Sekarang jam kosong. Tidak ada guru yang masuk di kelas mereka. Dari pagi, semua guru tengah rapat. Mungkin rapat membahas ujian tengah semester. Entah, Min Yoongi itu orang yang sama sekali tidak peduli soal yang begituan. Yang dia tahu, pokoknya jam kosong itu adalah yang terbaik. Dan satu-satunya surga dunia yang tiada duanya. Dirinya bisa bebas menyendiri sesekali menulis lagu.
Seperti biasa. Pria itu menyendiri di taman belakang sekolah. Tempat yang jarang sekali dilalui banyak orang. Disana tempatnya nyaman. Yoongi sangat suka ketenangan. Jauh dari bising dan banyak orang. Yoongi setiap hari selalu mengunjungi tempat itu. Setidaknya hanya untuk menenangkan diri. Tempat terbaik yang ia kunjungi. Hoseok sering kali menghampirinya. Namun, Yoongi juga selalu mengusir pria Jung itu tiap kali menghibur dirinya. Bagi Yoongi, kehadiran Hoseok tidak menghiburnya sama sekali. Justru membuat tambah risih saja. Yoongi paling benci kebisingan.
.
.
.
.
.
.
Sesekali dirinya memejamkan mata sejenak. Menghirup udara segar, seraya menenangkan pikirannya. Jarang sekali pria Min itu bisa bebas begini. Sedari pulang sekolah nanti, dia hanya akan bisa bekerja keras dan pulang hingga larut malam. Makanya, Yoongi benci jika waktu bebasnya diganggu. Siapapun itu.
"Y----Yoon, Min Yoongi? Suga? Agust'D? Agus? Kocheng?" Ah-----ralat, maksudnya dia hanya memanggil salah satu saja. "Yoon?"
_____***_____
Yoongi sontak terkejut dan buru-buru membuka kedua matanya. Melepas headset yang masih ada di kedua telinganya seraya menoleh ke samping. Memastikan siapa yang berani datang menghampirinya. Sial, berani sekali orang ini! Jika Yoongi sudah marah, baru tahu rasa. Belum pernah lihat Yoongi marah kan? Siap-siap saja!
"Ah, kau lagi!" Yoongi memutar bola matanya malas, setelah tahu gadis itu lagi yang menghampirinya. Siapa? Sudah pasti Kim Yewon. "Ada apa?" ketus pria Min itu.
Gadis itu menunduk. Menyerahkan satu kotak tempat nasi pada Yoongi, "Untukmu makan siang, Yoon." ujar Yewon.
Yoongi mendecak kesal, "Ck, kenapa suka sekali memberiku makanan sih? Tidak usah repot-repot. Aku bisa membelinya sendi-----" ucapnya terhenti. Tiba-tiba seseorang merampas kotak makan itu.
"Jika kau tidak mau, berikan padaku!" ujarnya datar.
Sungguh. Yewon tidak menyangka siapa yang sudah berada di sampingnya dan merampas kotak makan dari genggaman Yoongi itu. Pupil matanya membulat sempurna. Serius, dia kaget bukan main.
.
.
.
.
.
.
.
"Namjoon----?"
Sekarang, Yewon dan Namjoon saling menatap heran. Namjoon, pria itu tiba-tiba datang dan merampas kotak makan dari Yoongi. Sedangkan pria Min itu, hanya terdiam. Memperhatikan drama mereka.
"Sudah berapa kali ku bilang, jangan pernah kasih perhatian lagi padanya. Kau tidak mengerti, eoh?" Jeda,
"Lihat, apa dia selama ini mau menerima pemberianmu? Dan kau, masih saja tidak kapok berbaik hati padanya?" ujar Namjoon.
Oh, Astaga! Suasananya benar-benar canggung sekarang. Yewon bingung sekaligus takut bersamaan. Yoongi dan Namjoon sudah saling menatap. Tatapan itu menyeramkan, sungguh. Yewon bisa melihat dari pupil matanya Yoongi, ada dendam disana. Yewon takut----selama ini, dirinya jarang sekali melihat Yoongi ataupun Namjoon marah padanya. Yang bisa ia lakukan hanya diam, seraya menunduk. Menatap ujung tali sepatunya.
"Kau juga, Min Yoongi." ucap Namjoon kelewat dingin.
Yoongi hanya terdiam. Menatap sinis pria Kim itu. Tatapan yang menyeramkan.
"Kalau kau tidak mau menerima pemberian Yewon, biar aku saja yang menerimanya." Jeda, "Kau tahu? Ini adalah masakan Yewon sendiri. Dan aku tidak mau mengabaikan usahanya. Susah payah dia belajar memasak untuk membuat ini. Kau, tidak mau kan? Ya sudah. Biar untukku saja." ucap Namjoon seraya berbalik badan. Meninggalkan pria Min itu sendirian.
