Chapter 9 - Part 5

"dan begitulah, sekarang kita sudah ada di sini. Mari lihat apa yang bisa kita lakukan."

Ikki mengalihkan pandangannya ke kanan kiri hanya untuk melihat ibu kota yang aktif di malam hari dan pasangan yang ada di setiap tempat. Toko, stan, lampion-lampion yang menggantung di sekitar gedung, dan orang-orang yang berlalu lalang menunjukkan betapa hidupnya kota ini, bahkan di malam hari.

Tidak, atau barangkali karena ini malam hari kotanya jadi seramai ini? pikir Ikki dalam hati.

"Ikki Ikki!" panggil Fylia. Dia menarik-narik baju Ikki ke satu sisi. "sepertinya ada pertunjukan yang bagus di sebelah sana, apa lagi yang kita tunggu!"

Ikki mendekati kerumunan yang ditunjuk Fylia. Di tengah kerumunan itu adalah pertunjukan sulap yang sama sekali bebeda dengan sihir. Mereka mengamati dengan seksama dan ketika tipuan sulap itu berhasil, mereka akan berseru dengan "uwaa" Sambil matanya berkaca-kaca. pertunjukkan berakhir 30 menit setelah itu. Sang pesulap berterimakasih kemudian berkeliling untuk meminta uang dari penonton.

Pada saat itu, Ikki ataupun Fylia menyadari satu hal yang sama.

Kita tidak punya mata uang dunia ini.

Merasa bahwa mereka tidak punya apapun yang bisa diberikan, Ikki dan Fylia pergi setelah berkata "terimakasih pertunjukannya" atau "Itu pertunjukan yang hebat" pada si pesulap.

Jadi, sekarang Fylia tidak bisa membeli makanan ringan dan minuman. Pikir Fylia

Mungkin mereka bisa meminta pada ratu dryad untuk sejumlah uang, akan tetapi Ikki maupun Fylia segera menarik kembali niat itu.

"bagaimana kalau kembali ke kastil?" tanya Ikki.

"hm hm hm!" Fylia mengangguk dua, tiga kali. "Fylia pikir juga begitu."

"kalau begitu--"

"hei kalian yang berdiri di sana pika!"

Tepat ketika mereka akan pergi, sebuah suara memanggil mereka. Suara itu seperti apa yang akan laki-laki 20-30 tahun ucapkan jika kau hanya melihatnya dari bagaimana seorang x itu mengatakannya, tapi kata 'pika' itu terdengar seperti anak-anak.

Ikki dan Fylia memalingkan mukanya ke sana kemari untuk mencari sumber dari suara itu. tapi mata mereka tidak melihat apapun selain keramaian di sekitar jalan.

"aku di sini pika!" sekali lagi suara seperti itu terdengar. Pandangan mereka jatuh pada sosok maskot kuning yang menyerupai aether listrik di Verdernia. Seketika, wajah Ikki dan Fylia memucat. Siapa yang menyangka seorang maskot akan berbicara dengan mereka.

"hmmm..."

Maskot kuning itu menatap dari berbagai sudut sambil membuat gesture untuk berpikir. Setelah tiga, empat detik, dia memulai tahap selanjutnya dengan menarik-narik kedua sisi pipi Ikki. Ikki mengerang dengan "a-aa" karena rasa sakit yang dihasilkan.

"bagitu ya? aku mengerti, aku mengerti. Jadi kalian enfinity yang dipaksa melawan naga itu pika."

Tanda seru muncul di kepala Ikki dan Fylia. Laki-laki berkostum maskot itu menebak dengan benar identitas asli Fylia dan Ikki. Tidak seperti beberapa jam yang lalu, di kota seramai ini orang-orang tidak terlalu mempedulikan keberadaan mereka. Kalaupun orang-orang melihat Ikki mereka cuma akan mengiranya sebagai undine karena warna rambutnya yang biru, dan Fylia sebagai aksesories berkilau karena cahaya emasnya. Jadi tak satupun dari Ikki ataupun Fylia mendapati tatapan busuk seperti beberapa jam yang lalu.

Tapi orang itu menebak identitas asli Ikki dan Fylia di tempat umum. Mereka tidak punya pilihan selain melihat sekeliling untuk mengamati apakah orang lain mendengar apa yang baru saja maskot itu katakan atau tidak. Untungnya, tak satupun orang menunjukkan tanda-tanda seperti itu.

"pika pika, kalau begitu aku pergi dulu pika." Kata maskot itu tiba-tiba.

" "heh?" " tidak dapat memahami tindakan dan kata-kata maskot kuning, tanda di kepala Ikki dan Fylia bertambah lagi satu.

"tunggu!" panggil Ikki sebelum dia pergi.

maskot kuning mirip aether listrik di Verdernia itu berhenti, tapi dia tidak memalingkan mukanya kembali. Dengan punggung yang sengaja diperlihatkan, dia membentuk kata-kata sederhana:

"nikmati hidupmu, pika."

Dan menghilang dalam kerumunan.