Chapter 4 - Ramadani Haidar

Labuhan Agung, Pulau Legundi.

Pria dengan tatapan teduh yang tak pernah lepas dari senyum dan keramahan nya, Ramadani Haidar. sepuluh hari sudah ia disini, di Labuhan Agung, Pulau Legundi. ia menjadi ledaer dari team relawan desa terpencil. Saat itu ia dan tiga orang anggota teamnya sedang bertugas melakukan penelitian tentang Solar Cell. Sel Surya atau Solar Cell adalah suatu perangkat atau komponen yang dapat mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip efek Photovoltaic. Yang dimaksud dengan Efek Photovoltaic adalah suatu fenomena dimana munculnya tegangan listrik karena adanya hubungan atau kontak dua elektroda yang dihubungkan dengan sistem padatan atau cairan saat mendapatkan energi cahaya. Oleh karena itu, Sel Surya atau Solar Cell sering disebut juga dengan Sel Photovoltaic (PV). Efek Photovoltaic ini ditemukan oleh Henri Becquerel pada tahun 1839. Arus listrik timbul karena adanya energi foton cahaya matahari yang diterimanya berhasil membebaskan elektron-elektron dalam sambungan semikonduktor tipe N dan tipe P untuk mengalir. Sama seperti Dioda Foto (Photodiode), Sel Surya atau Solar Cell ini juga memiliki kaki Positif dan kaki Negatif yang terhubung ke rangkaian atau perangkat yang memerlukan sumber listrik. Saat ini, telah banyak yang mengaplikasikan perangkat Sel Surya ini ke berbagai macam penggunaan. Mulai dari sumber listrik untuk Kalkulator, Mainan, pengisi baterai hingga ke pembangkit listrik dan bahkan sebagai sumber listrik untuk menggerakan Satelit yang mengorbit Bumi kita. Termasuk di pulau kecil dibelahan Selat Sunda, yang berdampingan dengan Gunung Anak Krakatau, ini menggunakan Solar Cell sebagai pembangkit Listrik.

Mereka bertugas selama sepuluh hari di sini. Meski tujuan utama mereka adalah melakukan penelitian tentang efektifitas Solar Cell, namun mereka juga meninjau langsung keseharian warga dan fasum. bahkan mereka juga tak pernah keberatan jika harus ikut dengan kegiatan warga disana. Termasuk saat bergotong royong.

#Flash Back 10 hari yang Lalu#

Hempasan ombak dan rayuan angin menyambut kehadiran empat lelaki tampan yang kabarnya team penelitian efektifitas Solar Cell dari sebuah lembaga kemanusiaan milik seorang pengusaha, yang sangat peduli dengan kualitas kehidupan masyarakat desa terpencil. Kabarnya banyak team yang dikirim sudah menyisir hampir semua pelosok negeri ini. Selain melakukan penelitian, mereka juga tak segan mengucurkan dana untuk perbaikan fasilitas umum, bahkan membangun fasilitas umum yang belum ada, atau bahkan kadang melakukan bedah rumah untuk warga yang mempunyai tempat tinggal yang kurang layak.

Baru saja perahu bermotor yang mereka tumpangi menepi di sebuah dermaga kecil di ujung timur yang jauh dari pemukiman warga. setelah mereka semua turun, lelaki separuh baya yang menahkodai perahu menurunkan barang-barang yang tadi nya diletakkan di bagian belakang perahu, dengan ditutup terpal agar tak terkena percikan ombak. Empat orang lelaki yang baru saja menuruni perahu terlihat bercengkrama dan memperhatikan bentangan pulau dari ujung timur hingga ujung barat.

"Ram, ni pulau bagus juga ternyata. alami dan bersih. lihat tuh pemandangan nya bagus kan. tu sebelah sana ada karang tinggi, wah ini cocok buat foto pre weding", Aldi berceloteh dengan semangatnya. Ia yang dua bulan lagi akan menikah dengan semangat makin menggoda Rama yang kabarnya masih jomblo sendiri diantara temannya yang lain.

"Kamu Al, suka banget sih godain si Rama", beni menimpali.

"Bener emang si Aldi, lha Rama itu punya wajah tampan, bodi juga bagus, duit juga banyak tapi betah aja ngejomblo dia," Rio menambahkan ledekan mereka.

Pak umar yang daritadi sibuk menurunkan barang pun tersenyum mendengar ocehan mereka. Bahkan sejak dalam perjalanan membelah lautan luas dengan perahu motor tadi mereka sudah menggoda Rama, si ketua team leader.

"Eh mas Aldi, kita doakan aja mas Rama ketemu jodoh disini", ahirnya pak Umar ikut menimpali gurauan mereka.

