"yheah! akhirnya, entah bagaimana aku mendapat pohon dunia pertamaku, Aria!"
Ikki membuat pose kemenangan tepat setelah keluar dari labirin. Labirin dua lantai ini normalnya tidak diketahui oleh orang lain. Tidak hanya karena lokasinya yang tersembunyi, tapi juga cara untuk membukanya yang terlalu rumit. Satu-satunya alasan kenapa Ikki berhasil memasuki labirin itu tidak lain karena keberadaan seseorang dari masa lalu. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang tidak seorangpun saat ini miliki. kalaupun ada yang mengetahuinya—tidak, Aria sendiri sadar kalau memang ada beberapa orang benar-benar mengetahuinya, bahkan lebih daripada dirinya sendiri, namun dengan jumlah yang bisa dihitung dengan jari.
-- Secret Labirinth, Aragorn.
Dan tempat dimana labirinth itu berada:
-- hutan kebebasan, Elfteria.
Satu-satunya hutan dimana enfinity dan aether hidup berdampingan satu sama lain. Dengan hembusan angin yang menyejukan pikiran, air yang mengalir dan pemandangan yang menakjubkan.
Hutan ini memiliki peraturan yang menyatakan bahwa enfinity dilarang menyerang aether apapun, dan sebaliknya, aether juga dilarang menyerang enfinity apapun yang mereka temui. Legenda mengatakan jika peraturan ini diingkari, pihak yang terkait dengan pelanggaran tersebut akan mendapati kehilangan ethernya mencapai nol. akibatnya, mind zero berlaku, membuatnya kehilangan kesadaran untuk beberapa bulan.
Memang benar, beberapa petualang biasa menjadikan tempat ini sebagai salah satu tujuan berpetualangan mereka, namun bukan karena keindahan ataupun kenyamanan yang mereka inginkan, akan tetapi di atas semua itu, hutan kebebasan, Elfteria jugalah tempat yang dikenal memiliki kemampuan tidak biasa.
Hutan ini mempunyai kekuatan tidak masuk akal yang memulihkan life dan ether seperti regenerasi berskala kecil. Itu tidak hanya life dan ether, tapi juga status buruk seperti racun dan kelumpuhan sekalipun. Dengan begitu, hampir setiap orang percaya bahwa Elfteria memiliki kemampuan yang begitu luar biasa. namun semua itu benar-benar kebohongan belaka.
-- pohon dunia, Aragorn.
Alasan di balik kemampuan pemulihan hutan ini yang sebenarnya tidak lain karena sebuah pohon dunia, Aragorn yang terdapat di dalamnya. Ini mengendalikan gagasan yang pernah ada, mengubah realitas yang mereka percayai dan membuangnya sebagai sebuah bentuk kekeliruan.
『 seperti yang kubilang sebelumnya, ini hal yang mudah sebenarnya. Kau hanya harus mengikuti kata-kataku. 』
"pohon dunia, Aragorn, kah.... haaah!"
Sekali lagi, Ikki membentuk pose kemenangan dengan dua tangannya ke atas; menampilkan keceriaan secerah matahari tanpa ditutupi oleh awan apa pun.
『 nah, aku tahu kau ini bukan tipe yang bisa menyembunyikan perasaan senangmu dengan mudah, tapi setidaknya berhentilah melakukan sesuatu seperti itu lebih dari satu kali. Itu mulai menyebalkan melihatnya. 』
".... mulutmu itulah yang paling menyebalkan. Meskipun kau ini salah satu dari argonaut legendaris, kata-katamu tidak terasa sama dengan reputasimu."
『 haah... 』Aria menghela napas. 『 dan seperti yang kau tahu, aku tidak punya wujud fisik yang bisa kuperlihatkan, jadi jika menurutmu mulutku menyebalkan sama saja dengan mulutmu sendiri yang menyebalkan. 』
"aku tahu itu! sudahlah... daripada itu, aku tidak cuma dapat pohon dunianya, kau tahu? Hehem~"
Ikki membuat garis lengkung yang penuh kesombongan di wajahnya. Sesaat ketika ia hampir membuka layar statusnya untuk pamer, 『 ah, maksudmu level, tentu saja itu naik sangat pesat. 』dia terjatuh.
"aahh! Kau seharusnya tidak menembak dulu sebelum melihat!" Ikki bangun sambil menaikkan suaranya untuk membentak.
Huh, padahal aku mau pamer.
setelah akhirnya meresa lelah dengan percakapan tidak penting, Ikki membuka statusnya dengan "status", kemudian melihat salah satu kolom dengan mata membesar.
".... sta-statusku.... da-dari level 15... naik 40 level?!"
Baiklah. Matahari yang bersinar di langit orange redup itu menunjukkan bahwa sekarang sudah melewati jam 5 sore. Meski berada di situasi seperti ini, melihat aliran sungai yang berwarna keemasan karena memantulkan sinar matahari sore, Ikki dan Aria menemukan dirinya tidak bisa berbicara di depan keindahan dunia fantasi.
Aku harus segera mencari tempat mendirikan tenda atau aku tidak akan sempat membuat tendanya sebelum gelap.
Di bawah cahaya emas yang sedikit redup, Ikki mengamati tempat-tempat di sekitarnya dengan seksama. Pandangannya jatuh pada sebuah lokasi yang bagus. Ia melangkahkan dengan kakinya dengan pemikiran tempat itu lumayan juga.
~**~
Setelah akhirnya selesai mendirikan tenda dengan kelelahan, Ikki mengusap dengan lengannya semua keringan yang menuruni pipinya.
"sekarang tinggal membuat api dan memasak sesuatu, semuanya selesai."
