Chapter 6 - Ambruk membawa berkah.

"Ah, iya mbak bener tuh sini aja, kita kita jinak kok mbak", Beni.

gadis itu tersenyum manis menanggapi. Rama hanya meliriknya sebentar. jika tak mengenalnya mungkin orang mengira Rama ini orang sombong. Padahal dia memang tak pernah dekat wanita. Entah apa alasannya tak pernah sedikitpun ia terkecoh dengan ledekan teman teman nya mengenai wanita.

Tak seorang pun tau, apa alasan rama begitu enggan dekat dengan wanita. Bahkan Rama sendiri pun tak memahami hatinya, hati yang tak pernah ada getaran pada kaum hawa.

***

Lima hari sudah team LSM BINA KASIH menghabiskan waktu di Labuhan Agung. awal yang mereka perkirakan sulit ternyata jauh berbeda. Dengan bantuan Pak Guru dan perangkat dusun yang lain mereka dengan cepat menyelesaikan semuanya. Biasanya jika mereka selesai sebelum deadline, mereka selalu antusias dan langsung segera kembali ke kota. Beda dengan situasi saat ini, meskipun mereka hidup di tengah samudra tapi mereka merasakan kedamaian yang tak ada habisnya, kecuali Aldi. Aldi sibuk mengatur jadwal pulang.

Aldi sudah ribet dengan segala hal yang berhubungan dengan pernikahannya dua bulan lagi.

"Brow, kayaknya aku balik dulu deh besok. biar aku ikut kapal nelayan aja ke kota. aku mesti nyiapin segala kebutuhan buat lamaran dan nikahan ku", Aldi.

"Aku belum foto preweding, belum cetak undangan... arghhh banyak yang harus kuselesaikan",

"Eh, Al. Emang Sinta uda balik dari Jakarta? la kalo kamu balik duluan Sinta nya belum datang, mau foto preweding sama siapa? monyet?", Beni.

"Lho Al, bukan nya kemarin kamu sendiri yang bilang foto pre weding disini asyik. Kalo emang Sinta uda balik, surub aja dia kesini. kalian bisa foto pre weding gratis disini", Rama.

"Nah, bener tuh si Rama", Rio.

"Ah, iya bener juga kamu Ram, tumben encer otak mu mikirin nikahan?", Aldi menjawab antusias sambil mengacungkan jempol tangan kanan nya pada Rama.

BRAKKK, KRAKKK...

Suara seperti benda patah dan terjatuh berasal dari arah belakang rumah, terdengar begitu keras, membuyarkan obrolan mereka. Setengah berlari, dengan cemas Rio menghampiri pak Guru yang sedang di dalam menemani sang istri membuat kue. Sesampainya di sana, ternyata Pak Guru dan istrinya sudah berdiri di tengah pintu kamar mandi mengamati atap belakang yang ambruk.

Rio, Rama, Aldi dan Beni serentak menarik nafas lega.

"Alhamdulillah, pak guru ndqk apa-apa", Rio.

"Saya tadi kawatir banget pak, ingat pak guru ada di belakang", Rama.

Beni hanya melongo melihat atap belakang sampai kamar mandi yang sudah bolong melompong, serta banyak kayu dan asbes pecah berserakan dimana-mana.

"Alhamdulillah, kami masih dilindungi". Pak Guru.

"Gimana ini dek, nanti adek-adek istirahat dan mandinya gimana?". Pak Guru.

"Ndak papa pak, kamarnya kan masih bisa dipakai, masih ada atapnya". Rama.

"Sebaiknya kita bereskan dulu saja".

Mereka dengan sukarela bergotong royong membersihkan rumah pak guru.

Saat tiga temannya sudah mulai sibuk gotong royong, Rama masuk ke dalam kamar dan mengambil ponselnya. Dan sepertinya menelpon seseorang.

"Waalaikumsalam... Iya, buka pesan ku ya. penting.

oh... ya, bisa, baiknya gimana?... Ya sudah, terserah yang penting awet kuat. ya ... saya tunggu. Terimakasih Assalamualaikum", Rama menutup panggilan telponnya.

"Ram, kamu telpon siapa?"Aldi.

"Karyawan di kota, yang mau kirim barang kesini besok", Rama.

"Hah, berarti besok karyawanmu kesini Ram?", Aldi kembali bertanya masih dengan ekspresi tak percaya.

"Iya, kenapa Al? kayaknya kamu gak percaya apa kaget?". Rama.

"Nggak gitu, kalau memang besok karyawanmu kesini, biar Sinta nebeng kesini juga", Aldi modus.

"Oh, ternyata ada mau nya kamu", Rama tersenyum menatap aldi yang nyengir. "Ya, gak papa kalau memang kamu gak cemburu Sinta breng karyawanku", Rama meledek Aldi yang mulai panas dingin membayangkan calon istrinya bareng dengan pria-pria Karyawan Rama.

"Lho, tadi antusias sekarang malah matung, gimana sih kamu Al?". Rama.

"Iya juga ya, karyawanmu kan laki-laki. Nanti kalo Sinta diapa-apain gimana?", Aldi berfikir sambil mengacak rambutnya.

"Hahaha..." Rama tertawa renyah. "Tenang aja Al, karyawanku orang baik. gak mungkin mereka ngapa-ngapain Sinta, besok Lusi juga ikut kok", Rama menjelaskan pada Aldi.

"Bilang dong dari tadi, malah pake acara bilang karyawan laki-laki segala. apa emang sengaja godain aku ya kamu Ram..."Aldi emosi dengan suaranya yang meninggi.

"Hahahah...kau terlihat antusias banget Al".

