Kuulurkan tanganku padanya, Ningrum tampak terpaku. Melihat uluran tanganku namun dia ndhak berani untuk mengangkat wajahnya. Tubuhnya bergeming, bahkan ndhak bergerak sedikit pun. Sesekali kudengar isakan itu dengan begitu nyata. Hanya benar-benar memandang telapak tanganku, tanpa berniat untuk melihat wajahku sama sekali.
"Ikutlah denganku, Ndhuk. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja."
Setelah mendengar suaraku, Ningrum langsung mendongakkan wajahnya. Dia langsung memeluk kakiku seolah aku ini adalah dewa penolongnya. Lagi, Ningrum menangis histeris. Seolah ketakutannya tumpah ruah sekarang. Aku berjongkok, kubawa Ningrum ke dalam dekapanku. Tubuhnya bergetar hebat, tampak jelas dia sedang benar-benar terguncang sekarang.
"Juragan.... Juragan, kenapa bisa Bapak, Emak, dan Kakang tega melakukan ini, Juragan! Aku sendirian sekarang!" teriaknya semakin histeris.