Setelah mengatakan itu, Ikki mendapati dua suara manusia—bukan, mungkin juga bukan manusia, bisa saja seorang elf atau ras lain yang memasuki pendengarannya.
"Berhenti, elemental sialan! Kembalikan daging Overall Rabbit yang kau makan atau aku akan mengubahmu jadi bracelet of elementals!"
"siapapun tolong selamatkan aku dari orang gila yang ingin mengubahku jadi aksesoris pergelangan tangan!
『 Itu terdengar realistis. Apa orang itu sungguhan akan mengubahnya jadi aksesoris pergelangan tangan? Yah, ngomong-ngomong nama bracelet of elementals itu bagus juga. Aku penasaran apakah itu disebut begitu karena terbuat dari elemental? 』
Tanpa sadar Ikki mengangguk dengan "hm~ hm~" sambil menyilangkan tangannya untuk menyetujui Aria.
"eh, tentu saja itu dilarang, bodoh!"
Ikki mengubah pikirannya dengan cepat mengingat pria yang mengejar itu mengatakan sesuatu yang tidak berperasaan. Elementals seukuran kepalan tangan orang dewasa terbang sementara seorang pemuda sekitar setahun/dua tahun lebih tua dari Ikki mengejarnya sambil mengacungkan sebuah tombak.
Sesaat setelah ia membalas pemikiran tidak berguna Aria, Ikki menyadari elemental dan pemuda itu ternyata berlari ke arahnya. Ketika dia sadar akan hal itu, semuanya sudah terlambat. Sang elemental bersembunyi di belakang kepala Ikki sambil terus-terusan berkata "selamatkan aku selamatkan aku" beberapa kali. Di depan matanya terlihat seorang laki-laki yang membuat sebuah kuda-kuda dengan tangan kanannya ditarik ke belakang.
"dasar kau... elemental pencuri daging!"
Pandangan Ikki berubah menjadi gelap. Matahari yang hampir terbenam, sungai yang memantulkan cahaya keemasan, hilang dari penglihatannya.
~**~
Pada suatu waktu, langit gelap yang luas itu akan membuatmu berpikir tentang jutaan bintang putih yang terbengkalai di dalamnya. Sungai yang mengalirkan cahaya bintang di belakangku sebenarnya hanyalah sebagian kecil dari hamparan hutan hijau yang beberapa kali dilewati deruan angin. Dan seseorang yang dengan santainya tertidur di dadaku ini akan membuatmu berpikir tentang pemikiran seperti apakah yang tersembunyi di otak kecilnya.
Setelah kegelapan yang lembut dan dingin itu berhenti menyelimutiku, tiba-tiba aku merasakan sensasi sebuah tanah, sensasi sebuah angin, dan sensasi hangatnya sebuah api. Aku bertanya-tanya ada dimanakah aku sekarang, tetapi hutan lebat di sekitarku maupun langit gelap yang luas itu tidak memberiku sebuah jawaban yang jelas. Hanya seseorang berambut hitam itulah satu-satunya yang dapat kuanggap sebagai petunjuk. Ia menggerakkan mulutnya naik turun, memulai untuk mengucapkan sesuatu.
".... akhirnya kau bangun juga, rambut biru. Di waktu seperti ini rasa lapar adalah musuh terbesar makhluk hidup. Supnya matang sebentar lagi, kumpulkan nyawamu lalu mari isi perut kita dengan sesuatu yang enak."
Sebentar, seseorang berambut biru yang dimaksud sedang dalam progres untuk mengisi otaknya dengan oksigen, jadi untuk suatu alasan dia tidak langsung menanyakan kenapa orang itu ada di depan tenda yang sudah susah payah dia bangun, sedang memasak sup dengan api unggun yang sebelumnya belum sempat dia buat, kemudian menyuruhnya mengumpulkan nyawa hanya untuk mari isi perut kita dengan sesuatu yang enak.
Tunggu sebentar, apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini? Ikki menanyakan hal itu dalam pikirannya. Ia bangun dengan memegangi elemental kecil yang hampir saja terjatuh dengan kedua tangannya. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri dengan bingung, kemudian berhenti pada bola mata hitam milik laki-laki berambut hitam itu.
".... katakan, apa kita pernah bertemu sebelumnya? Maaf tapi aku tidak ingat apapun soal laki-laki bertelinga kucing yang sedang memasak di depan tendaku... ah."
Benar juga, waktu itu ada sesuatu yang tiba-tiba menghantam wajahku. Aku tidak tahu apa itu, tapi apapun itu pasti cukup kuat untuk sekedar membuatku pingsan seketika.
".... namaku Zen, Zen Cruzer." Dengan mata mengantuk yang terdapat kantung mata hitam di bawah mata mengantuknya, Zen memperkenalkan dirinya dengan sebuah senyuman yang memperlihatkan taring di mulutnya. "seperti yang kau lihat, aku seorang werebeast tipe serigala."
Ikki memperhatikan dengan tidak sopan pada ekor hitam yang tersembunyi di belakang Zen. Matanya tidak bisa berhenti melihat ekor serigala yang sedikit bergerak karena telah dia perhatikan agak lama.
"... yah, panggil saja aku Ikki."
Bersamaan dengan Ikki memperkenalkan dirinya, elemental kecil yang tertidur di telapak tangan Ikki perlahan terbangun. Ia meregangkan tubuhnya dan menguap untuk mengisi supply oksigen ke dalam otak. Dengan mulut yang masih terbuka lebar, dia mengeluarkan sapaan sebagaimana orang-orang yang nyawanya belum sepenuhnya kembali setelah menjelajahi dunia lain.
"... met~ mwalawm~"
"harusnya itu 'selamat malam' dasar elemental tukang tidur."
