"oh, jadi mas Rama ini belum ada pasangan? wah saya jamin nanti pasti dapat Jodoh
sini", Pak Rahmat.
"Hehe... iya pak semoga seger ketemu jodoh", Rama.
Mereka pun membicarakan tentang konsep penelitian dan segala yang terkait dengan kedatangan mereka. Dua jam berlalu, dan semua telah mendapatkan kesepakatan.
"Ini yang terahir pak, kita sekarang minta tolong Bapak untuk penginapan, apa sekiranya ada rumah yang bersedia kami sewa selama kami disini?". Rama
"Kalau rumah yang disewakan tidak ada mas, cuma biasanya kalau ada mahasiswa yang datang KKN disini, mereka tinggal di rumah dinas kepala sekolah. Tapi ini sedang ditempati untuk kelas, karena sekolah sedang direhab atapnya, Kalau mas mas mau bisa tinggal disini, tapi ya cuma ada satu kamar, lebarnya pun cuma dua meter", pak Rahmat seperti berpikir sejenak.
"Ah ya mas, ada rumah pak Guru, di bawah sana, di depan sekolah. Beliau hanya tinggal dengan istrinya. Rumah nya tidak besar, tapi ada dua kamar yang tidak ditempati. dan satu kamar ada dipan susun nya. Jadi bisa mungkin kalau ditempati sementara, saya pernah numpang disana waktu atap rumah saya terbang dibawa puting beliung, ayo mari kita langsung aja kesana. keburu Dhuhur juga nanti, biasanya beliau mengimami di Musholla".
Mereka pun beranjak ke rumah pak Guru.
Rumah Pak Guru.
"Assalamualaikum..." Pak Rahmad
"Wa'alaikumsalam warohmatulloh wabarokatuh...", Pak Guru.
"Pak Rahmat, kok rame-rame ini, saya kira anak-anak nya pada datang. Tapi bukan ternyata", Pak Guru sambil memperhatikan satu persatu lelaki yang datang bersama pak Rahmat.
"Bukan pak, ini kita kedatangan tamu. Mas-mas ini dari LSM mau penelitian disini",Pak Rahmat
"Oh, ya mari masuk, silakan duduk, tapi ya gini ini keadaan nya... harap maklum", Pak Guru.
"Ini Pak Guru, saya kesini, mau nitipkan mas-mas ini di rumah Pak Guru. Karna rumah saya kan ndak muat. Rumah Dinas juga sedang ditempati anak-anak sekolah, bagaimana kiranya?". Pak Rahmat.
"Oh, jadi gitu. yah saya seneng kalo adek-adek ini mau tinggal disini, rumah ini biasa dipake guru-guru dari kota juga, biasanya mereka lebih senang tinggal disini daripada di rumah dinas, tapi ya mohon maaf. Keadaannya kaya gini, tempatya juga kaya gini. pas ditepi tebing, silakan saja. saya seneng kalo ada yang mau tinggal disini. apalagi kalu mau tinggal seterusnya disini. wah... saya seneng sekali", dengan ramah pak Guru mempersilakan mereka tinggal di rumahnya.
"Ah, ndak papa Pak, kita nyaman saja sudah biasa keliling, tidur di hutan juga sering kok Pak", Rama.
"Iya dek, wah kalo pernah tidur di hutan, hobi hiking kaya masa muda saya dek. Nanti kalau waktunya luang saya ajak naik gunung itu, dari puncak kita bisa lihat Gunung Anak Krakatau di belakang situ", sambil menunjuk ke arah selatan, pak Guru antusias menceritakan hobi masa muda nya.
"Ya sudah mas, Pak Guru saya tinggal ya, mas-mas langsung ngobrol aja sama pak Guru. Saya pamit pak Guru, terimakasih bantuan nya. Nitip ini mas mas nya ya pak", Pak Rahmat mengahiri obrolan dengan Pak Guru dan berjabat tangan.
"Assalamualaikum..." Pak Rahmat
"Waalaikumsalam..." bersama.
Dan mereka pun bercengkrama akrab sekali, bagai sudah lama saling mengenal. Pak Guru yang supel sangat nyaman membuat mereka tak canggung.
"Ibu dimana pak? kok saya ndak lihat dari tadi?". Aldi.
"Ah iya, ibu sedang merias pengantin di Keramat, nanti malam baru pulang". Pak Guru.
"Keramat? namanya kok serem ya pak? dimana itu?", Beni.
"Kampung sebelah dek, sebelah Timur sana. kalau tadi adik adik turun di dermaga, nah kalau naik perahu motor dari dermaga mungkin 10 menit. kalau jalan lewat atas ya mungkin 45menit", Pak guru.
***
"Assalamualaikum...", Pwrempuan berusia sekitar 50tahunan menyapa lima lelaki yang sedang bercengkrama di teras rumah sambil menyesap kopi dan menikmati deburan ombak.
"Waalaikumsalam...",
"Nah, ini ibu datang", pk guru.
Rama, Rio, Aldi dan Beni bergantian berjabat tangan dengan istri dari pak Guru.
"Loh, banyak tamu, sebentar saya tinggal naruh ini dulu ya", sambil menunjukkan barang bawaan dan meletakkan di dalam rumah. kemudian tak lama Bu Guru pun keluar membawa sepiring kue beraneka macam.
"Mari dek, silakan dimakan. maaf saya baru ngerias, adek adek ini tinggal disini kan?". bu guru nampak gembira dengan kehadiran mereka.
