Chapter 7 - Ibarat Gunung Krakatau

"Ambruknya atap rumah pak guru ini ternyata membawa berkah buat ku", Aldi senyam senyum.

"Kenapa?", Rio.

"Sinta bisa ikut ke sini nebeng kapalnya si Rama, kalau nggak gitu belum tentu dia bisa kesini. Dengan gini aku bisa sekalian foto prewed gratis dan alami", Aldi tersenyum lebar.

"Dasar kau Al, yang dipikir gratisan mulu", Rio menanggapi sambil menjitak kepala Aldi.

"wajib itu...", Aldi nyengir.

Sementara rumah pak guru direnovasi, mereka semua tinggal di rumah dinas, yang kebetulan sudah kosong. Karena tidak lagi digunakan sebagai ruang kelas, bertepatan dengan liburan semester. Dan renovasi atap sekilah pun sudah 90% selesai. Banyak warga yang ikut serta membantu renovasi rumah pak guru, meskipun sudah ada para tukang karyawan Rama. Aldi merencanakan foto preweding nya di berbagai tempat. Dan ia memaksa teman-temannya menjadi Fotografer dadakan.

"Pegang tangan Sinta Al, aduh... kok kaku amat sih. itu juga kenapa rok nya Sinta malah kamu angkat gitu... biarin aja biar bagus kesapu ombak", Beni tiba-tiba menjadi pengarah gaya, berbicara pada Aldi dengan nada tinggi karena jengkel. Aldi tidak menghiraukan instruksinya.

Rama dan Rio mendadak menjadi fotografer profesional, sedang Rama hanya berkali-kali geleng kepala melihat tingkah Beni. Rama si Jones, harus menyaksikan kemesraan Aldi dan Sinta yang dibuat senatural mungkin. Seolah Aldi sengaja pamer, agar Rama iri dengannya. Padahal Rama sama sekali mati rasa kalo urusan wanita. Mereka berpindah pindah lokasi foto, mulai dari pantai, mencebur ke tepi laut, di atas karang, pura-pura mancing. Bahkan ada nelayan lewat yang disabotase perahu dan jalanya buat mereka pakai foto preweding. Sampai-sampai Si nelayan tertawa-tawa melihat tingkah empat lelaki kota dan si gadis yang sibuk mengatur gaya di atas perahu, dan saking semangatnya Beni penata gaya yang ikut merapikan pakaian panjang Sinta terjerembab dan terjebur ke laut sampai gelagapan karna tak siap. Dan menjadi bahan tertawaan semua yang melihat menimbulkan gerakan manyun dan ngomel-ngomel ala burung beo membeokan kalimat-kalimat majikan nya nahkan mengumpat kesal.

Menjelang Dhuhur, acara foto preweding selesai. mereka kembali ke rumah dinas. Rama melihat kemajuan pengerjaan rumah pak guru. yang rupa-rupanya sudah lumayan banyak. sudah berdiri pondasi dan sebagian pilar. pak guru ikut sibuk merapikan potongan-potongan kayu yang akan dijadikan dinding rumah.

"Pak Guru, ada yang bisa saya bantu?" Rama.

"Sudah dek, sudah hampir selesai kok ini, besok dinding bawah selesai, tinggal saya pasang kayu nya", pak guru.

"Yakin pak, dipasang sendiri? nanti pak guru capek. biar orang saya saja yang masang, pak guru tinggal kasih instruksi", Rama.

"Nggak dek, gak manteb dihati. kalo pasang sendiri nnti ada kenangan sendiri", pak guru.

"Besok mumpung longgar masih disini, kamu ajak teman-temanmu naik dek, lihat Gunung anak kratau dari atas, pasti bagus. nyesel kalau gak lihat. mumpung disini lo", Pak guru mengingatkan mereka agar tak melewaykan kesempatan menyaksikan serpihan saksi dahsyatnya bumi I donesia yang pernah menggelapkan dunia.

"Iya pak, besok saya ajak teman-teman naik", Rama.

"Kira-kira ada yang mau nemani naik ndak ya pak? kan kita ndak tau arah disini", Rama.

"Gampang itu, nanti saya suruh anak-anak nemani. Sebenarnya saya juga pingin ikut naik. Tapi ini kerjaan nya belum beres", Pak guru.