"Hahaha...", sontak semua tertawa.

"Bener juga pak", Rio menimpali

"Jangan salah loh mas, disini ceweknya cantik cantik", pak umar promosi.

"Sayang nya anak saya laki semua, kalo ada perempuannya saya mau jodohin sama mas Rama,". pak Umar.

"Ponakan nya pak, masa gak ada yang cewek", Beni

"Nggak ada yang gadis, udah pada nikah ikut suami nya ke Jawa," pak Umar

"Wah, sayang banget pak. kalo ada bisa dapet mantu idaman pak," Rio.

"Banyak kok mas cewek nya disini, nanti pasti dapet," pak umar masih getol mempromosikan gadis pulaunya.

Rama yang di Bully teman-temannya pun cuma menanggapi dengan senyuman.

"Udah, gak usah nyariin ribet jodoh aku. aku udah minta sendiri ama Tuhan, kalian gak usa ikutan bingung," ahirnya Rama menimpali.

"Sudah, ayo kita berangkat. kan mesti jalan lumayan jauh juga ini," Rama.

"Iya mas, jalan sekitar Satu kilo dari sini ke rumah pak kadus, mari kita langsung aja", Pak Umar memimpin perjalanan mereka.

"Pak, itu disana kok kaya ada karang yang berdiri kecil tinggi gitu ya?", Rama berkata sambil menunjuk ke arah barat.

"Oh, itu namanya Cuku layang mas yang tinggi banget itu, sebelah kiri nya itu kalo kita datangi kesana tinggi nya mungkin setinggi bahu, itu namanya cuku kawat di bawah nya karang nya lebar. biasa nya kalo mau mancing disitu banyak ikannya mas

Pulau yang sangat indah, masih alami. belum ada tangan tangan jahil yang menjamah keberadaannya. di ujung pantai paling barat, terlihat batu karang yang menjulang tinggi yang nampak jelas dihempas ombak, Cuku Layang. Entah mengapa disebut seperti itu, padahal tak ada sama sekali kemiripan dengan replika layang-layang. 200 meter dari sebelah kiri berdiri karang yang tinggi nya sebahu manusia, namun di bawahnya terdapat Karang terjal yang terhampar luas, Cuku kawat mereka menyebut nya, padahal tak ada sama sekali kemiripan dengan untaian kawat. Dan mereka pun berjalan menyusuri pantai sambil terkadang berlari, bercanda, menikmati sapaan angin pantai yang menyentuh lembut kulit. Sesekali ada gerombolan anak-anak kepiting yang berjajar begitu banyak berjalan menuju air laut. mungkin mereka semua habis piknik hehe.

Rama, Beni, Rio, Aldi ditemani Pak Umar telah sampai di depan rumah pak Kadus.

"Nah, ini mas, kita sudah sampai rumah Pak Kadus, Pak Rahmat namanya. Mari Langsung aja masuk, beliau biasanya jam segi ada di belakang rumah mengupas kelapa yang mau dijadikan kopra", Pak Umar.

"Iya Pak, terimakasih banyak bantuannya", Rama

sedangkan Beni, Rio dan Aldi sibuk menyapa beberapa burung yang sangkarnya berjejer tergantung di teras rumah dengan cat berwarna hijau.

"Assalamualaikum... Pak Rahmat, ini saya sudah antar mas mas nya kesini", sedikit berteriak Pak umar memanggil pak Rahmat.

"Waalaikumsalam, Nuhun Pak Umar, ajakin masuk. saya cuci dulu", pak Umar.

"Sudah pak, pada duduk di ruang tamu. saya langsung balik ya pak", pak Umar.

"Iya pak, makasih". Pak Rahmat.

Tak lama, muncul seorang lelaki berumur sekitar 60th, dari balik horden ruang tengah bermotif bunga. Sambil tersenyum ramah menyapa.

"Assalamualaikum...",

Serentak empat lelaki berdiri dari duduk nya, membalas senyum ramah Pak Rahmat.

"Waalaikum salam...", jawab mereka serempak, sambil masing masing bergantian berjabat tangan.

"Mari mas silakan duduk, maaf rumah nya kecil", Pak Rahmat mempersilakan mereka duduk kembali.

"Ah, ndak pak sama ja, rumah kecil tapi nyaman itu membawa kebahagiaan pak", sahut Rama.

"Jadi begini pak, kita mau ijin untuk penelitian efektifitas Solar Cell dan juga kehidupan warga Labuhan Agung ini, Kami dari LSM BINA KASIH, mau menyaksikan langsung bagaimana keseharian warga. Tentang Kelayakan Tempat Tinggal, Fasilitas umum juga Pekerjaan warga. Jadi seandainya ada sesuatu yang mungkin kurang pas, atau mungkin memerlukan pengelolaan bisa dibicarakan dengan kami. kami disini selama sepuluh hari", Rama membuka percakapan panjang lebar.