Menaggapi suara dari Zen, sang elemental merenggut seluruh kesadarannya yang masih ada di dunia lain dengan paksa. Dia megeluarkan seruan "HEEEE~!! Kau kan...!" sebelum terbang dengan cahaya emas ke belakang kepala Ikki seperti sebelumnya.
"orang itu yang ingin mengubahku menjadi gelang! Selamatkan aku laki-laki berambut biru!"
Setelah menghela napas sekali, Ikki mengambil elemental bercahaya emas itu dari kepalanya. Sang elemental meronta dengan "heeeh~!" mengubah ekspresi seseorang yang memberi perintah menjadi ekspresi seseorang yang ketakutan karena ia pikir ia akan menjadi material pembuatan gelang sebentar lagi. Ia menutup matanya dengan takut setelah melihat sisi wajah Ikki yang tersenyum, seperti tidak ada niat apapun untuk menolongnya.
Jangan bilang kalau dia bekerjasama dengan manusia kucing itu. ini tidak lucu sama sekali. aku benar-benar akan mati dan berubah menjadi bracelet of elementals! Maafkan aku, semuanya, aku benar-benar jadi anak perempuan yang merepotkan kalian.
Setelah meminta maaf pada seseorang yang tidak ada dimanapun, elemental wanita itu menunggu sesuatu yang tidak berperasaan akan segera terjadi padanya. Namun tidak peduli seberapa lamapun ia menunggu, tetap tidak ada yang terjadi. ia dengan hati-hati membuka kelopak mata kecilnya perlahan-lahan.---
Ikki mengamati elemental ditangannya seperti saat itu adalah saat pertamanya melihat sesuatu seperti elemental dalam hidupnya. Yah, benar juga, ini memang pertama kalinya dia melihat sesuatu seperti ini, makhluk seperti ini. tidak salah jika itu menarik perhatian Ikki sampai-sampai dia lupa melepas pegangannya.
Elemental yang masih dalam genggaman itu perlahan-lahan membuka kelopak mata kecilnya. Wajah yang imut dan bulu mata yang panjang. Rambut berwarna emas sekaligus mengeluarkan cahaya emas yang sama dengan rambutnya. Jika kau melihat dari wajah elemental itu usianya mungkin sama dengan Ikki. Pada makhluk kecil seperti itu, Ikki menyapanya dengan senyuman.
".... kau elemental, kan, ya? panggil saja aku Ikki. Siapa namamu?"
"... .... ek-ekhm! Namaku. Namaku ya. namaku Fylia! Kau boleh memanggilku Fylia!"
Elemental yang baru saja memperkenalkan namanya sebagai Fylia itu menjawab dengan cukup baik seakan senyuman Ikki telah menyapu bersih semua ketakutannya.
"baiklah, Fylia ya? mari kita makan sambil membicarakan banyak hal!"
Ikki tersenyum dengan gembira kemudian meminta semangkuk sup panas dari Zen.
"ini supmu." Zen memberikannya dengan mata mengantuk yang sejak saat itu Ikki tetapkan untuk menganggap hal itu sebagai sebuah ciri khas tertentu.
"Nah, manusia kucing di sana, ambilkan aku satu yang sama dengan Ikki."
Seperti barusaja mendengar sesuatu yang menyakitkan pendengarannya, telinga serigala Zen bergerak-gerak. Dia menoleh dengan "hah?" kemudian melihat Fylia sebagai sumber suara tersebut dengan mata seolah melihat sesuatu yang busuk.
".... kau... bilang apa tadi? Kucing?"
Fylia terbang ke belakang kepala Ikki dengan seruan "heeh~" yang telah Ikki tetapkan untuk menganggap hal itu sebagai ciri khas tertentu.
Memang benar Fylia sudah bersalah karena mencuri daging Overall Rabbit sebelumnya, tapi di atas itu Zen sepertinya sentitif dengan kata kucing. Dalam hatinya Ikki bersyukur karena serigala itu tidak memaki-makinya saat itu. Tapi rasa syukurnya segera berubah setelah ia mengamati apa yang ada dalam sup ia berikan.
-- daging Full-Fed Rabbit.
Di sekitar sini, tidak ada tempat lain selain labirin Aragorn tempat untuk menangkap aether. Bahkan Full-Fed Rabbit jugalah apa yang Ikki ambil di labirin itu.
".... nah, Zen..." panggil Ikki.
"hm?" Zen mengalihkan matanya pada Ikki.
".... jangan bilang kalau... kau mengambil daging Full-Fed Rabbit yang sepertinya lezat dan membuat air liur menetes ini dari tendaku, huh?"
"yah, benar."
Jawaban langsung?
Senyuman kecut muncul di wajah Ikki, ia ragu-ragu bertanya:
".... anu... bukankah itu yang namanya mencuri?" "
"anggap saja ini sebagai sama-sama untung. Maksudku, aku yang menyediakan sayuran dan yang memasak, kau yang memberi daging."
Yah, benar juga. tidak, tunggu dulu, memang benar biasanya itu adalah suatu kondisi dimana kedua belah pihak sama-sama untung, tapi di hutan Elfteria nilai daging dianggap beberapa kali lebih tinggi dibanding tempat lain. Apa jangan-jangan aku sedang dibodohi?
"ekhm! Nah, Zen, kau tahu ini dimana, kan? Di hutan ini tidak ada aether yang bisa diburu, jadi nilai sayuran tentu tidak sama dengan daging, apalagi ini adalah daging Full-Fed Rabbit yang dikenal sebagai bahan berkualitas tinggi, bahkan meskipun kau yang memasaknya ini masih bukanlah suatu kondisi sama-sama untung!"
