Chereads / How to be Your Girlfriend? / Chapter 12 - Part 11

Chapter 12 - Part 11

Dua sejoli ini masih berada di ruang perpustakaan. Membolak balikkan lembar- lembar buku karya ilmiah yang akan digunakan sebagai bahan tugas harian. Ini menjelang ujian tengah semester. Tidak ada murid bisa bersantai. Berleha-leha. Semuanya sibuk mempersiapkan diri. Padahal, ini hampir jam masuk pelajaran. Namun, mereka tidak mau menyia-nyiakan waktu senggang ini untuk melakukan sesuatu hal yang tidak penting.

Mereka duduk berhadapan. Satu meja, dan disibukkan buku masing-masing digenggamannya. Sesekali mereka mengintip satu sama lain. Mencoba mencuri pandang dari balik buku. Bukan----bukan karena hadirnya bumbu-bumbu cinta dalam persahabatan mereka. Tapi, mencuri pandang sesekali untuk mengetahui siapa yang akan mengalihkan topik. Memecah keheningan ini. Saling menunggu bicara satu sama lain. Mereka sama-sama bosan hanya berdiam satu jam disini. Tapi, entah mengapa masing-masing dari mereka juga bingung membuka hal topik apa.

.

.

.

.

.

.

"Eheem-----" dehaman pelan itu membuat suasana mencair seketika.

Pandangan mereka akhirnya saling bertemu satu sama lain. Wajah yang ditutup buku tebal itu kelihatan jelas juga.

"Lee?" ucap Jungkook ragu.

Chaeryeong bergeming. Masih setia menatap buku yang dibacanya. Tak ada ketertarikan memulai pembicaraan disana.

Jungkook menghela nafas kasarnya, "Mau sampai kapan kau berdiam begini terus?"

Buku itu ditutup. Kemudian, ditaruh tepat di samping kanannya. "Ada yang ingin kau bicarakan?" gadis itu akhirnya membuka suara. Meskipun singkat. Tanpa ekspresi disana.

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi." Jungkook menyusul gadis itu. Menutup dan menaruh buku yang dibacanya.

Chaeryeong mengerenyitkan dahi, "Pertanyaaan apa? Bukannya dari tadi kita hanya diam?"

Gadis bodoh! Masih saja tidak peka perasaan sahabatnya satu ini. Mencoba mengumpat atau bagaimana? Oh, Jungkook tahu----dia paling mengerti sahabatnya itu. Jika dia tidak ingin membuka suara, itu artinya ada sesuatu yang dipikirkannya. Sesuatu yang membuat otaknya tidak bisa konsentrasi sama sekali. Justru itu Jungkook heran. Gadis ini sebetulnya konsentrasi membaca, atau hanya membolak balik bukunya saja?

Jungkook tidak yakin gadis itu sepenuhnya membaca. Dia tahu ada yang dipikirkan di dalam otaknya. Ini tidak seperti Lee Chaeryeong yang biasanya. Tidak cerewet, ataupun jahil. Gadis itu daritadi hanya diam, menunduk, atau sesekali berdeham pelan jika suasananya benar-benar canggung diantara keduanya.

"Kau menyukai hyung ku?" lagi-lagi pria Jeon itu membuka suaranya.

Chaeryeong bungkam. Ah, sial. Mengapa dari dulu pria ini tidak pernah berubah? Selalu langsung berbicara ke intinya. Tidak tahu, ada perasaan bingung disana? Ini yang Chaeryeong benci dari pria itu. Kalau mengungkap sesuatu, tidak suka bertele-tele. Mungkin ketularan Min Yoongi itu. Menurun ke adiknya.

"Apa itu salah?"

Hm, jawaban yang menarik. Tidak bisa Jungkook menebak kalau dia akan mengatakan hal itu. Jungkook kira, dia akan berpura-pura, dan mengatakan 'Ah, tidak. Bagaimana mungkin aku menyukai hyung mu?'.

Jawaban yang membuat pria itu tersenyum sekaligus puas. Tidak percaya jika ini benar Lee Chaeryeong.

Karena sebetulnya, tipe macam Chaeryeong ini tidak mudah mengungkapkan perasaannya pada pria itu. Meskipun dia sahabat dekatnya. Gadis itu sangat pemalu, tidak suka diejek. Jika sudah, raja hutan bisa kalah saing dengan marahnya. Oh----jelas, Jungkook sangat tertarik dengan pembicaraan kali ini. Dan dia, berhasil membuat gadis itu tertarik untuk lebih memperdalam pembicaraan.

"Tidak salah, sih. Aku justru setuju." ujar Jungkook seraya terkekeh. Memperlihatkan gigi kelincinya disana.

Gadis itu membulatkan pupil matanya lebar-lebar. "M----Maksudnya, kau mendukungku kencan dengan hyung mu, Jeon? Sungguh?"

