Chereads / How to be Your Girlfriend? / Chapter 17 - Part 16

Chapter 17 - Part 16

Please, stay reading with music 🎶

_____***_____

Sudah berapa banyak gadis yang menghindarinya? Tidak bisa lagi terhitung dengan jari. Berapa banyak gadis yang kapok mencintainya? Sering kali gadis yang awalnya mendekatinya, lalu berakhir sama. Menjauh, menyerah, dan akhirnya membenci pria itu lagi. Lagi dan lagi. Membuat pria yang bernama Min Yoongi ini lebih suka untuk menyendiri. Lebih senang hidup tanpa cinta. Terlanjur nyaman dengan kesendiriannya. Hati yang beku itu terlalu takut untuk dibuka. Mata hati itu seakan masih segan menerima gadis yang datang, membawa kasih sayang untuknya.

Ini adalah kali pertamanya pengalaman seorang Min Yoongi merasakan jatuh cinta. Ini betul-betul cinta pertamanya. Pertama kali memiliki rasa pada seorang gadis. Pertama kali otak yang kelewat genius itu tidak lagi hanya memikirkan musik dan kerja keras. Tapi, sekarang pikirannya benar-benar penuh oleh gadis itu. Pertama kali air matanya mengalir di hadapan seorang gadis biasa. Pertama kali hatinya perlahan kembali mencair karena sentuhan cinta yang sedari dulu selalu menghampirinya. Namun, ini pertama kalinya juga membuat hati itu hancur berkeping-keping.

Pertama kali juga membuat dirinya terpuruk karena sebuah penyesalan yang tak ada gunanya untuk disesali. Sekarang, Min Yoongi harus benar-benar menata, memperbaiki hati sang gadis dari awal lagi, sebelum dirinya mengenal sosok pria itu. Kembali membangun perasaan yang runtuh hanya karena sebuah rasa kecewa. Yoongi betul-betul kecewa pada dirinya sendiri.

.

.

.

.

.

.

.

"Kim Yewon?"

Ujar pria Min itu seraya tersenyum. Sekarang, dirinya tengah berdiri di samping gadisnya. Ah, ralat----maksudnya Yewon. Mereka masih berada di sebuah halte yang tak jauh dari sekolahnya.

Gadis itu menoleh ke Yoongi. Tidak lama, ia kembali mengabaikan sapaan Yoongi. Senyum tidak, apa tidak, apalagi membalas sapaannya?

"Kau tidak dengar aku, Kim?" ujar Yoongi kembali.

Gadis itu menghela nafasnya kasar. Mau tidak mau, dia menoleh juga ke arah Yoongi. Padahal, sebenarnya dia sangat malas berbicara dengan pria itu. "Kenapa, Yoon?"

"Mau ku beri sesuatu?"

Yewon mengerenyitkan dahi, "Apa?"

"Jawab saja, mau atau tidak"

Kembali membuang muka ke sembarang arah. Gadis itu nyatanya betul-betul tak ingin berurusan dengan Yoongi. "Niatnya ingin memberi tidak, sih?" Jeda, "Ck, kau itu benar-benar menyebalkan ya, Yoon!"

Yoongi terkekeh, "Sengaja. Aku suka membuatmu marah. Makin cantik soalnya"

"Astaga! Kalau saja aku sedang memegang gagang sapu, sudah ku lempar benda itu ke wajahmu, Yoon" ujar Yewon kelewat santai.

"Galak sekali sih, jadi perempuan" ucap Yoongi asal. Sebetulnya, dia hanya ingin menggoda gadis itu.

Yewon mendengus, "Lalu, maumu apa?"

"Membuatmu mencintaiku"

_____***_____

Pletakk!

"Yoon, berhentilah mengucap hal yang konyol seperti itu"

Hal yang konyol?

Baiklah, ini perlu digaris bawahi. Yoongi sepertinya sudah sangat paham. Gadis itu masih belum bisa mencoba membuka hatinya kembali untuk Yoongi. Mencintainya mungkin adalah hal yang sulit dilakukan Kim Yewon. Kemana hati yang dulu selalu tegar menghadapi sikap dingin itu? Kemana Yewon yang selalu menununjukkan perhatian atau sekiranya memperlihatkan senyum puppy eyes nya pada Yoongi? Kemana semua itu? Yoongi rindu. Sangat merindukan kasih sayang dari gadis itu.

"Ya, aku minta maaf. Serius. Aku serius sekarang" Jeda, "Kau mau ku beri hadiah?" ujar Yoongi yang kedua kalinya.

