut kedua pipi Yewon. Mengusap air matanya yang entah sudah berapa kali disekanya. "Tidak apa, ini bukan salahmu. Tapi, salahkan sikapku."

"Aku yang melakukan semuanya padamu. Aku juga yang harus menerima resikonya." ujar Yoongi kembali.

Gadis itu menangguk lirih. Masih ingin menatap Yoongi yang kini sama banjir air mata di pipinya. Seorang Min Yoongi menangis? Bukankah itu artinya sekarang hatinya begitu menyakitkan?

.

.

.

.

.

.

.

"Pak, tolong antarkan saya ke rumah pria yang bernama Min Yoongi itu ya? Suruh supir satu lagi untuk menjemput Yewon. Bilang padanya, saya tidak bisa menjemputnya hari ini."

"Baik, nyonya."

.

.

.

.

.

.

.

~ to be continued ~