"tch"
Apa itu tadi? Apakah aku barusan mendengar Zen mendecakkan lidah?
"baiklah, seperti katamu, aku paham. Kau boleh mengambil porsinya lebih banyak. Yah, meskipun aku bilang begitu, aku membuat terlalu banyak sup hanya untuk dua orang, jadi makanlah sepuasmu."
"bukan begitu maksudku. Ah, sudahlah, jadi karena kau membuat banyak, berbagilah dengan Fylia. terlepas dari dia itu mencuri dagingmu atau bukan, aku sudah berkata 'mari kita makan sambil membicarakan banyak hal!' beberapa saat yang lalu."
Mengabaikan Fylia yang terkejut dengan "eeeh~" Zen menyerahkan semangkuk penuh sup pada elemental itu.
"Te-terima kasih banyak! Fylia sangat berterimakasih!"
Fylia mengambil mangkuk yang Zen berikan setelah membungkuk seperti kebiasaan orang jepang tertentu yang berkata "maafkan aku maafkan aku". Dia meraih mangkuk itu dengan mata emas yang berkaca-kaca.
Setelah mencoba sesendok tanpa ragu, Fylia membuat ekspresi 'aku bersyukur masih hidup sampai sekarang!' dengan mata emas yang lebih berkaca-kaca dari sebelumnya.
"apa memang seenak itu?" Ikki yang merasa ekspresi Fylia adalah sesuatu yang berlebihan bertanya.
"Tekstur yang sangat lembut dengan cita rasa yang dapat kukatakan dengan kata yang paling sesuai adalah sesuatu yang 'sempurna'! Ketika digigit, daging itu terbelah seolah teksturnya berubah menjadi selembut kentang, rasanya tidak terlalu asam, manis, ataupun asin. Akan ada sedikit rasa asam entah dimana yang berpadu dengan jernihnya kuah sup yang seharusnya mustahil, yang rasa keseluruhannya didominasi dengan rasa asin yang akan membuatmu ingin menyendoknya terus-menerus! Ah, bahkan sayurannya sediri membentuk harmoni yang ideal untuk lidah, tomat ini berpadu dengan rasa asam dan manis yang untuk suatu alasan tidak bisa kurasakan terlalu lama karena itu tiba-tiba itu meluncur ke tenggorokanku! Benar-benar masakan terbaik yang pernah kurasakan seumur hidupku! Aku bersyukur masakan pertama yang kumakan setelah tiga hari adalah sesuatu yang luar biasa seperti ini! Tambah lagi!"
"o-oh..." Ikki memandangi Fylia dengan senyuman kecut, kemudian memalingkan matanya untuk mengamati sup terbaik yang pernah dirasakan versi Fylia.
Ikki mendengarkan dengan seksama kemudian membuang pikiran 'jika itu makanan pertamanya setelah tiga hari, lalu dimana daging Overall rabbit yang dia curi?' daripada itu...
Aku ingin tahu dimana perut kecil Fylia menyimpan semua makanan itu. yah, dunia ini memang dipenuhi dengan banyak misteri, huh.
Terlepas dari Fylia mengatakan apa di bagian terakhir itu, sup ini memang mengeluarkan aroma yang menggoda, tapi tidak terlalu kuat. Kuahnya sejernih air putih biasa, yah...
Zen tersenyum dengan sombong, Ikki melihat senyuman itu sebelum memasukkan sup yang ada di sendoknya.
"tambah lagi." Beberapa detik kemudian, dia mengatakan sesuatu seperti itu.
Tiga puluh menit telah berlalu tanpa mereka sadari. Ikki menanyakan sesuatu setelah menghabiskan porsi kelimanya.
"jadi, bagaimana dengan tenda kalian?"
"....uuu~ rencananya aku akan pergi tidur di pohon, jadi aku tidak memerlukan tenda sama sekali." Fylia membuat ekspresi kesusahan seakan matanya berkata 'aku memang tidak punya apa-apa, jadi tak ada pilihan lain....'
"yah, tendamu sepertinya muat untuk dua orang, jadi aku tidak mengeluarkan tendaku. Si kecil ini bisa berjaga saat kita berdua pergi tidur." Katanya dengan mata mengantuk dan senyuman sarkastik.
"Nah, Fylia, karena ini sudah malam dan aku juga sudah mengenalmu, setidaknya kau bisa meminta sesuatu seperti tidur di tendaku karena tubuhmu hampir tidak memakan ruang sama sekali, dan aku mungkin hanya akan mengatakan sesuatu seperti 'kita baru saja saling mengenal beberapa menit yang lalu dan kau sudah meminta sesuatu yang akan membuatmu bisa dengan mudah membunuhku saat sedang tidur?' seperti yang saat ini ingin kukatakan pada Zen."
Sekali lagi, Fylia berseru dengan "heeeh~!" sementara Zen tertawa senang di bawah mata serigala mengantuknya.
masalah tenda selesai dengan formasi Zen berjaga sementara Ikki dan Fylia tidur duluan, bergantian setiap 2 jam dan bangun saat fajar, yang berarti setiap orang punya waktu 4 jam untuk tidur.
Tengah malam semakin dekat. Cahaya bulan keperakan bersinar sepanjang langit. Dengan begitu, sekarang adalah waktu yang tepat untuk pergi tidur.
"kalau begitu aku duluan, Zen. Bagunkan aku setelah 2 jam."
"a-aku juga!"
Fylia mengikuti Ikki yang sedang memasuki tenda dengan menguap.
Ikki meraih selimut dan bantal murah di sekelilingnya sebelum menidurkan dirinya di lantai.
"selamat tidur, Fylia."