"Ya, apa?"

Yoongi mengeluarkan sebuah plastik di dalam tasnya. Kemudian, memberinya ke Yewon. Sebuah kain lumayan tebal berwarna merah tua itu sudah digenggamnya. Halus. Kain itu sangat halus. Jujur, Yewon suka.

"Syal?"

Yoongi mengangguk, "Sebentar lagi musim dingin. Jadi, pastikan kau selalu memakainya kemana pun kau pergi"

"Kenapa harus memakai syal ini? Di rumah, aku punya banyak macam warna dan coraknya" ujar Yewon.

"Karena itu pemberianku. Ini adalah hadiah pertama dan terakhir dariku mungkin"

Gadis itu memutar bola matanya malas, "Ck, kenapa dari kemarin ucapanmu konyol sekali, sih? Jangan suka bicara ngelantur begitu. Aku tidak suka"

"Tidak, Kim. Itu hanya umpama" sahut Yoongi. Wajahnya kelewat santai. Tanpa merasa bersalah disana.

"Baiklah, baiklah----cukup"

.

.

.

.

.

.

.

Sejak kemarin, Yewon pusing dibuat pria ini, sungguh. Semua ucapannya sering kali tidak masuk diakal. Jujur, Yewon jadi kepikiran sampai sekarang. Ada apa dengan pria itu? Sikapnya semakin aneh dan manja sekarang. Ini seperti bukan Min Yoongi biasanya.

_____***_____

"Bagaimana?" tanya Yoongi.

"Bagaimana apanya?"

"Hadiahku. Kau suka?"

Yewon mengangguk pelan, "Hm, lumayan"

"Lumayan apa?"

"Suka" ujar gadis itu kelewat singkat. Tanpa menoleh dengan lawan bicaranya.

"Hanya lumayan?"

Tidak menjawab. Yewon lebih memilih untuk tetap diam seraya mengangguk pelan tanpa ekspresi.

"Ku kira kamu akan senang sekali jika menerima hadiah dariku" ujar pria Min itu.

Yewon berdecak kesal, "Jangan Ge Er, Yoon"

"Aku hanya bercanda, Kim"

"Tidak lucu" singkat Yewon.

Yoongi terkekeh, "Lalu, supaya lucu bagaimana?"

"Jangan melawak"

Oh, Astaga! Yoongi semakin dibuat kagum padanya. Bukannya kesal karena tiada hentinya berdebat, Kim Yewon justru membuat pria itu semakin tertarik untuk mendekatinya. Yoongi suka dengan Yewon yang begini, sungguh. Cerewet, dan sama sekali tidak mau kalah. Banyak omong. Ingin rasanya Yoongi buru-buru melahap habis bibir mungil yang cerewet itu. Oh, Yoongi pria normal. Jangan salahkan Yoongi jika dia tergoda pada gadis ini. Tapi, salahkan dia. Kenapa selalu membuat Yoongi semakin mengaguminya?

"Kau sekarang beda" ujar Yoongi.

Gadis itu mengerenyitkan dahi, "Kenapa?"

"Beda saja"

Yewon memutar bola matanya malas, "Ya, bedanya kenapa?"

"Lebih cuek" singkat Yoongi.

"Memang aku begini, Yoon"

"Dulu tidak. Kau bahkan selalu bersikap manis dan peduli padaku"

Gadis itu kembali berdecak kesal, "Itu dulu, Yoon!"

"Sekarang tidak?"

Yewon diam. Memilih untuk membuang pandangannya ke sembarang arah. Kemana saja yang Yewon ingin. Asal tidak menatap wajah pria di sampingnya itu. Muak, sungguh. Yewon benar-benar bosan dengan sikapnya belakangan ini.

"Ku antar pulang?" ujar Yoongi kembali.

Yewon menggeleng, "Tidak. Namjoon nanti jemput"

"Namjoon? Bukannya dia sakit, tidak masuk sekolah?" ucap Yoongi heran.

"Iya, tapi dia tetap menjemput ku"

Pria Min itu mengerenyitkan dahi, "Sakit-sakit begitu, tetap akan menjemputmu?"

"Iya"

Kali ini berbalik. Yoongi hanya bisa diam seribu bahasa. Jawaban Yewon betul-betul membuatnya bungkam sekarang. Yoongi tidak habis pikir, kenapa gadis itu semakin membuatnya kehabisan kata-kata setiap kali mereka berdebat? Mungkin, swag nya tertular pria itu. Oh----tapi, Yoongi kuat. Sudah terbiasa dengan mulut itu, sekarang. Tentu tidak jadi masalah lagi bagi Min Yoongi.

