08.00, pagi hari.
Tanda-tanda pagi hari. Matahari bersinar dengan baik dan langit luas terbentang tanpa satupun awan keabuan yang berlalu lalang di dalamnya. Ikki dan yang lain berjalan menyusuri semar-semak dan jalan setapak dengan pohon dunia, Aragorn sebagai tujuan dari keberangkatan mereka. Pohon itu tumbuh sangat tinggi sampai-sampai langit tidak berawan sekalipun tidak bisa menunjukkan puncak pohon itu bahkan setelah Fylia menengadah sampai lehernya terasa sakit.
"tempatnya sudah dekat, hati-hati dengan suara yang kalian buat. Naganya mungkin sedang tidur sekarang tapi kusarankan untuk tidak menimbulkan terlalu banyak suara."
Edea yang berjalan di depan mengatakan itu tanpa sedikitpun melirik ke arah target bicara di belakang. Sikap yang masih dingin seperti biasa. Apalagi setelah kejadian di aula yang Zen sebabkan waktu itu, rasa muaknya terhadap enfinity menjadi lebih besar dibanding saat Ikki dan yang lain pertama kali menginjakkan kakinya di Tenebris.
Tapi sekarang enfinity yang dia tidak sukai sedang berjalan dalam perjalanan untuk menyelamatkan dunia yang sangat dia sayangi. Memikirkannya seperti itu, Edea mendapati dirinya mengalami perasaan bersalah yang sedikit aneh.
"hm, Fylia paham." Dia mengangguk. "lagipula Fylia terbang bukannya berjalan. Tubuh Fylia juga kecil jadi tidak menimbulkan bunyi mematahkan atau menginjak ranting."
"yang harus diwaspadai adalah mulutmu. Berhentilah membicarakan hal-hal tidak penting dan pergilah mengintai duluan jika memang tubuhmu sekecil itu."
"Muu~" Fylia menggembungkan pipinya.
"ahaha..." Ikki tertawa dengan enggan dan teresenyum kecut setelah itu.
Untuk mencapai tempat ini yang sudah semua orang bisa melihatnya dari kejauhan, normalnya tidak membutuhkan pemandu dalam bentuk apapun. Tapi area hutan yang harus mereka lewati mungkin memberi kesulitan dalam berbagai cara, dan ketika mereka pikir bisa mendapatkan pemandu berpengalaman secara gratis, maka tidak ada alasan untuk menolak meskipun itu tidak akan terlalu berguna bagi petualang yang telah melalui berbagai macam tempat seperti mereka.
"kita sampai."
Di depan mereka, naga putih dengan sisik perak yang berkilau seakan itu terbuat dari logam khusus tertidur di bawah pohon raksasa Aragorn. Naga itu memiliki 9 tanduk di kepalanya dengan 1 di antaranya lebih besar dari yang lain, empat kaki raksasa dan sebuah ekor kadal yang sama sekali terlalu besar untuk disebut 'ekor kadal raksasa' sekalipun. Jika kamu mengamatinya dengan lebih teliti maka akan terlihat corak pola bias misterius yang bersinar redup pada selaput-selaput sayap dan sebagian kecil permukaan kulitnya. Terlihat gambar lingkaran kecil dengan cahaya bias yang sama tepat di dahi naga itu. Dan jika naga tersebut berdiri dengan keempat kakinya maka tinggi puncak kepala tersebut pasti tidak akan kurang dari 15 meter.
Ikki menelan ludahnya sekali.
"setidaknya itu bukan aether rank SSS, mungkin rank A atau rank S."
"kau benar. Ditambah bekas luka di punggungnya, kekuatan maksimal naga itu pasti sudah turun cukup banyak."
Kalimat Zen mengacu pada bekas tebasan besar yang masih meneteskan darah di sekitar punggung naga perak itu. Sangat aneh untuk seekor naga masih memiliki bekas luka segar bahkan setelah 20 tahun berlalu sejak dia disummon.
"A..A-aa..." sesaat, terdengar suara seperti automaton rusak dari belakang. Suara parau yang nyaris tidak berbentuk itu memberikan perasaan tidak enak pada semua orang yang ada. Dan ketika Ikki, Zen dan Edea memalingkan mata mereka, apa yang terpantul pada bola mata itu adalah seorang gadis elemental yang melebarkan matanya secara histeris, mulut kemerahan kecil yang terus bergetar tidak karuan adalah apa membentuk suara itu.
"Fylia?"
"tenanglah. Apa yang terjadi padamu? Hei....!" Zen bertanya untuk memastikan.
Tanpa mempedulian pertanyaan mereka, apa yang Ikki, Zen dan Edea khawatirkan terjadi.
"A-aa.... AAAAA.... HAAAA!!!"
"gawat!" Edea segera bergerak untuk menutup mulut Fylia dengan tangannya, namun gerakannya tidaklah sebegitu cepat sampai Fylia berhasil terbang lebih tinggi ke langit sebelum itu.
"naganya---" teriak Ikki.
naga perak yang seharusnya masih tertidur sampai malam tiba, kelopak mata yang seharunya masih terpejam, naga perak yang tertidur sampai beberapa saat yang lalu, saat ini membuka matanya karena suara itu.
"Hentikan itu, FYLIA!!" Zen berteriak.