Jungkook mengangguk pelan, seraya tersenyum kecil disana. "Hm" Jeda, "Tapi, ada sesuatu juga yang perlu kau ketahui."

"Apa?"

Jungkook mulai bicara lebih serius sekarang. Chaeryeong bisa melihat itu. Terlihat di kedua pupil matanya. Chaeryeong ikut serius. Membalas tatapan pria itu tepat di depannya. Mereka saling menatap. Tatapan yang penuh akan rahasia. Chaeryeong semakin penasaran dibuatnya.

"Apa, Jeon? Katakan padaku!" Chaeryeong kesal. Karena daritadi pria itu hanya diam. Menatap matanya dalam.

"Kau siap menerimanya?"

Chaeryeong menghela nafasnya kasar, "Aku yang menyukainya, berarti aku juga yang harus siap menerima. Apapun itu hal yang baik atau yang buruk." Jeda, "Cepatlah----katakan padaku, Jeon."

Pria itu juga menghela nafas. Terpaksa dia harus bilang hal ini pada sahabatnya. Jika tidak, itu artinya dia juga membiarkan sahabatnya sakit hati. Lebih baik, dia katakan sekarang. Supaya sahabatnya lebih tahu terlebih dulu. Daripada menutup mulut, ujung-ujungnya juga sakit hati, bukan?

"Temannya, juga ada yang menyukai hyung ku." ujar Jungkook ragu.

Chaeryeong lagi-lagi hanya terdiam. Entah, dia tidak tahu harus menyesal atau bahagia? Dia senang, karena Jungkook sudah jujur dengannya. Mendukung gadis itu kencan pada kakaknya. Namun, di satu sisi Chaeryeong juga menyesal. Itu artinya, dia akan mendapat saingan. Untuk memiliki hati Yoongi. Disana, ada hati yang terasa sakit. Ingin cemburu, tapi dia bukan siapa-siapanya Yoongi. Ah, Chaeryeong serba salah dibuatnya. Apa yang harus ia lakukan? Gadis itu benar-benar terlanjur jatuh cinta denga pria dingin itu.

"Ah, begitu?" Jeda, "Tapi, Jeon-----kau, kenal dengan gadis yang menyukai hyung mu itu?"

"Kenal. Aku sangat mengenal noona itu. Dia gadis yang baik dan penyabar."

Chaeryeong mengerenyitkan dahi, "Kenapa?"

Jungkook menghentikan ucapannya sebentar. Menghela nafasnya kasar, "Sikap hyung ku itu dingin, sama sekali tidak pernah ramah ke wanita.

Itu sebabnya tadi dia tidak memberitahu namanya padamu. Entah, sejak kapan dia jadi pria seperti itu." Jeda, "Padahal, teman gadisnya selalu memberikan perhatian pada hyung ku. Tapi, dia tidak pernah membalas kebaikannya."

Chaeryeong hanya bisa terdiam. Terus mendengarkan cerita panjang lebar dari sahabatnya. Serius, Chaeryeong sekarang hanya ingin sepenuhnya mengetahui sikap pria Min dan Yewon itu. Tidak ingin membicarakan yang lain. Dia juga ingin mengetahui, mencari sesuatu yang disukai Min Yoongi itu. Chaeryeong akan mencoba memberi perhatian padanya. Dia harus yakin, siap menerima apapun resikonya selagi mendekati Min Yoongi.

"Jadi, ya----hubungan mereka begitu-begitu saja. Tidak pernah ada kemajuan. Aku juga tidak tahu. Apa hyung ku sebetulnya menyukai Yewon noona juga?" Jeda, "Setahu ku, gadis yang mencoba mendekati hyung tidak pernah ada yang sanggup bertahan. Lelah, tidak pernah dihargai kebaikannya. Dan sepertinya----hanya Yewon nona yang tidak mengenal kata menyerah mengejar hyung ku. Tapi, entah juga kalau perasaannya tidak pernah dihargai begitu? Mungkin----dia akan meninggalkan hyung."

Mendengar itu, tentu membuat pupil mata Chaeryong membulat sempurna. Kaget. Ya, ini kesempatan sekaligus awal yang baik untuk Lee Chaeryeong, bukan? Namun, di satu sisi dia juga bingung. Kenapa?

"Lee, kau yakin masih ingin mengejar hyung ku?" Jeda, "Sebaiknya kau berfikir ulang kalau jatuh cinta padanya. Ku beri saran, kau harus siapkan hati dan mental yang kuat. Karena, pria seperti hyung ku sulit sekali untuk jatuh cinta, Lee----" ujar Jungkook.

Sebetulnya, dia tidak masalah jika sahabatnya ternyata juga menyukai hyung nya. Hanya saja, dia juga tidak ingin sahabatnya sakit hati seperti Yewon itu. Dia masih tidak rela jika nanti Chaeryeong terluka, lalu akhirnya mengakhiri persahabatan mereka. Jungkook tidak ingin. Dia takut kehilangan, sungguh.