_____***_____

Hati...

Kau harus kuat, ya?

Jangan sampai patah apalagi rapuh duluan sebelum aku mendapatkannya. Tahan sebentar. Dia akan kembali padamu. Mengembalikan cinta itu ke rumahnya. Tempat yang seharusnya ia kembali.

© Min Yoongi

.

.

.

.

.

.

.

"Kim, kau tidak peka ya?" ujar Yoongi. Memecah keheningan sementara.

Yewon kembali mengerenyitkan dahinya, "Apa?"

"Namjoon itu menyukaimu"

Gadis itu hanya menghela nafasnya kasar, "Aku tahu"

"Aku hanya ingin belajar membuka hatiku saja, Yoon. Mencoba mencintainya" sambung Yewon.

"Berhasil?" tanya Yoongi.

"Sepertinya hampir"

Lagi-lagi tidak ada jawaban dari mulut Yoongi. Hatinya benar-benar hancur sekarang. Tidak tahu lagi harus bagaimana? Yoongi kehabisan cara. Dia menyerah. Pria bermarga yang sama dengan Yewon itu sepertinya berhasil meluluhkan hatinya. Dia bahkan mampu membuat Yewon melupakan Yoongi begitu cepatnya. Tidak ada lagi yang Yoongi bisa lakukan. Yoongi merasa gagal. Lagi-lagi Yoongi gagal membuat gadis itu kembali mencintainya.

Mungkin, memang benar. Apa yang pernah Yoongi katakan, jika dirinya pria yang tidak pantas dicintai. Hidupnya akan berjalan begitu-begitu saja. Tidak ada istimewa dan kebahagiaan disana. Hanya ada kesulitan dan penderitaan dilaluinya. Benar-benar pria menyedihkan. Yoongi selalu mengasihani dirinya sendiri. Lucu, sungguh. Yoongi sampai ingin terbahak melihat sulit hidupnya yang selalu begini. Tidak pernah berubah, tidak pernah berwarna. Yang hanya dia tahu----

Hanya gelap. Seperti halnya terjebak di sebuah labirin yang panjang. Itu tidak akan ada jalan keluarnya. Masuk dari situ, mungkin akhirnya bertemu di pintu awal juga. Atau kita beri gambaran seperti berjalan di lorong sepi yang gelap gulita. Tanpa ada seorang pun ingin menolongnya. Ya, begitulah Min Yoongi kalau disuruh mendeskripsikan hidupnya sendiri. Menyedihkan, bukan?

.

.

.

.

.

.

.

"Senang dijemput Namjoon?" ujar Yoongi kembali. Sering kali pria itu menutupi semua kesedihan yang dialaminya di hadapan Yewon.

Senyum itu perlahan lolos di kedua sudut bibirnya, "Iya, senang."

"Diantar denganku?"

Gadis itu membuang nafasnya kasar. Jujur, dia sudah tak ingin lagi berbicara dengan Yoongi sekarang. Inginnya cepat-cepat saja pria itu pergi. Atau setidaknya Namjoon segera datang menjemput, dan meninggalkan pria itu.

"Yoon, bisakah kau berhenti berbicara yang tidak penting? Kau sebaiknya pulang. Setelah ini harus bekerja kan?" ucap Yewon.

Yoongi menggeleng, "Tidak mau, kalau kau menolak ku antar pulang."

"Yoon, jangan bersikap bocah!"

.

.

.

.

.

.

.

Sebuah mobil sudah berhenti sedari tadi. Melihat pemandangan sepasang gadis dan pria itu, membuat seseorang tidak ingin langsung turun dari mobilnya. Membiarkan, hingga drama romantic itu berjalan sesuai ekspetasi mereka yang memainkannya. Wah, sangat romantis. Bahkan sampai yang menonton disini sampai terbawa perasaan. Mereka terlalu pandai memerankannya. Layaknya film Romeo and Juliet. Ck, dia sampai ingin tertawa sangking baper nya. Berduaan di sebuah halte pada saat salju akan turun. Bukankah itu begitu romantis?

Sekali, masih dia biarkan. Tetap memilih untuk mengumpat di dalam mobilnya. Terus memperhatikan mereka yang tidak sadar sama sekali kehadirannya. Kedua kali, si pria mulai berani menggenggam lembut tangan gadisnya. Namun---- dia masih membiarkan. Menarik nafas panjangnya, lalu dibuang secara perlahan. Ketiga kali, si pria mengelus pucuk kepala gadisnya. Hm, sebetulnya itu sudah kelewatan. Namun, dia termasuk pria penyabar. Masih lebih memilih untuk tetap diam, terus memperhatikan gerak-gerik mereka selanjutnya. Keempat kalinya-----

"Brengsek!"