"Ayo, Yewon. Kita tinggalkan saja pria itu. Dan----kita makan masakan buatanmu ini berdua, bagaimana?" ucap pria Kim itu kembali. Tersenyum manis menatap Yewon, seraya mengusak pucuk kepala gadis itu.
Melihat pemandangan itu, entah mengapa membuat Yoongi kesal. Benci dan tak suka bersamaan. Rasanya, ingin sekali dia memukul Namjoon yang mudahnya menebar pesona sekaligus menyentuh gadis itu. Sungguh, Yoongi tidak pernah merasa egois seperti ini. Yang dia mau, Yewon hanya memberikan masakannya khusus untuknya. Dia tak suka jika Namjoon dapat mencoba masakannya.
Yoongi mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Wajahnya sudah memerah menahan amarah. Benar-benar tidak terima jika Pria Kim itu membawa gadisnya seenak jidat. Mungkinkah pria itu cemburu? Tidak jauh setelah Namjoon dan Yewon berjalan meninggalkannya, Yoongi langsung berlari menyusul mereka. Merampas kembali kotak makan itu dari genggaman Namjoon.
Namjoon dan Yewon terkejut bukan main. Tidak paham lagi dengan pria Min itu. Aneh. Sikapnya betulan aneh, sungguh.
"Hei, apa maksudmu? Cepat, kembalikan kotak makan itu!" pekik Namjoon.
Yoongi buru-buru membuka kotak makan yang barusan ia rampas, "Kim Yewon, makanan ini untukku kan?"
Yewon mengangguk datar. Menatap heran pria Min itu.
"Kalau begitu, ku makan sekarang boleh?" ujar Yoongi seraya tersenyum menatap gadis itu.
Yewon langsung menghentikannya saat Yoongi ingin menyuap nasi ke dalam mulutnya. "Jangan, Yoon!"
Pria Min itu mengerenyitkan dahi, "Kenapa?"
"K---Kalau kau tidak mau, tidak apa. Biar aku dan Namjoon saja yang menghabiskannya." Jeda, "Kau pasti tidak akan suka masakanku. Kalau Namjoon, sudah terbiasa memakan masakanku. Jadi, ini tidak pernah jadi masalah untuknya." ujar Yewon ragu-ragu. Wajahnya ditundukkan, tidak berani menatap pria Min itu.
Sekarang, posisinya berbalik. Yoongi yang tersenyum manis menatap gadis itu seraya mengusak pucuk kepalanya. Namjoon melihatnya, hanya menatap sinis. Tak suka dengan pemandangan itu. Kesal rasanya. "Sial! pria Albino itu seenaknya menyentuh Yewon ku. Tidak sadar perlakuannya selama ini pada Yewon bagaimana?" pekik Namjoon dalam batinnya.
"Tidak apa. Aku hanya ingin mencoba masakanmu, memangnya tidak boleh?" ujar Yoongi ramah pada gadis itu.
Yewon mengangguk serba salah. Sungguh, dia tak tahu lagi harus bagaimana sekarang. Perlakuan Yoongi begitu manis padanya. Ini kedua kalinya Yoongi bersikap manis pada gadis itu. Yewon sendiri masih tidak percaya jika ini Yoongi. Bagaimana bisa pria dingin itu sekarang tersenyum manis menatapnya? Dan, tangan kekar itu-----sejak kapan mengusak pucuk kepalanya?
Oh, Astaga! Yewon gila dibuatnya. Wajahnya kelewat datar melihat senyum gummy smile itu menatap lekat matanya. Iya, wajah Yoongi sudah sangat dekat sekarang. Menatap manis lentik bulu mata dan puppy eyes nya yang imut.
"Kenapa kau makin imut jika ditatap begini?" ujar Yoongi. Pria itu masih setia tersenyum seraya mengusak kepala Yewon.
Srett!
"Jangan seenaknya menyentuh Yewon begitu!" pekik Namjoon. Tiba-tiba saja ia menyingkirkan kasar tangan Yoongi saat mengusak kepala gadis itu.
Yoongi terdiam. Hanya menatap sinis pria Kim itu.
"Kemarikan kotak makannya! Ini milikku." Namjoon kembali merampas kotak makan itu.
"Tidak!"
"Dia sudah memberikannya padaku." pekik Namjoon.
"Tapi, Yewon awalnya memberikannya untukku kan?"
Namjoon tersenyum miring, "Ck, bukankah kau sudah menolaknya? Jadi, makanan ini untukku."
"Untukmu? Bukannya kau tiba-tiba datang dan langsung merampasnya?" Jeda, "Kau bahkan belum tahu jika aku menolak atau menerimanya kan?" sahut Yoongi kelewat datar.