"Iya buk, adek adek ini mau penelitian disini sepuluh hari, jadi nginep disini", pak Guru.
"Lho ala pak, itu dinding yang kamar sebelah kayunya pada bolong, nanti pasti banyak nyamuknya", bu guru tampak gelisah memikirkan empat lelaki tampan yang akan tidur diserang nyamuk.
"Sudah dilihat tadi bu, sudah bapak tutup juga sama lakban", Pak guru.
"Maaf lo dek, gini ini gubug nya reot. yang penting nggak kehujanan", bu guru.
"Santai aja bu, kita udah biasa, malah tadi sore sempat mancing dari dapur", Beni antusias menceritakan pengalaman pertamanya disini, memancing ikan dari pintu dapur rumah pak Guru yang tepat berada di tepi pantai.
"iya pas pasang, bisa mancing disitu. kalo pasangnya besar, malah itu tempat nyucinya tenggelam", bu guru tak kalah antusias bercerita. "Eh, ni tadi udah pada makan belum?",
"Sudah bu, tadi sore makan sama bapak. jaring di tepi dapat gurita kecil. kita bakar. Nikmat sekali bu rasa-rasanya kita bakal betah disini lama-lama", Rama.
"Makanya kamu Ram, cari jodoh orang sini aja", Aldi.
"Bu, barangkali punya anak gadis, ini jodohin ma Rama, biar bisa bantu disini terus bu, ngajar ngaji", Rio.
"Wah jadi dek Rama ini belum punya calon ya? kalo anak-anak ibu yang perempuan udah pada nikah, di Jawa semua dek. Di Surabaya", Bu Guru.
***
Tilawah di toa Musholla sudah terdengar, menanti fajar membuka pintu dunia. Pak Guru yang tadi menyalakan murottal tilawah di toa Musholla. Kemudian beliau kembali ke rumah dan mengaji. Bu guru yang terlihat masih mengenakan mukena duduk sambil membaca buku. dan memegang tasbih. Rama sudah rapi dengan perlengkapan Sholat keluar dari kamar, kemudian menghampiri mereka.
"Mana yang lain dek?", pak guru.
"Mereka molor pak, nanti matahari terbit baru pada bangun", Rama.
"Coba dibangunkan", Bu guru.
"Sudah bu, tapi hasilnya sama, biar saja. Nanti pulang dari musholla saya bangunkan lagi". Rama
"Ya sudah ayo berangkat", Pak guru.
pagi yang cerah. Alunan ombak menjadi musik indah membuka hari pertama kegiatan mereka. setelah sarapan pagi, semua bersiap melakukan tugas pertama berkeliling ke rumah warga. Pak Guru pun tak kalah antusias, akan ikut sekalian mengantar mereka menyapa warga mulai dari ujung barat, satu rumah warga yang terpencil paling jauh. Berada di dekat Cuku kawat.
Menjelang Adzan Dhuhur, mereka sudah selesai dengan pendataan. Ternyata warga di Labuhan Agung ini hanya terdiri dari 26 Keluarga. sejenak mereka melepas lelah, kemudian membersihkan diri dan makan bersama. Bu Guru telah memasak pindang Kerapu, Sayur bayam dan sambal. mereka semua menikmati santap siang yang lezat. Beni dan Aldi dengan santai nya makan lesehan di petak belakang dapur, di luar rumah yang biasa digunakan untuk tempat mencuci pakaian. Rio dan Rama makan bersama Pak Guru di meja dapur. Karena rumah pak Guru memang tidak luas, rumah berdinding kayu yang sudah lubang dimana mana. Bahkan atap bagian belakang pun sudah melengkung. hampir ambruk sepertinya. Pak Guru biasanya memperbaiki rumah nya sendiri. Bahkan rumah dan perabot nya ini pun beliau sendiri yang membangunnya. pak Guru mempunyai keahlian dalam pertukangan kayu. tak heran jika semua perabot rumah terbuat dari kayu dan bergaya artistik tinggi. kursi dan almari berhias ukiran cantik. Bahkan pelaminan dan kursi pengantin pun bikinan tangan pak guru.
***
Setelah berjamaah Ashar, Rio, Rama, Aldi dan Beni sibuk di depan laptop masing masing. Pak Guru dan Bu guru sedang pengajian rutin di Musholla.
Gerimis yang menyapa bumi membuat suasana syahdu. diiringi deburan ombak mengalun indah menciptakan simfoni penyejuk hati.
"Assalamualaikum", seorang gadis cantik berkerudung tosca mengucap salam mengecoh konsentrasi mereka.
"Waalikumsalam, cari siapa mbak?", jawab Aldi antusias. yang lain hanya melirik nya sekilas.
"Ndek lanang nya ada? ini mau beli obat yang kaya kemaren buat bapak". Gadis
"Pak guru sama bu guru nya masih di Musholla", Aldi.
"Ya udah nanti aja pak, saya kesini lagi", gadis.
"Iya mbak, nunggu disini juga boleh. Tapi jangan panggil pak donk, panggil aja mas. kaya tua amat kita dipanggil pak", Aldi mulai pedekate.
"Ah, iya mbak bener tuh sini aja, kita kita jinak kok mbak", Beni.
gadis itu tersenyum manis menanggapi. Rama hanya meliriknya sebentar. jika tak mengenalnya mungkin orang mengira Rama ini orang sombong. Padahal dia memang tak pernah dekat wanita. Entah apa alasannya tak pernah sedikitpun ia terkecoh dengan ledekan teman teman nya mengenai wanita.