"Tidak apa. Aku akan mencobanya, Jeon." ujar Chaeryeong lirih.

Perlahan, tangan kekar itu menggenggam lembut kedua tangan mungil Chaeryeong. "Kau yakin?"

Chaeryeong tersenyum, seraya mengangguk antusias. Meyakinkan Jungkook kalau ia benar bersungguh-sungguh menerima apapun resikonya. Resiko mencintai Min Yoongi itu.

"Ah, aku masih tidak yakin denganmu, Lee." Jeda, "Aku tidak ingin kau seperti Yewon noona. Diperlakukan dingin seperti itu. Rasanya, aku mungkin bisa benci dengan hyung ku kalau dia berani berbuat begitu padamu."

Chaeryeong tersenyum menatap Jungkook. Perlahan, dua pipi chubby itu diraupnya. "Jeon, aku tidak peduli bagaimana pun sikap hyung mu. Justru itu, aku akan merubah sikap dinginnya supaya menjadi lebih ramah ke orang lain. Kau juga tidak ingin dia begitu terus kan? Jadi, biarkan aku coba mendekati hyung mu, boleh?"

Ah, sial. Jika sudah senyum manis begini, mana bisa Jungkook menjawab tidak? Dia sangat lemah dengan senyuman gadis itu. Entah mengapa, senyuman khasnya dapat membuat hatinya berubah menjadi lebih tenang. Nyaman berlama-lama menatapnya. Itu obat biusnya Jungkook mungkin. Sudah kalah telak jika Jungkook dilempar senyumannya begitu.

"Ya sudah, kalau begitu. Aku tidak bisa lagi melarangmu. Yang namanya jatuh cinta itu, sulit diprediksi. Tidak mengenal siapa orangnya, kan?"

Chaeryeong mengangguk, seraya tersenyum lebar. Masih menatap wajah pria Jeon itu. "Tapi, Jeon?"

"Hm?"

"Boleh kau beri tahu nama hyung mu?" Jeda, "Rasanya kurang nyaman saja jika dari tadi kita menanggilnya dengan sebutan hyung mu - hyung ku saja."

Pria itu terkekeh. Wajah menyebalkannya mulai diperlihatkan pada gadis itu. "Bilang saja kau penasaran namanya kan? Kenapa pakai sok-sok segala kurang nyamanlah, apalah, atau basa-basi tidak jelas? Langsung saja ke pertanyaaan inti." Jeda, "Sudah tahu aku tidak suka bertele-tele."

.

.

.

.

.

Pletakk!

"Ih, Jeon! Kau itu-----Ihss, dasar menyebalkan! Kelinci! Selalu saja membuatku kesal." pekik gadis itu.

Astaga, kening Jungkook sudah memerah sekarang. Sentilan dari Chaeryeong mendarat kelewat keras menghantam jidat mulusnya. Sakit. Tenaga gadis kok, seperti ini? Jungkook juga bingung. Apa dia benar gadis sungguhan?

"Terus saja sentil keningku sampai berdarah seperti waktu itu! Ini tanggung, hanya memerah." pria itu kesal. Karena pria tampan sepertinya, harusnya dicintai. Bukan disentil. Memang cuma gadis ini saja yang kelewat berani.

Jungkook terkekeh...

"Baiklah, aku serius sekarang. Kalau urusan itu, biar ku tanya dulu padanya. Nanti kalau ku beri tahu namanya sembarangan, dia bisa ngamuk. Marah dan akhirnya menyueki ku. Aku tidak mau!" ujar Jungkook.

Gadis itu memutar bola matanya malas, "Iya, terserah----Dasar!" Jeda, "Ingin tahu namanya saja pun juga harus izin ya?" Chaeryeong terkekeh.

"Sepertinya begitu. Hyung ku paling anti jika privasinya disebar luaskan kepada orang lain yang tidak dikenal. Apalagi dengan wanita? Dia akan sangat marah, Lee."

Chaeryeong mengangguk paham, "Ah----begitu ya? Ya sudah, tidak apa." Jeda, "Oh ya, Jeon?"

"Hm?"

"Jangan lupa juga."

Jungkook mengerenyitkan dahi. "Apa?"

Gadis itu meminta agar telinga Jungkook sedikit mendekati wajahnya. Jungkook menurut, telinganya mendekati wajah Chaeryeong. Dia berbisik. Mengucap sebuah permintaan pada pria itu. "Bagaimana? Setuju?"

Pria itu menghela nafasnya kasar, "Dasar, tidak tahu diri!" Jeda, "Sudah baik ku kasih kesempatan meminta izin memberitahu namanya padamu. Malah ingin minta lebih. Kalau begitu, berani membayar berapa?"

"Ihss-----Jeon!"

.

.

.

.

.

.

.

~ to be continued ~