Chereads / ROSE (Hurt RelationShip) / Chapter 3 - Mama Penyebab Segala Kesedihan

Chapter 3 - Mama Penyebab Segala Kesedihan

Evelyn tiba dirumahnya dengan selamat dan baik-baik saja, semua ini berkat cowok disebelahnya.

Ah iya, Evelyn belum tau siapa nama cowok tadi.

"Sekali lagi makasih loh." Ulang Evelyn sambil membuka pagar rumahnya yang berwarna gold tersebut. Laki-laki itu membalasnya dengan senyuman, awalnya Eve ingin membiarkan laki-laki itu pergi, tapi hatinya berkata lain, ia tidak mau dirundung rasa penasaran.

Eve melepaskan tangannya dari pagar. Lalu kembali menghadap cowok itu. "Btw nama loe siapa?" tanya Evelyn dengan berani. Ya, Eve memang pemberani.

Cowok itu mengulurkan tangannya pada Eve, "Rey." jawabnya. Evelyn sambut uluran tangan Rey dan menjabatnya.

"Loe nggak mau masuk dulu?" tanya Eve sambil menunjuk bangunan berlantai tiga dibelakangnya.

"Kapan kapan deh, gue masih ada urusan," tolaknya lembut. Tak lupadan tak pernah ketinggalan satu senyuman terukir disana.

Eve hanya tersenyum manis. Tapi, belum sepenuhnya menutupi ke sangaran yang ia miliki.

Kapan-kapan? berarti ada saatnya Rey benar-benar main kerumahnya.

"Ya udah, gue cabut dulu! lo abis ini langsung mandi ya." Pesan Rey, tak lupa mengiringinya dengan senyumnya, lagi.

"Kok, lo perhatian banget si?" Gadis itu keheranan. Terkadang ia tak mengerti pemikiran orang disekitarnya.

"Gue takut aja kalo lo mati, dan gue dipanggil jadi saksi," jawab Rey lagi dengan kekehan tawanya.

Eve melotot mendengar jawaban Rey. Moodnya yang hampir bagus mulai hancur kembali.

"Dasar!"

Dan sekarang, laki-laki yang bernama Rey itu benar-benar sudah pergi dari hadapan Evelyn.

Sambil menenteng baju seragamnya yang kotor, Evelyn masuk ke dalam rumahnya. beberapa penjaga menyambutnya dengan hormat, tapi Evelyn sangat malas diperlakukan seperti itu. Tak lama kemudian, beberapa pelayan wanita mendekatinya.

"Nona Evelyn, ditunggu di ruang tamu oleh nyonya Adelia."

Evelyn hanya mengangguk pelan sambil tertunduk lesu. setelah menyerahkan seragamnya pada pelayan, ia pun menuju ruangan yang disebutkan barusan.

Seorang wanita tengah menikmati kopinya yang pahit. setelah melihat kehadiran Evelyn dari balik pintu, wanita itu langsung berdiri dan menghampirinya.

"Bikin ulah apalagi kamu disekolah?!" Suara kasar ini sungguh membuat Evelyn muak.

"tadi mama ditelfon wali kelas kamu. Katanya, kamu bikin masalah dikantin, benar?!" Suara kasar itu, adalah mama.

Evelyn tak mau melihat kearah wajah mamanya. selain seram, ia juga malas.

"Jawab Evelyn!"

"Mama!" sambungnya cepat. Ia geram, kenapa orang tua ini begitu kejam padanya, menyebalkan.

"Mama tamu disini, jaga sopan santun!" Eve marah. Mama tak tau apa-apa, tak boleh menyimpulkan sendiri dan bicara asal-asalan.

Eve malas untuk menjelaskan siapa yang buat masalah. lagi pula, mama tak akan membelanya.

sudah hampir 18 tahun, mama dan papa bercerai. yang Eve tau, waktu itu usaha papa bangkrut, mama tak mau hidup susah. Dan akhirnya, ia menikah lagi. dengan seorang duda ber anak satu yang lebih kaya pastinya. padahal, waktu itu Evelyn masih berusia satu tahun. Mama hanya menjadi ibu dari anak suaminya yang waktu itu sudah berusia 3 tahun. Dan mama kandungnya baru saja meninggal dunia.

Yah, begitulah kronologi kenapa eve benci dengan mamanya sendiri.

"Kalo mama udah selesai ngomelnya, Eve mau permisi!" Meskipun ia kesal, ia masih bisa mengkontrol emosi nya jika lawan bicaranya adalah mama.

Setelah Eve menunggu dan mamanya hanya terdiam, Eve pun beranjak dari tempatnya berdiri. Masuk kekamar, ia ingin mandi, badannya terasa lelah. Energinya banyak berkurang hari ini, bahkan sejak pagi tadi. Ia tak peduli lagi dengan seseorang yang berdiri dihadapannya dengan wajah kesal.

Drrd drrd

Eve mengambil ponsel di saku roknya. Ada panggilan dari rumah sakit, Eve mengangkatnya dengan cepat, masih banyak hal yang ia khawatirkan, papa.

"Hallo sus," jawabnya sedikit panik.

Seseorang menjawabnya dengan suara lembut.

"Hallo Evelyn ..., saya bukan suster. saya dokter Mira. Ada perkembangan dari papa kamu, hari

ini tangannya bergerak."

Seketika itu pula wajah Evelyn bersemangat. setelah mengucapkan terima kasih pada dokter yang selama ini merawat papanya yang koma, dan mengatakan akan segera menuju rumah sakit, Eve pun menutup sambungan telfon, lalu segera mandi. setelah itu, dia harus melihat papa kesayangannya. satu-satunya orang yang menjadi alasan Eve untuk terus bernafas.

hari ini ..., mungkin tuhan menakdirkan kopi dan susu menjadi satu. untuk merasakannya saja perlu banyak proses.