"se-selamat tidur untukmu juga, Ikki."
Pandangan mereka berubah menjadi gelap, kesadaran mereka menghilang dari dunia ini, kemudian, Ikki dan Fylia tertidur bersama di bawah satu tenda yang sama.
~**~
Kegelapan, yah. Dalam kurun waktu itu, penglihatan Ikki hanya dipenuhi dengan kegelapan. Perlahan, perlahan, ia membuka kelopak matanya. Sesuatu memasuki pandangan Ikki yang masih kabur karena cahaya baru saja mendatangi mata pemuda itu setelah hampir dua jam berlalu.
"huaah~"
Beberapa detik setelah ia menguap dan mengusap matanya, sesuatu yang jelas di depan matanya terlihat.
-- seorang gadis.
Sekitar umur 14 tahun dengan rambut emas dan kulit seputih salju. Tertidur di depan Ikki dengan nafas yang keluar dari bibir berwarna merah muda. Di atas semua itu, yang paling membuat Ikki membuka lebar matanya karena terkejut adalah kenyataan bahwa sebagian atas buah dada gadis itu terlihat dengan sangat jelas karena kain tipis yang dia kenakan tidak menjangkau tempat itu sama sekali.
"mwmmwmm~"
Mulut gadis itu bergerak-gerak membentuk suara yang aneh. Seperti yang bisa dilihat dari wajah tidur seorang gadis, dia tertidur dengan imut dan tanpa penjagaan sama sekali. Tidak, bukan berarti Ikki berpikir kotor atau semacamnya. Yah, bisa dibilang dia memang sedikit berpikir ke arah itu, tapi bahkan seseorang seperti Ikki masih terlalu polos untuk bisa berpikir dingin akan situasi seperti itu. Tiba-tiba si pemuda berambut biru dengan panik mengambil beberapa langkah mundur dari si gadis berambut emas. Ia berteriak karena pikirannya terkejut sebelum dapat memikirkan apapun.
"Hyaaaaa!!"
*buk
Punggung Ikki menabrak sesuatu sampai sesuatu yang keras menjatuhi kepalanya.
"ada musuh?"
seorang werebeast serigala hitam yang baru saja memasuki tenda dengan sebuah tombak di punggungnya, melihat sekeliling.
Serigala itu—Zen melihat Ikki satu, dua detik, sebelum mengalihakan padangan ke sisi lain. Apa yang terlihat dalam mata serigala hitam itu adalah seorang gadis berambut emas.
"hwm...?"
Gadis itu—yang menjadi penyebab dari pandangan yang ada antara rasa takut dan kebingungan Ikki dan Zen mendirikan bagian atas tubuhnya sambil mengusap mata yang masih mengantuk.
"met... pagwii~"
~**~
"jadi, makhluk kecil yang kelihatan bodoh ini seorang putri?"
Zen yang menyilangkan tangannya sambil terus memacu otaknya untuk berpikir melakukan introgasi pada seorang ras elemental tertentu yang disebut Fylia.
Seorang putri, kah... Ikki yang juga sedang dalam proses berpikir bertanya-tanya dalam pikirannya. Seorang putri. Elemental. Lupa ingatan. Dan atavisme.
Ratu elemental terlahir dengan kemampuan merubah dirinya menjadi wujud lain mirip ras manusia— hal ini berlaku juga pada garis keturunan, sang tuan putri, atau yang bisa dilihat dari situasi saat ini tidak lain adalah Fylia.
Namun, Fylia terlahir sebagai atavisme—sebuah gen khusus yang hanya terlahir tiap beberapa generasi. Karena kondisinya tersebut, Fylia memiliki suatu konstitusi dimana jika dalam suatu keadaan, dia menggunakan sihir yang terlalu kuat di luar kemampuannya sendiri, beberapa ingatan Fylia menghilang sebagai bayaran dari kekuatan itu.
Karena sifat atavismenya ini, Fylia dikucilkan oleh orang lain, ras elemental, bahkan teman dan keluarganya sendiri.
Meskipun begitu, konstitusi tersebut tidak bisa dianggap sebagai sebuah kerugian belaka, namun karena godaan untuk menggunakan sihir yang lebih kuat terlalu besar, tidak sembarang orang akan mampu mengabaikannya. Apa yang harus mereka bayar dari tindakan tersebut adalah bagian ingatan mereka sendiri, yang mungkin merupakan ingatan terpenting dalam hidupnya.
Fylia menyadari dengan baik hal ini, tidak salah lagi, dia tahu apa resiko dari kekuatan itu. meski begitu, untuk sebuah alasan yang bahkan tidak Fylia ingat sampai sekarang, konstitusi tersebut terpenuhi.
Apa yang tersisa dari ingatannya adalah beberapa fakta yang samar; desanya hancur, teman-teman dan keluarganya menghilang, dan fakta bahwa dirinya merupakan putri elemental.
".... sepertinya itu sungguhan."
Zen yang melihat nada dan tingkah laku Fylia membuat sebuah kesimpulan sementara matanya memandang dengan serius. Kemudian, dia membuka mulutnya pada seorang gadis elemental seukuran manusia, Fylia.
".... jadi, kau yang sekarang berharap bisa menemukan petunjuk tentang masa lalumu di tempat lain... itukah, tujuanmu berpetualang, apa aku salah?"
"itu tidak salah." Fylia menggeleng. "tapi daripada itu, apa yang paling kuinginkan adalah menemukan keluarga dan teman-temanku; perasaan seperti itulah yang membawaku untuk menjelajahi dunia."
"tapi bukannya, mereka adalah orang-orang yang mengucilkanmu?" tanya Ikki.