"Hai... sudah kalian gak bantuin, malah diskusi di sana". Beni berteriak, sambil sebelah tangannya mengangkat pecahan asbes yang terbelah memanjang dan satu sisi ujung nya agak lancip. sedang bagian tengah terlihat retak rambut yang lebar.

Rama tersenyum lebar dan membaur bersama mereka membereskan rumah yang berantakan. Sedangkan Aldi masuk ke kamar mengambil ponselnya dan menghubungi Sinta.

"Halo, Sin, besok kamu bisa kesini ya. tempat aku penelitian... Mumpung Karyawan Rama besok kesini juga, jadi kamu bisa bareng... ah ndak kok. ada Lusi... nah, iya. iya. oke deh sampai ketemu besok sayangku, muach muach..."Aldi sumringah menutup panggilan telponnya.

sore tadi memang anginnya besar sekali. jadi mungkin pas mengenai atap belakang rumah pak Guru, dan ditambah lagi dengan jatuhnya buah Sukun yang cukup besar tepat di atas asbes. Dan mereka pun gotong royong membersihkannya.

***

Jam tujuh pagi, berita ambrukknya atap rumah pak guru sudah menjadi viral sejak subuh tadi di musholla. warga berduyun duyun datang, ada yang menawarkan bantuan, ada yang sekedar menyaksikan. sedang empat lelaki yang sedang menumpang sudah standby di dermaga. Rama mengajak mereka ke dermaga sejak turun dari musholla, tiga temannya pun hanya mengikuti. kecuali Aldi yang antisias karna akan menyambut kehadiran kekasih hati nya. Tak lama terlihat kapal motor datang, dan bersandar. Abk nya keluar menambatkan sauh dan menali di tiang dermaga. sedangkan beberapa penumpang terlihat berdiri di ambang pintu, antri menepi dan turun. Dua wanita cantik yang mengawali turun, melepas senyum dan sapa. seorang wanita berambut panjang sepinggang dikuncir kuda, dengan celana jeans di bawah lutut dan kaos polo berkerah warna ungu muda, menggendong tas ransel berukuran besar di pungging nya. Seorang wanita lagi berbaju modis, dengan kerudung abu-abu terlihat tersenyum dan mengedarkan pandangan takjub dengan suasana.

Empat lelaki di belakang mereka. Awak kapal terlihat menyusun barang-barang agar mudah diturunkan.

Rama mendekat ke kapal, menghampiri dan bersalaman dengan mereka semua. Sedang Aldi dengan senyum sumringah menyambut kelasih hatinya.

"Assalamualaikum..." Rama menyapa mereka semua.

"Waalaikumsalam..." mereka menjawab. Wira menyodorkan tangannya pada Rama untuk bersalaman.

"Bagaimana Wir? Fix semua ya?". Rama.

"Iya mas, sip. Semalam Mbak Lusi juga langsung bikin konsep nya", Wira.

"Jadi siap action sekarang?", Rama.

"Siap bos", sambil mengangkat tangan kanan dan menempelkan di pelipis kanan nya seperti hormat ala tentara.

"Oke deh kalau gitu", Rama.

Beni dan Rio ikut sibuk membantu menata barang-barang, Sedangkan Aldi terlihat duduk dan berbicara serius di tepian dermaga paling ujung sisi utara bersama Sinta.

Kemudian Rama mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menghubungi seseorang.

"Waalaikumsalam... Pak apa ada gerobag atau apa ya yang sekiranya bisa untuk mengangkut barang dari dermaga ke rumah", Rama.

"..."

"Banyak pak", Rama

"..."

"Oh, gitu ya, ya sudah kalau gitu saya tunggu. terimakasih.

Sepuluh menit kemudian, terlihat perahu motor kecil sa.pai di dermaga, penumpangnya diatas nya Pak Guru dan dua orang pemuda. Perahu ditambatkan di dermaga kemudian mereka pun turun. Pak guru mendekati Rama.

"Dek, ini barang barang mau dibawa kemana? Kok banyak sekali, bahan bangunan", Pak guru heran dengan barang yang disebut rama tadi. Dan kenapa sepagi ini sudah datang. berarti mereka berangkat dari dermaga kota jam empat subuh.

"Iya pak, ini barang kita bawa ke rumah bapak. buat betulkan atap yang ambruk kemarin", Rama.

"Lho, dek... bapak memang hari ini rencananya mau benahin atapnya. tapo kok dek Rama sudah bawa keperluan bahan-bahannya? terus siapa yang mau ngerjain? bapak ndak bisa kalau bikin bangunan permanen", Pak guru bingung.

"Lho, bapak ndak usah ikut ngerjakan. saya sudah bawa semua dari kota. tinggal cari yang bantu saja", Rama. "Sudah pak, langsung aja kita angkut pak. biar ndak terlalu siang. nanti kita teruskan ngobrol di rumah", Rama menutup percakapan.

"Ya sudah ayo...", pak guru.

Sebagian bahan sudah dipindahkan ke perahu kecil. dan siap diantar ke pantai depan sekolah yang dekat dengan rumah pak guru.

***

"Ambruknya atap rumah pak guru ini ternyata membawa berkah buat ku", Aldi senyam senyum.

"Kenapa?", Rio.

"Sinta bisa ikut ke sini nebeng kapalnya si Rama, kalau nggak gitu belum tentu dia bisa kesini. Dengan gini aku bisa sekalian foto prewed gratis dan alami", Aldi tersenyum lebar.

"Dasar kau Al, yang dipikir gratisan mulu", Rio menanggapi sambil menjitak kepala Aldi.