Fylia mengangkat dua tangan yang telah dilapisi dengan sarung tangan sihir ke langit. sebuah kristal es tiba-tiba terbentuk di atas telapak tangan yang disatukan itu. dan kristal itu membesar, sedikit membesar, kemudian menjadi lebih besar hingga titik dimana panjang maksimalnya mencapai lebih dari 5 meter, Fylia melepaskan itu ke arah naga perak yang baru saja terbangun dari tidurnya.
"Naga... Matilah, SEKARAAANG!!"
Kebencian dalam diri Fylia seketika meluap dalam bentuk tekad dan keingingan membunuh. Matanya sudah bukan lagi mata kekanak-kanakan Fylia yang biasanya, tapi dengan jelas tersimpan perasaan ingin membalas dendam dalam tatapan mata yang kejam itu.
Tapi, itu benar-benar gawat. Itu bukanlah tujuan mereka datang ke tempat ini sejak awal, tujuan mereka adalah mengintai dan mengambil beberapa informasi untuk kemudian kembali lagi membawa strategi yang telah matang, bukan menyerang secara mambabi buta seperti ini.
Harus ada yang menghentikannya. Harus ada yang menghentikan Fylia sebelum sesuatu yang buruk terjadi; semua orang dengan pasti membuat pemikiran seperti itu.
Tapi, tidak peduli apapun yang mereka lakukan, semuanya terlambat.
Naga yang telah bangun mengarahkan tanduk terbesarnya lebih dekat ke kristal es Fylia. Partikel-partikel cahaya bias lahir membentuk lingkaran tipis semi transparan yang melindungi sang naga dari hantaman kristal es.
"Fylia!" panggil Zen dengan keras.
"Fylia!" ia memanggilnya sekali lagi. Namun tak satupun dari panggilan-panggilan itu berhasil mencapai telinga Fylia—tidak, gadis itu tak salah lagi mendengarnya, namun apakah itu mencapainya atau tidak, itulah yang bukan.
Ikki berlari ke arah naga tepat setelah celahnya terlihat. Untuk memberikan kerusakan pada sisik perak naga, tebasan atau hantaman mungkin tidak akan berguna. Ikki memakai sebuah tehnik yang memang dikhususkan untuk menembus benda yang keras, sebuah tusukan sekuat yang dia mampu.
"original stlye: Piercer!"
Tehink original yang dikhususkan untuk menusuk, yang telah Ikki kembangkan sejak dulu. Ditambah peetumbuhan level Ikki sejak membunuh aether rank SSS, kekuatan tusukan itu seharusnya bisa menembus perisai mahal sekalipun. Meski begitu,
*ctar!
Pedang yang Ikki gunakan untuk menusuk, pedang yang telah dia gunakan sejak ia keluar dari desanya, pecah menjadi serpihan-serpihan kecil lalu jatuh dan hancur.
Tepat setelah kristal es Fylia ditahan dengan sangat mudah, naga perak memajukan tanduknya sekali lagi. Partikel-partikel cahaya bias berkumpul, membentuk tehnik serang berkekuatan tidak masuk akal tepat pada ujung tanduk yang bersinar itu. Setelah semua energi itu akhirnya terkumpul dalam satu, dua detik, Ikki, Zen dan Edea mendapati pembayangan yang kejam dan begitu mengerikan dalam pikiran mereka.
--- kumpulan energi itu.... ditujukan pada Fylia.
" "Fylia!" "
Semua orang secara spontan memangilnya. Tubuh Ikki bergerak dengan sendirinya, dia memanjat pohon besar yang tumbuh di dekat gadis itu, kemudian melompat ke arah Fylia, menangkap dan mendekap gadis itu di dalam pelukannya. Ikki jatuh berjongkok selagi punggungnya menghadap sang naga perak.
Namun, tanduk itu kini baralih mengincar Ikki juga. Itu adalah konsekuensi dari kebaikan hatinya yang begitu bodohnya kejam. Sementara dia sendiri tahu kalau serangan itu akan segera datang kepadanya, Ikki hanya bisa memejamkan matanya selagi berharap pada seseorang yang mungkin tidak pernah ada.
"Sial!" Zen mengumpat dan menyalahkan seseorang yang sebenarnya tidak pernah ada. Kemudian menyatukan kedua tangannya dan meletakkan tangan itu pada tanah—alkemia aktif.
Tanah yang menjadi pijakan kaki kanan depan naga perak berubah menjadi kubangan lumpur. Tubuhnya kehilangan keseimbangan sesaat, condong ke kanan depan. kumpulan energi dilepaskan, menembus ruang kosong di sebelah kanan telinga Ikki, melubangi setiap pohon yang dilaluinya dan menghilang setelah menembak pegunungan sejauh 50 km dari tempat sang naga perak itu berdiri.
Sekarang! Ikki berpikir seperti itu.
Ia berdiri menghadap sang naga perak, mengeluarkan telapak tangan kanannya dan membentuk Aragorn dalam tangan itu. Pohon setinggi 30 centimeter aktif, cahaya hijau kecil berputar di sekeliling Ikki dan ketiga orang lain.
Kemampuan kedua dari Aragorn, yang telah Ikki dan Aria ketahui.
-- konversi –
Ikki menukar sejumlah life poinnya sebagai ether, menggunakan ether itu untuk menumbuhkan sebanyak mungkin akar berduri yang dengan cepat, melilit tubuh naga perak.
"lari! Kembali sekarang!"
Dengan instruksi seperti itu, semua orang menggunakan seluruh sisa tenaga mereka untuk kembali ke kastil kerajaan.