Yewon benar-benar bingung sekarang. Namjoon dan Yoongi sama-sama tidak mau mengalah disini. Oke, memang seperti anak kecil mereka. Yewon sampai tidak tahu harus berbuat apa. Melerai dan menghentikan perdebatan konyol ini. Dua-duanya tidak ada yang mau diam. Yoongi, yang dia kenal pendiam, malas dengan keributan, sekarang benar-benar sama sekali tak mau mengalah juga.
Ayolah, Yewon frustasi dibuatnya. Ini betul-betul bukan seperti mereka yang Yewon kenal. Kemana Yoongi yang dingin itu? Kemana Namjoon yang selalu menurut dan bersikap manis padanya? Situasinya benar-benar kacau sekaligus konyol sekarang.
"Hei! Dari ucapanmu itu sudah jelas kau menolak pemberian Yewon, bodoh!" ujar Namjoon.
Yoongi menggeleng datar, "Tidak----tidak. Memangnya aku bilang begitu, tandanya aku menolak? Kau dengar kata tolakan dari mulutku, hah?"
Namjoon berdecak kesal, "Ck, menyebalkan!"
Yoongi tersenyum miring. Merasa menang dengan perdebatan ini. "Jadi, berikan kotak makan itu padaku. Aku juga ingin mencicipi masakan Yewon."
Gadis itu berbisik pada Namjoon, "Sudah, berikan saja padanya. Kita bisa makan makanan lain kan?"
Namjoon mengelak, "Tapi, makanan itu kan masakan buatanmu, Kim Yewon! Bagaimana aku bisa rela memberikan untuknya?"
"Tidak apa. Lain kali ku buatkan lagi khusus untukmu. Bagaimana?" usul Yewon.
Namjoon tersenyum sumringah. Senang saja mendengar kata khusus dari mulut Yewon untuknya. "Janji?"
Gadis itu mengangguk pelan. Tersenyum manis menatap Namjoon. Kemudian, kembali mengusak pucuk kepala gadisnya.
.
.
.
.
.
.
.
"Ya sudah. Kalau begitu, kau ikut makan denganku ya?" ujar Namjoon.
Yewon mengangguk setuju. Namun, tiba-tiba Yoongi meraih tangan mungil gadis itu. Menghentikan langkahnya. Yewon memutar balik tubuhnya menghadap Yoongi, "Ada apa, Yoon?"
"Aku tidak mau kalau makan sendirian. Temani aku makan disini." ujar Yoongi datar pada gadis itu.
Yewon terkejut bukan main. Sanking kagetnya, mulut itu sedikit terbuka. Otaknya benar-benar loading sekarang. "Hah?"
"Tidak mengerti? Kau, Kim Yewon----harus menemaniku makan disini. Paham?" tegas pria Min itu.
Sedangkan disana, tentu saja ada pria yang tidak suka mendengarnya. Menolak gadis itu untuk menemani Yoongi makan. Namjoon berdecak kesal setelah Yoongi mengucap begitu, "Apa-apaan? Tidak! Yewon akan makan bersamaku. Iya kan, Kim Yewon?"
Astaga, Yewon benar-benar bingung sekarang. Tidak mengerti lagi dengan dua pria ini. Aneh, sungguh. Kenapa mereka jadi bocah seperti ini? Yang bisa ia lakukan, hanya terdiam. Dia betul-betul tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Mungkin, dirinya sudah terlihat seperti gadis dungu sekarang.
_____***_____
Yewon terkejut, tatkala Yoongi tiba-tiba meraih sekaligus menggenggam tangannya. "Kim Yewon, kau ikut denganku kan?"
Yewon bungkam. Sungguh, dia benar-benar tidak tahu lagi harus mengatakan apa pada pria Min itu.
"Tidak! Yewon akan makan denganku. Apa-apaan kau tiba-tiba mengajak Yewon makan bersamamu? Kau itu siapanya Yewon? Kekasih bukan, sahabat bukan." pekik Namjoon.
Yoongi tersenyum miring, "Hei, Yewon itu masih single. Belum punya siapa-siapa kan? Jadi, dia berhak makan dengan siapa saja. Dan kau----kekasih Yewon juga bukan. Lantas, kenapa jadi overprotektif begini padanya?"
Yewon merasa sudah tak ingin lagi mendengar perdebatan mereka. Lelah, sungguh. Gadis itu juga pusing dibuatnya. Akhirnya, dia memberanikan diri membuka suara. Melerai mereka yang inginnya berdebat tiada habisnya. Tidak ada yang mau mengalah. Hanya alasan ingin makan bersamanya? Bukankah itu alasan konyol? Macam bocah saja. Oke, Yewon memutuskan untuk mengakhiri perdebatan mereka.