Pak Rahmat tersenyum sebelum menjawab nya.

"Iya Mas, tapi ngomong-ngomong, sebelum kita bahas lagi, kita perlu kenalan dulu mas, kata nya kan tak kenal maka tak sayang". Pak Rahmat.

"Ah, iya pak, maaf kita sampai lupa nggak kenalan dulu", Rama tersenyum sambil memegang kepalanya karna canggung. "Ingat kita tadi kita sudah kenalan, tapi dengan Pak Umar".

"Nah iya, sama pak umar aja kenalan dulu, lha sama saya masak gak kenalan lagi". pak Rahmat.

"Baik Pak", Rama

"Saya Rama pak, Ramadani Haidar, saya asli Garut, tapi pernah tinggal di Aceh. dan sekarang malah saya keliling kemana-mana",

Ramadani Haidar, lelaki berwajah teduh, ketampanan nya didukung dengan mata nya yang sayu, sehingga membuatnya terlihat begitu kalem. orang yang tak mengenalnya pasti mengira dia bangun tidur, atau sedang mengantuk berat. hanya saja matanya tidak merah. Tinggi sekitar 170cm. dengan postur tegap, kulitnya tak terlalu putih juga tidak terlalu gelap. Jika dibilang sawo matang pun masih terlalu gelap untuk ukuran warna kulit nya, sawo mentah mungkin ya, hehe.

"Baik mas Rama, Eh tapi ini gimana saya panggil nya mas apa Pak ini enak nya?", Pak Rahmat.

"Mas aja Pak, kita dipanggil Pak, berasa tua", Aldi menanggapi. "Lha kita ini masih Single semua masak dipanggil pak, nanti hilang pamor kita disini, siapa tau ada yang nyangkut", Aldi sambil melirik melemparkan sindiran buat Rama.

"Haha... Ya semoga ketemu jodoh disini", Sahut Pak Rahmat.

"Kalo saya Aldiansyah Umar, panggil aja Aldi pak. saya asli jakarta",

"Saya Beni Pak, nama saya memang cuma satu kata empat huruf B-E-N-I, jadi ya gak bisa dipanggi dengan kata lain pak, kecuali calon istri saya yang panggil saya Sayang, gitu aja. terserah bapak aja, asal jangan panggil saya Bencong. kaya mereka pak... suka panggil saya bencong. padahal ibu saya meskipun cuma kasih nama saya satu kata, tapi kan dipake syukuran tujuh hari tujuh malam pak nggak asal aja. Nah malah mereka seenak nya panggil saya bencong", Beni memperkenalkan diri panjang lebar, sambil sedikit curhat pada pak Rahmat. Gegara teman teman nya sering meledek dengan sebutan bencong.

Dan ditanggapi dengan gelak tawa mereka semua.

"Terahir saya pak, saya Mario Wichaksono, panggil aja Rio. saya Asli Malang pak. baru pertama juga ke Pulau Sumatra. kalo sebelumnya saya kelilingnya di Indonesia Timur Pak", Rio memperkenalkan diri.

"Nah, gini kan enak. kenal semua. Ngomong-ngomong ini pada masih single apa yang lain, selain mas Beni yang dipanggil sayang sama calon istri nya?", pak Rahmat.

"Saya sudah punya pacar pak, meskipun belum lamaran remi, tapi dua bulan lagi kami menikah, lamarannya bareng sama akad nikah pak", Aldi pamer

"Saya sudah tunangan, empat bulan lagi menikah Pak", Rio.

Kemudian sejenak terdiam semua, Pak Rahmat memandang Rama, yang tidak juga buka suara. hanya tersenyum.

"Mas Rama?", Pak Rahmat.

"Hahaha...", mereka tertawa bersama menanggapi Pak Rahmat.

"Nah, kalau dia itu jomblo pak. Jomblo Kronis, gak sembuh sembuh dari jomblo nya. mungkin pak Rahmat punya anak Gadis bisa dijodohkan dengan dia pak. Dia itu alim, banyak duit juga pak punya banyak usaha di kampung nya, tapi gak tau kenapa kok betah amat menjomblo", Ledekan Beni sontak membuat semburat merah di wajah Rama karna malu.

"oh, jadi mas Rama ini belum ada pasangan? wah saya jamin nanti pasti dapat Jodoh orang sini", Pak Rahmat.

"Hehe... iya pak semoga seger ketemu jodoh", Rama.