Itu benar. Ras elemental di desa Fylia, teman-teman dan keluarganya, mereka telah melakukan hal buruk dengan memperlakukan Fylia seperti itu. Akan tetapi, Fylia memandang ke langit berbintang tanpa awan, tanpa memandang siapapun di atas sana, berkata:
"Meskipun begitu, mereka tetaplah teman-teman dan keluargaku, fakta ini takkan berubah sampai kapanpun aku hidup. Mereka adalah orang-orang yang bersamaku sejak aku lahir."
Fylia mungkin mengerti dengan baik apa yang harus dia lakukan, dia telah membulatkan tekadnya untuk hal ini; di saat Ikki berpikir seperti itu, Zen mengatakan sesuatu yang terdengar lebih nyata dan kejam.
"Keluarga dan teman yang mengucilkanmu, semua orang yang melakukan hal-hal buruk padamu, dan yang telah menyakitimu, menurutku mereka semua tak lebih dari sekedar sampah. Bahkan jika orang-orang seperti itu selamat dan masih hidup di suatu tempat, kau punya hak untuk membuang mereka sekaligus. Setiap orang juga memiliki hak untuk membenci sesuatu, tidak peduli terhadap sesuatu, dan menginginkan sebuah kepuasan dalam hatinya. Bahkan jika itu adalah seorang elemental kecil yang mencuri daging, kau masih punya hak untuk menginginkan sebuah kebahagiaan."
Dia tentu mengatakan sesuatu yang benar-benar kejam tadi. Memang, Zen mungkin saja menjengkelkan dan memuakkan, tapi dia memiliki sisi baik dalam dirinya juga. Seperti kepedulian dia terhadap orang lain atau semacamnya.
Akan tetapi, semua orang merasakan hal yang sama pada kata-kata Zen; Zen yang sekarang mengatakan semua itu bukan karena perasaan ingin peduli terhadap Fylia, namun karena mungkin, sesuatu yang kejam telah terjadi di masa lalunya. Zen melanjutkan.
"dan yang lebih kejamnya lagi adalah, kau dengan baik hati mencari para sampah itu hanya karena mereka pernah punya hubungan denganmu. Aku tidak ingin mengatakan hal ini, tapi.... kau seharusnya melupakan mereka dan hiduplah dengan bahagia.... Yah, kesimpulan yang begitu mengecewakan, huh... kenyataan memang kejam dan tak berperasaan."
Fylia mempertahankan senyuman terbaik miliknya, senyuman tulus yang diisi dengan kesedihan, rasa murung, dan rasa tak berdaya. Ia mempertahankan itu hingga meraih hati Ikki dan membuatnya ingin setidaknya sedikit meringankan beban yang gadis itu rasakan. Memulai dengan gelisah mencari kata-kata, Ikki menggerakkan tangannya ke sana kemari.
"ta-tapi, itu, kau tahu? Kebaikhatian biasanya berujung dengan sesuatu yang baik juga. Mungkin itu akan ada artinya saat kau menemukannya."
"Di dalam drama dan buku cerita, selalu ada akhir yang bahagia bagi mereka yang melewati batas itu. Tapi kenyataan tidaklah begitu baik hati. Kenyataan jauh lebih kejam dan apatis."
Zen membalas dengan dingin. Ikki seakan tidak percaya dengan kemauan Zen yang seolah ingin terus menekan Fylia. Orang ini...!
"kau...!" Ikki menggertakkan giginya setelah tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk dia katakan.
"sudahlah, Ikki." Fylia menggeleng. "tidak apa-apa, aku baik-baik saja dengan itu."
『 Dia benar, Ikki. 』
Aria? kenapa baru sekarang dia muncul?
『 Elemental bernama Fylia itu tahu tentang perasaan bersalah para elemental lain. Kebaikan yang Fylia miliki bukanlah kebaikan seorang ibu yang mengasihi. Dia bersikap seperti itu karena dia sadar dengan jelas bahwa di dalam hatinya dia adalah seorang elemental yang menjijikan, kejam dan pengecut. Meski begitu, dia mengulurkan bantuan dengan teguh atas dasar kebaikan hatinya tanpa memalingkan matanya. Tapi kebaikan kadang bisa begitu kejam, tidak peduli dimanapun kau berada. Orang-orang itu mungkin tidak ingin diselamatkan oleh seseorang yang telah mereka perlakukan dengan begitu tidak berpesaan. Bisa jadi, hal itu malah menambah rasa bersalah dalam diri mereka pada Fylia. Apa yang gadis itu coba lakukan mungkin adalah sesuatu yang kejam bagi mereka. 』
Berdiri, Zen mengakhiri percakapan dengan "ini sudah dua jam. Aku ingin segera pergi ke tempat tidurku."
『 katakan padanya kalau aku tidak membenci orang-orang seperti dia yang BISA tidak peduli akannya dan jujur akannya. 』
"Aku tidak membenci orang-orang sepertimu yang bisa tidak peduli akannya dan jujur akannya."
Hey, kenapa aku dengan mudah mengatakan itu?
"Sungguh kebetulan. Aku juga tidak membenci bagian diriku yang seperti itu."
"Aku juga. Aku juga tidak membenci kemampuan kejammu untuk membeberkan apa yang kau inginkan."
Zen tersenyum dengan mata serigala mengantuknya, setelah itu menghilang dalam tenda kecil di sisi kiri Fylia dan Ikki.
Sudahlah, lupakan dulu untuk sekarang. Pikir Ikki. Lagipula ini sudah malam.
"kau tidak pergi tidur juga? kalau kau mau aku bisa membuatkan pembatas atau semacamnya."
".... .... aku...."
Benar juga. setelah semua yang terjadi Fylia mungkin merasa tidak nyaman dengan Zen.