"Cukup!" pekik Yewon.
Gadis itu menghela nafasnya kasar, "Oke Yoon, aku ikut makan denganmu. Puas?"
Yoongi tersenyum menang. "Baiklah. Kau----Kim Namjoon, lihat kan? Yewon memintaku untuk makan bersamanya. Masih ingin melarangku?"
"Ck, menyebalkan!" Namjoon berdecak kesal. Masih tidak terima jika gadis itu memilih Yoongi ikut makan bersamanya.
"Sudah, Yoon. Aku sudah muak mendengar perdebatan kalian, sungguh. Aku hanya ingin semuanya cepat berakhir." jelas gadis itu dengan wajah datarnya.
Dengan perasaan kesal, akhirnya Namjoon lebih memilih meninggalkan Yoongi dan Yewon disini. Sebetulnya dia tidak terima. Hanya saja, dia juga tidak ingin membuat nama baiknya tercoreng jelek di mata gadis itu. Inginnya, pria yang cocok bersama Yewon hanyalah dirinya. Kim Namjoon seorang. Egois, memang. Namun, dia juga bersaing dengan kejujuran. Tidak ada kecurangan disana.
"Namjoon sudah pergi. Dan kau, makanlah dulu. Aku akan menemanimu disini. Cepat!" ujar gadis itu kelewat dingin.
Yoongi mengangguk antusias. Tersenyum manis menatap Yewon. Keduanya kemudian mencari tempat duduk.
.
.
.
.
.
.
.
Sudah.
Sekarang, Yoongi dan Yewon sudah duduk berdua. Yoongi membuka kotak makan itu. Sesekali ia menghirup masakan gadis itu. Aneh, sungguh. Yewon heran dibuatnya. Dirinya sama sekali tidak percaya jika ini benar Min Yoongi. Banyak tingkah. Dan----menyebalkan.
Yewon mengerenyitkan dahinya, "Hei! Kenapa malah dihirup begitu? Makanlah."
"Aku hanya ingin menikmati aroma masakan gadisku dulu." sahut pria Min itu kelewat santai.
Sekarang, mulutnya sudah diisi dengan makanan yang dibuat oleh gadis itu. Ya, Yoongi akhirnya menerima untuk mencicipi masakan Yewon juga. Bagaimana tidak senang?
Yewon terkejut bukan main. Pupil matanya mendadak membulat sempurna. Apa katanya? Gadisnya? Oh, Asaga! Ayolah----apa-apaan pria ini? Yewon tidak mengerti lagi dengan sikapnya sedari tadi, sungguh. Kenapa jadi menyebalkan seperti ini?
Yewon tersenyum miring, "Apa? Gadismu? Ck, memangnya aku kekasihmu?"
"Kau tidak ingin?" balasnya kelewat santai.
_____***_____
Pletakk!
Oke, hanya gadis itu satu-satunya yang berani menjitak kepala Min Yoongi. Istimewa, bukan?
"Yoon, bercandamu tidak lucu sama sekali." pekik Yewon. Menatap sinis ke arah Yoongi.
Pria itu terkekeh, "Aku ini bicara serius. Apakah wajahku terlihat bercanda sekarang?"
Membuang pandangannya asal. Yewon sepertinya tak ingin lagi ditatap pria itu lama-lama. "Terserah padamu, Yoon." ujarnya dingin.
"Masakanmu lumayan juga. Kenapa dari dulu aku tidak menerima dan mencicipinya ya? Maaf, aku sedikit menyesal." ucap Yoongi. Mencoba mengalihkan topik lain yang lebih menarik pastinya.
Gadis itu kembali menghela nafasnya kasar, "Haaahh----kau tidak suka, juga tidak apa, Yoon."
"Kenapa bicara begitu? Bukannya kau senang jika aku yang mencicipinya?" Yoongi kini mengerenyitkan dahinya. Tak paham maksud gadis itu.
"Aku sudah terbiasa mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan darimu, Yoon." Jeda, "Jadi, mau kau tidak pernah menyukai masakanku pun, tidak apa. Aku sudah tidak peduli." ujar Yewon.
Lagi-lagi pria itu mengerenyitkan dahinya, "Kau ini aneh. Kenapa bicara yang tidak jelas begitu? Maksudnya apa? Aku tidak mengerti." Jeda, "Bukannya kau senang jika aku mencicipi masakanmu?"
"Tidak juga." jawab gadis itu kelewat datar.
"Kenapa?"
Yewon kembali menghela nafasnya kasar. Mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Risih, sungguh. Pria itu terus saja menatap lekat wajahnya.
"Karena, aku sudah tidak mempunyai perasaan apa-apa lagi padamu, Yoon."
.
.
.
.
.
.
.
~ to be continued ~