"Iya pak, biar kami ditemani yang lain saja", Rama.

"Rud, kadie, kien ki mbesok mas nya antar kaditu, arep ndeleng krakatau", Pak guru memanggil dan memeberikan perintah pada Rudi. Murid nya sejak sekolah SD yang sampai saat ini masih sering ke rumah pak guru untuk belajar mengaji.

"Iyek pak, besok kita antar masnya kaditu", Rudi mengamini perintah gurunya.

"Ini dek, besok diantar Rudi ya, jangan siang-sianh dek. sebaiknya pagi habis subuh sudah siap-siap. biar gak buru-buru". Pak Guru.

"Baik pak, terimakasih banyak...", Rama.

***

"Ayo ayo kalian cepat-cepat siap -siap. sudah dibilang juga kalau hari ini kita mau naik gunung berangkat pagi malah belum siap", Beni si cerewet mengkomplain teman-temannya yang belum siap berangkat, padahal dia biasanya bangun paling siang diantara yang lain. Tapi hari ini ia sampai ikut ke musholla sejak subuh demi agar tidqk kesiangan naik gunung. konyol memang. Rama hanya geleng geleng kepala melihat tingkah konyol Beni yang sejak semalam gelisah tak bisa memejamkan mata saking senang nya.

Jam tuju pagi, mereka semua mulai menapaki kaki gunung, bergerak naik mengikuti alur dan instruksi dari Rudi. Rio dengan DSLR di tangannya, berkali kali mengabadikan momen pendakian mereka. Aldi menggandeng tangan Sinta menyemangati. Sedangkan Beni yang tadi paling antusias sekarang malah KO duluan dilanda ngantuk, karena tak tidur semalaman. Rama dengan mode slow motion nya mengikuti Rudi dan berbincang dalam perjalanan mereka.

sesampainya dipuncak, mereka semua memandang takjub pada pemandangan di bawah sana, terlihat hamparan laut luas ditengah nya ada sedikit semburan asap, "Itu asapnya anak krakatau mas", Rudi menjelaskan. Yang kelihatan di sebrang itu pulau Sebesi, nah sebelak kirinya itu Pulau Sebuka, Kalo yang sendirian itu namanya Pulau Siuncal", Rudi menjelaskan sambil menunjuk arah sesuai keterangan yang disampaikan. Luar biasa indah sekali. inilah pahatan Mahakarya Tuhan Smesta Alam. Rio, Aldi, Sinta dan Beni sudah sibuk foto-foto untuk diunggah ke akun media sosialnya.

"Mas, apa pulau ini pecahan dari krakatau?", Rama.

Krakatau (atau Rakata) adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini juga disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusan kataklismik pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Pada tahun 2019, kawasan yang sekarang merupakan cagar alam ini memiliki empat pulau kecil: Pulau Rakata, Pulau Anak Krakatau, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang (Rakata Kecil). Berdasarkan kajian geologi, semua pulau ini berasal dari sistem gunung berapi tunggal Krakatau yang pernah ada di masa lalu. Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat di tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.

Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung berapi Taupo di Selandia Baru dan Gunung Katmai di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut. Gunung Krakatau yang meletus, getarannya terasa sampai Eropa.

"Sebenarnya yang paling dekat sama anak gunung Krakatau itu pulau sebesi mas, kalau dari sana bisa lebih bagus pemandangannya. jelas. tapi disini juga lumayan cukup bagus lah. belum kalah juga", Rudi.

"Rencana nya di pulau sebesi itu mau dijadikan tempat wisata andalan Lampung Selatan mas, nah nanti kalau sudah jadi tempat wisata, barangkali mas-mas nya ini main kesana jangan lupa mampir kesini ya", Rudi.

mereka semua mendenharkan penjelasan dengan seksama.

"Andai aku adalah gunung, mungkin aku pantas disebut Krakatau. hati ini entah mengapa serasa bagai serpihan yang tak bermakna. Dan aku harus bisa menyusun puzzle rasa dalam hatiku agar utuh dan terbaca, Alloh beri hamba petunjuk", Kata hati Rama bermonolog pada Tuhannya.