Chapter 8 - Part 4

"haaahh~ ini melelahkan." Fylia melempar tubuh manusianya ke kasur.

Diskusi berakhir. Mereka dibawa ke ruangan luas dengan 3 kasur yang disebut kamar tamu. Tak satupun dari Ikki, Ren dan Fylia yang menolak permintaan itu. melawan naga dan menyematkan dunia, mereka melibakan diri dalam sebuah permintaan yang hampir mustahil. di Verdernia naga sendiri tergolong dalam aether rank A sampai SSS, bahkan Wyvern yang cuma sub species dari naga adalah aether rank B.

"kita tidak harus melakukannya dalam waktu yang dekat juga, bagaimana menurut kalian tentang itu?" tanya Ikki.

"eeh~ aku ikut kalian saja~" Fylia katakan dengan malas.

"karena yang kita akan kita lakukan adalah melawan seekor naga, sangat penting bertukar informasi satu sama lain, setidaknya aku ingin melakukan itu setelah makan malam. Kemudian kita coba mengintai di pagi harinya, dan tentukan langkah selanjutnya setelah itu."

~**~

Dan akhirnya, dua jam berlalu, setelah bertukar sedikit pendapat tentang rasa makan malam, waktu untuk bertukar informasi telah tiba.

"pertama, aku akan mulai dengan level, aku level 55." Kata Ikki sambil membuat senyuman sombong.

"aku level 60." Kata Fylia.

"dan aku level 62." Tambah Zen.

" "hah?" "semua orang yang sebelumnya mengeluarkan senyuman sombong terkejut di waktu yang sama. Mengesampingkan Ikki yang naik drastis setelah membunuh aether rank SSS, seseorang sekitar usia Zen dan Fylia biasanya tidak mendapati level seperti itu.

"tunggu sebentar, berapa umur kalian?" tanya Ikki. "aku 14 tahun."

"uuu~ seharusnya Ikki tidak menanyakan rahasia wanita semudah itu uuu~" Fylia menggembungkan pipinya.

"maaf maaf, tidak apa jika tidak mau."

"uuu~ 14... khusus kali ini aku memberi tahu kalian, umurku 14 tahun."

"begitu, kau tidak perlu merasa malu karena tak ada juga yang merasa terhormat setelah mendengarnya. Yah, tak ada salahnya bertukar informasi seperti ini. Aku 16 tahun, dua tahun lebih tua dari kalian."

Berikutnya, topik berganti ke penggunaan senjata, gaya bertarung, dan skill yang mereka gunakan. Dari pembicaraan tersebut, Zen Cruzer adalah pengguna tombak, Fylia pengguna sihir, dan Ikki pengguna pedang. Mereka juga menemukan satu fakta yang mengejutkan.

"ini kebetulan yang luar biasa untuk bertemu pengguna scared ability lain. [ Divine aura ]sepertinya scared ability yang bagus."

"hnh~" Zen mendengus dengan bangga. "memang benar itu luar biasa, tapi daripada itu, ini kesempatan yang langka jadi kenapa tidak kita tunjukkan saja secara langsung, Ikki; Plants Creators-mu dan Divine aura-ku."

"kau benar." Ikki mengangguk, kemudian memejamkan matanya.

Benar juga, ini pertama kalinya aku memakai Plants Creator seperti skill sungguhan.

Cahaya hijau berputar-putar di telapak tangan Ikki. Tiga, empat detik kemudian, sesuatu terbentuk, keajaiban terjadi di telapak tangannya.

"ini...." Fylia melihat sekelilingnya dengan kaget. Apa yang mengelilingi Fylia adalah cahaya hijau kecil setengah kali ukuran dirinya dalam wujud elemental.

"bukankah ini.... efek yang sama seperti di Elfteria?" tanya Zen.

"be-benar, meskipun sedikit aku merasakan regenerasi dan pemulihan ether."

Pohon kecil yang tumbuh di telapak tangan Ikki juga dikelilingi dengan cahaya hijau kecil. Dalam waktu itu, tiga orang yang berada dalam ruangan merasakan efek pemulihan yang sama.

Ikki menjelaskan alasan dibalik hal itu, dari menantang Aragorn labirinth sampai kemudian mendapatkan pohon ini, hanya saja dalam cerita itu fakta tentang aether rank SSS ditutupi.

Setelah Ikki akhirnya berhasil menyelesaikan penjelasannya, Zen meminta pohon Aragorn kecil di telapak tangan Ikki tanpa alasan yang jelas. Dia hanya berkata "sudahlah, berikan saja itu padaku" sebagai jawaban dari pertanyaan "untuk apa?" dari Ikki.

Seperti itu, Zen juga menunjukkan bagaimana Divine aura-nya aktif. Dan hal itu mengakhiri pertukaran informasi malam ini.

Bagaimanapun juga, mereka baru saja selesai makan malam satu jam yang lalu jadi masih terlalu cepat untuk pergi tidur. Ikki dan Fylia memutuskan untuk melihat-lihat kota, sedangkan Zen hanya berniat untuk "jangan khawatirkan aku, aku akan bermalas-malasan sampai kalian kembali."