"aku...." Fylia memulai kembali kata-katanya.
"Hn...?" Ikki memiringkan kepalanya.
Perlahan, Fylia memiringkan tubuhnya lebih dalam. Bahunya menyentuh bahu Ikki, setelah itu, dia menyandarkan kepalanya di pundak Ikki.
"anu... Fylia?"
Fylia yang berwujud manusia menutup matanya dan tersenyum puas.
"biarkan aku tidur seperti ini."
Langit yang menunjukkan tanda-tanda malam hari menyebarkan cahaya putih keperakan dari bulan. Cahaya merah api unggun menyelimuti tubuh Ikki dan Fylia sekaligus memberikan mereka sebuah perasaan hangat. Hawa dingin dan angin dingin yang beberapa kali bertiup menggurai rambut mereka dengan nyaman. Beberapa kali Ikki mencoba mengisi otaknya dengan pikiran seperti itu untuk menjauhkan bayangan yang tidak seharusnya ada dalam pikirannya.
Ada wangi tertentu yang tercium dari rambut panjang Fylia. Kulit putihnya terlihat sangat lembut sementara buah dadanya sedikit terlihat dari sudut pandang Ikki. Benar, dia coba menghilangkan pikiran seperti itu.
".... ...."
Beberapa menit berlalu tanpa suara. Ikki tidak tahu apakah itu 10 menit atau sudah 20 menit, tapi keheningan ini sedikit terasa nyaman baginya.
Sampai, saat itu terjadi.
~**~
Cahaya putih kehijauan muncul sekitar 5 meter dan 90 derajat di kanan Ikki. Menyilaukan, dan mungkin dapat membutakan mata jika kau terus menatapnya untuk lebih dari 1 jam tanpa berkedip.
Spontan Ikki menutup kedua matanya dengan tangan sebelum cahaya itu benar-benar membutakan matanya. Dan dalam dua, tiga detik, sinar itu melemah.
Apa yang mengisi penglihatan Ikki setelah cahaya itu adalah seorang gadis berambut hijau sekitaran umur 12 tahun, tubuhnya pendek, rambutnya sebahu. Bibirnya bergerak naik turun, dia sepertinya memulai untuk mengatakan sesuatu.
"Tolong...! Selamatkan dunia kami!"
Fylia yang mendengar sesuatu sekeras itu perlahan mengusap dan membuka kedua matanya. Pandangannya jatuh pada seorang gadis yang masih bercahaya meskipun lemah. kemudian, dia membuka mulutnya lebar.
"Hueee!!"
Beberapa saat kemudian, Zen yang mendengar teriakan Fylia segera keluar dengan marah.
"sekarang apa lagi? Aku masih ngantuk, kalian pikir ini jam berapa, hah?"
Zen melihat sekeliling dengan curiga. Matanya berhenti pada sosok gadis 12 tahun yang diselimuti cahaya putih kehijauan sekitar 10 meter di depannya.
"Selamatkanlah dunia kami!"
Dia mengatakannya sekali lagi, kali ini dengan membungkuk.
Dunia? apa makudnya dengan dunia? apa itu bukan Verdernia? Tanya Ikki dalam hatinya.
"Kami akan menjelaskan detailnya di dunia itu. Kumohon ikutlah denganku."
"tunggu sebentar."
Zen sepertinya punya kesimpulan lain, atau belum mencapai kesimpulan apapun. Itu wajar untuk tidak ingin melakukan sesuatu tanpa mengetahui apapun.
"Kau mungkin tahu siapa kami, tapi kami tidak tahu siapa dirimu. Akan berbahaya mengikuti seseorang yang tidak kami kenal. Jelaskan di sini atau kami akan benar-benar mengabaikanmu."
" "Zen...." "
Seperti yang diduga dari Zen, mata mengantuknya benar-benar berguna. Pikir Ikki. Itu seperti dia tidak takut terhadap apapun.
"ta-tapi... aku sendiri tidak punya hak untuk...."
Untuk suatu alasan yang tidak begitu jelas, gadis rambut hijau itu kebingungan. Sepertinya ini bukanlah sesuatu yang bisa dia putuskan, dengan kata lain, ada orang/pihak lain yang memberi perintah.
"namaku Edea. Dunia yang akan kalian datangi disebut Tenebris, aku dikenal sebagai roh tumbuhan, dryad, di dunia itu."
"Tenebris... roh tumbuhan, dryad..."
Zen berguman membuat gerak tubuh mengingat-ingat. Mungkin, dia tahu sesuatu tentang itu. sebuah dunia lain.... Ikki yang juga penasaran bertanya:
"Zen, kau tahu sesuatu tentang dunia itu?"
Normalnya, itu tidak mungkin. Setiap enfinity harusnya tahu bahwa hanya terdapat satu dunia, mustahil untuk ada yang lain. Tempat para aether dan enfinity hidup, Verdernia. Itu adalah pengetahuan dasar yang setiap orang ketahui. Tapi apa yang gadis itu katakan... bagaimana mungkin....
-- roh tumbuhan, Edea.
siapa gadis ini yang sebenarnya?
Setelah akhirnya memikirkan hal-hal itu, Zen teringat akan sesuatu di masa lalu. Dia menunjuk Edea dengan tidak sopan.
"hei, kau... apa tadi kau bilang Tenebris? Tenebris yang itu?"
".... yang itu?" Ikki memiringkan kepalanya.
"Tenebris... aku pernah membacanya di masa lalu. Sebuah dunia dimana tidak terdapat satupun aether dan enfinity di dalamnya, tanah para seraphim, Tenebris."