Dengan segera, dia turun dari mobil. Perlakuan pria itu sudah kelewat kurang ajar ternyata. Bagaimana bisa dia terus membiarkan mereka, jika sudah kelewat batas begitu? Menyatukan bibir mereka di tempat umum seperti ini. Oh, ini betul-betul tidak boleh dibiarkan. Dia tidak mungkin membiarkan gadisnya yang bahkan sudah ingin berstatus tunangannya dicumbu, atau lebih parahnya lagi disentuh oleh pria asing.

Tanpa memikirkan resikonya, dirinya keluar dari mobil dan menghampiri gadisnya.

Brugh!

Yoongi meringis. Tubuhnya terjatuh lemas saat pukulan keras menghantam wajahnya. Cairan merah pekat sudah mengalir di sudut bibir dan hidungnya.

"Kurang ajar!"

Brugh!

Tidak hanya sekali. Bahkan pukulan itu sudah menghantam wajah, perut, dan tulang kering Yoongi berkali-kali. Pria itu seperti ingin membunuh Yoongi disini. Amarahnya benar-benar meluap. Yewon sampai takut melerai mereka.

"Sudah sering kali ku bilang kan? Jangan pernah menyentuh Yewon lagi! Dia, gadisku!" umpatnya.

Brugh!

Pukulan terakhir itu membuat Yoongi tidak lagi bisa bangun. Tenaganya benar-benar kelewat lemah Sekarang. Pria itu begitu kuat menghajar Yoongi tiba-tiba. Yoongi tidak mampu lagi membalas pukulannya. Sekujur tubuhnya memar dan membiru semua. Wajah, pipi, bibir sudah banyak cairan merah yang mengalir. Darah yang membuat Yoongi terlihat kalah sekarang. Pria itu tersenyum menang.

"Kim Namjoon?"

.

.

.

.

.

.

.

Sungguh, Yewon kaget akan kedatangan pria itu. Secara tiba-tiba saja menghajar Yoongi dengan beberapa kali pukulan keras. Bahkan, dia sampai tidak sadar jika mobil pria itu sudah ada disana. Dan----mungkinkah Kim Namjoon melihat semuanya? Tentu.

"K- Kau, sejak kapan disini?" tanya Yewon gugup.

"Sudah lama. Sejak si brengsek itu menggenggam tanganmu, mengusap kepalamu, bahkan mencium mu" sahut Namjoon kelewat santai.

Astaga! Di saat situasi seperti ini pun, pria itu masih saja tidak bisa memarahi gadisnya? Kurang baik apa lagi Kim Namjoon ini? Yewon seharusnya lega sekarang. Pria itu memang marah. Sangat marah. Yewon tahu. Wajahnya memerah menahan luapan amarah. Terlihat jelas, sangat. Tapi, bagaimana bisa nada suaranya masih melembut begitu? Mungkinkah Kim Namjoon ini mempunyai tekanan batin mencintai dirinya? Apa sesulit itu?

"Kim Yewon, masuk mobil" ujar pria itu. Masih dengan suara lembutnya. Menatap sang gadis lirih.

Yewon menggeleng, "Tapi Yoongi-----"

"Ku bilang masuk mobil."

Mau tidak mau, dengan perasaan yang ragu Yewon terpaksa menuruti perintah pria itu. Bahkan, tadinya Yewon ingin menolong Yoongi dan mencoba menjelaskannya pada Namjoon. Tapi----wajah itu kelewat menakutkan. Yewon tidak berani lagi membantah jika Namjoon sudah menahan amarahnya. Yewon sangat paham bagaimana Namjoon. Justru itu, dia lebih memilih untuk menuruti perkataannya.

"Kau, Min Yoongi!"

Namjoon menatap tajam Yoongi yang masih meringis kesakitan. Tubuhnya pun juga belum kuat untuk berdiri. Apa segitu beratnya kehidupan yang Yoongi jalani?

"Selama ini masih ku biarkan jika menyentuh Yewon seenaknya. Aku masih punya kesabaran, Yoon!" Jeda, "Tapi sekarang, ku pikir kau sudah kelewatan. Menyentuh gadis diluar batas yang bahkan sebentar lagi gadis itu sudah bertunangan denganku" ujar Namjoon.

"Bertunangan?"