"benar." Edea mengangguk. "Dunia kami, Tenebris, saat ini sedang dalam masalah besar yang tidak dapat kami, para seraphim selesaikan dengan kemampuan kami sendiri. Karena itulah... aku, sebagai perwakilan dari ratu dryad, dikirim ke dunia ini."
"masalah besar, ya? mengesampingkan apakah kami bisa menolong kalian atau tidak, pertama-tama, apa keuntungan yang kami dapatkan dari menolong kalian?"
"Zen!" teriak ikki. "mereka membutuhkan kita untuk menolong mereka, apa salahnya meminjamkan tanganmu untuk itu?"
"haah..." Zen menghela napas. "jadi maksdumu, terlepas dari apakah kita bisa melakukannya atau tidak, kita memiliki keuntungan atau tidak, bahkan jika itu adalah sesuatu yang sia-sia atau merugikan bagi diri kita sendiri, mereka yang dimintai pertolongan dari awal sudah tidak memiliki hak untuk menolak?"
"I-itu..." tidak mampu menemukan kata-kata untuk membalas pertanyaan Zen, Ikki menggertakkan giginya dengan keras.
Tapi, sebuah suara yang tidak seorangpun duga sebelumnya, terdengar di udara.
"Meski begitu.... aku ingin mendengarkan penjelasan mereka!"
Sumber yang semua orang lihat dari suara itu adalah seorang gadis yang naif dan kurang percaya diri, Fylia.
"Seperti katamu, Zen, kita tidak bisa menerima permintaan mereka begitu saja. Tapi mungkin saja di dunia itu, jawaban dari pertanyaan yang selama ini kucari ada di sana."
"tetap saja itu bukan urusanku." Kata Zen. "Lagipula masih banyak orang kuat dan naif di luar sana. Dibandingkan mereka aku adalah tipe yang hanya bergerak saat melihat adanya keuntungan. Jawab pertanyaanku, roh pohon, apa yang bisa kau berikan untuk membuatku membantumu?"
"haah..." Edea menghela napas. "seperti yang kuduga, tak ada gunanya meminta baik-baik. Lagipula kami juga takkan mau sampai enfinity seperti kalian membantu kami, hanya saja tidak ada pilihan lain. Dan juga, kami tidak bisa memberi apapun pada kalian—ah, bukannya tidak bisa, tapi tidak mau."
" "heh...." "
"hah?"
Ikki, Fylia, dan Zen Cruzer, terkejut akan kata-kata itu.
Apa seperti itu cara yang baik untuk meminta? Ada dimana sikap lemah lembutnya yang barusan? Pikir Zen.
Sikapnya berubah 180 derajat. Edea menghilangkan semua rasa cemas palsu dan senyuman palsu yang ada sampai beberapa saat lalu. Dia, Edea, mulai menunjukkan sifat aslinya.
"hnh~" Zen mendengus. "dengan berkata begitu, kau tahu sendiri, kan...? Kami jadi punya alasan lebih untuk menolak. Lagipula—"
"kalian tidak punya hak untuk menolak."
Jelas sekali kata-kata Edea memotong kata-kata Zen sebelum ia selesai berbicara tadi. Apa yang dia katakan? Tidak punya hak untuk menolak?
"hee~" nada santai yang Zen keluarkan sepertinya adalah kata lain untuk berkata 'kau ini bodoh ya?' dia melanjutkan. "bahkan jika duniamu hancur karena itu, kami bisa saja pergi dan meninggalkanmu, kemudian menggaggap ini semua tidak pernah terjadi. tidak punya hak untuk menolak, huh? Jangan manja."
"maksudku." Edea membalas. "hutan ini, Elfteria, adalah satu-satunya tempat di Verdernia yang terhubung dengan Tenebris."
"....."
Setelah hening satu, dua detik, Zen melebarkan kelopak matanya setelah menyadari sesuatu.
Dari awal Elfteria bukanlah hutan biasa. Tidak hanya karena kemampuan pemulihan life dan ether, tapi juga alasan kenapa aether tidak menyerang enfinity di sini. Ada kemungkinan sebuah pihak bertanggungjawab atas hal ini. itu tidak mungkin.... kan.....? seraphim, mereka...
"kalian... tidak bisa keluar dari sini."
Edea benar-benar mengatakannya.
"hhaahh!"
Zen melangkah dengan keras setelah amarahnya dibuat meluap-luap.
Ini pemaksaan. Pikir Ikki.
Sepertinya... ini akan merepotkan. Fylia tersenyum kecut.
Zen menggenggam dengan keras kain yang menggantung di antara leher dan dada Edea seperti sedang ingin memukulnya.
"kau bilang kami tidak bisa keluar?! Jangan bercanda! Dikatakan dalam buku kalian tidak punya kekuatan seperti enfinity. Aku akan menghabisimu dan keluar dari sini, bocah!"
Di saat Zen sudah membuat kuda-kuda untuk memukul, Ikki menghentikannya.
"H-hei, tunggu dulu, Zen...! masih ada orang lain, kan? Serahkan saja ini pada orang lain. Apa kau tidak bisa melakukannya, Edea?"
"haah... sama seperti kalian yang terjebak tanpa tahu apa-apa, kami juga tidak bisa keluar dari hutan ini."
"kalau begitu suruh orang lain yang ada di hutan." Desak Zen.
"orang lain yang kau maksud itu... tidak ada sama sekali. kalian satu-satunya yang bisa menolong kami."
"siapkan dirimu, kupukul juga, bocah....!"
"h-hei!" Ikki menarik-narik dan menahan tubuh Zen yang sudah membuat kuda-kuda untuk memukul.
Sepertinya akan merepotkan, huh.... Fylia tersenyum kecut.