"Ya, aku dan Yewon akan melangsungkan pertunangan setelah lulus sekolah. Tidak perlu menunggu lama, kami juga akan menikah. Jadi, ku tekankan sekali lagi. Jauhi Yewon." jelas pria Kim itu.

Yoongi terdiam. Apa lagi yang bisa Yoongi lakukan setelah Namjoon mengatakan hal itu? Bungkam. Hanya itu yang dapat Yoongi lakukan di hadapan Namjoon. Yoongi betul-betul sakit mendengarnya. Mengingat hatinya baru saja merasakan jatuh cinta dengan seorang gadis. Yewon adalah cinta pertamanya. Gadis pertama yang membuat pria itu menghantui pikirannya. Gadis pertama yang membuatnya frustasi, takut kehilangan. Dan, apakah cinta pertama itu juga harus menghancurkan hatinya?

Sakit. Dadanya amat sakit rasanya. Bahkan, sekarang Yoongi tidak tahu lagi ingin meluapkan sakitnya bagaimana. Dan----hanya bulir air mata yang hampir keluar, membendung di bola matanya. Tuhan, Yoongi benar-benar putus asa. Rasanya pria itu ingin mati saja. Tidak ada lagi harapannya, bukan? Mengapa hidupnya selalu menyedihkan seperti ini? Apakah keadilan itu memang tidak pernah ditakdirkan berpihak pada Min Yoongi ini? Sungguh, pria malang.

_____***_____

"Ku ingatkan sekali lagi. Yewon itu sudah tidak punya perasaan Apa-apa lagi padamu. Jadi, mundurlah. Biar aku yang selalu berada di sisinya." ujar Namjoon kembali.

Pria itu tersenyum miring penuh kemenangan menatap Yoongi yang bahkan hanya bisa tertunduk.

"Ck, kau terlihat seperti pria paling menyedihkan sekarang, Yoon!"

Yoongi bergeming. Masih terduduk menatap Namjoon lirih. Tidak tahu, betapa menyedihkan wajahnya yang ia perlihatkan pada Namjoon. Oh, tentu saja Namjoon tahu. Sangat tahu. Bahkan, Namjoon yang melihat wajahnya itu tersenyum remeh. Tentu  pria Kim itu merasa menang. Itu artinya, tidak ada lagi harapan dengan Min Yoongi ini kan?

"Jadi, kau bisa jauhi Kim Yewon? Ah, ralat. Maksudku, kau harus bisa."

"Jika tidak, kau tahu sendiri akibatnya." ucap Namjoon seraya memperlihatkan senyum miringnya.

"Tidak. Aku masih akan terus berjuang memilikinya" Yoongi mulai buka suara.

Sekarang, keadaan berbalik. Namjoon bungkam setelah mendengar ucapan pria Min itu.

"Ck, berani sekali kau ya?"

"Siapa bilang ku takut denganmu? Kita sama-sama manusia. Kau dan aku sama-sama makan nasi. Kita, juga sama-sama pria dan menyukai gadis yang sama pula. Jadi, apa salah jika aku juga ingin memiliki Yewon?" sahut Yoongi.

Namjoon diam. Amarahnya kembali bergejolak sekarang. Memang sulit, memiliki masalah dengan pria cuek dan dingin seperti ini. Diam tak banyak bicara. Tapi sekalinya bicara, membuat tangannya ingin segera menampar mulut itu hingga bengkak. Betul-betul pria yang sama sekali tidak mempunyai etika berbicara.

Pria brengsek. Pria menyebalkan. Pria Albino. Pria-----Ah, sebetulnya Namjoon ingin mengatakan semua itu. Namun, untung saja masih ada Yewon. Dia tahu, pasti gadis itu dari tadi memperhatikannya dari kaca mobil. Namjoon hanya tidak ingin Yewon membencinya karena berubah menjadi pria kasar.

"Terserah! Lakukanlah sesukamu. Kita lihat saja, siapa yang akhirnya dipilih Yewon." ujar Namjoon kelewat santai. Dengan segera, pria itu meninggalkan Yoongi sendirian. Masih dalam keadaan terduduk di jalanan.

_____***_____

"Ck, menyebalkan! Asal tahu saja. Aku tidak akan berhenti disini. Selagi Yewon masih bisa ku miliki, kenapa tidak?"

Pria Min itu kemudian berusaha berdiri seraya memegang perutnya yang masih terasa sakit akibat pukulan keras tadi.

"Kim Yewon, aku tidak akan menyerah"

.

.

.

.

.

.

.

~ to be continued ~