Chapter 4 - Part 4

"Ikkiii!"

seseorang berambut merah memanggil namanya sesaat ketika dia mendekat.

"Ren...?"

Ikki memalingkan mukanya dengan bingung. Pandangannya jatuh pada seorang partner petualangnya.

"... sudah berakhir, ya?"

Ikki memulai pembicaraan dengan topik itu. Ren menjawab dengan ekspresi yang terlihat agak sedih.

"kau benar... seperti katamu, bahkan bajingan itu sekalipun tidak mungkin selamat setelah semua itu."

"begitu...." Kata Ikki.

Setelah jeda yang agak lama, Ren membuka mulutnya, memulai sebuah topik baru.

"Rambutmu berubah."

"hm?"

"ada sekelompok rambut yang jadi putih di depan."

Seperti kata Ren, Ikki mengamati dengan menggerakkan bola matanya ke atas. Ia melihat sekelompok rambut yang menjadi putih dari tengah kepala sampai bagian ke depan rambutnya, lebarnya sekitar 5 centimeter.

"kau benar.... apa jadi sedikit lebih keren?"

Apa yang kau katakan? Kau selalu terlihat keren kapanpun dan dimanapun, meskipun sifat bodohmu menutupi itu, sih.

Ikki melanjutkan. "daripada itu, aku sedikit khawatir dengan bekas luka bakar di wajahmu. apa matamu baik-baik saja?"

Menanggapi itu, Ren memegangi mata kanannya yang seharusnya telah terbakar.

"berkatmu, yah. Rasanya sama seperti biasanya. Kemampuanmu yang tadi itu--"

Tentu saja siapapun akan terkejut setelah melihat sesuatu seperti itu. Ren yang ingin menanyakan hal itu pada Ikki menelan kembali kata-katanya; ia memutuskan untuk suatu alasan tidak akan mencampuri urusan tersebut.

"tidak. Tidak ada apa-apa. Terimakasih untuk yang tadi."

"kau mungkin tidak akan mempercayainya, Ren. Yang tadi itu bukan kekuatanku--"

Ikki yang hampir mengatakan semuanya dipaksa menghentikan ucapan dan kata-kata itu.

"Sudahlah, Ikki, aku tidak ingin membahas itu."

"begitu."

Angin berhembus meniup rambut dua pemuda yang sedang duduk dan berdiri itu. setelah jeda tiga, empat detik, Ikki memulai kembali pembicaraan.

"nah, Ren... apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Bagaimanapun juga, para Einherjar cepat atau lambat pasti menyadari hilangnya Zell. Mereka akan menyelidiki tentang desa ini. lebih baik kita segera pergi ke tempat lain. kau sendiri, apa yang akan kau lakukan?"

"aku..." Ikki berkata seolah memandang sesuatu yang jauh. "aku akan pergi menyelamatkan Lyria. Aku punya janji yang harus kutepati dengan adik perempuanku."

Aku sudah memutuskannya. Aku akan pergi berpetualang. Mengumpulkan semua informasi dan bertambah kuat di tempat lain, sampai saat dimana aku cukup kuat untuk menyelamatkan Lyria. Keinginan seperti itu terkumpulkan dalam diri Ikki. Janji yang ia buat dengan adik perempuannya, keinginan untuk melindungi dan menyelamatkan adik perempuannya yang manis itu memberikan Ikki keyakinan seperti sebuah jimat pelindung yang tak kalah terhadap apapun.

".... yah, aku sampai bisa menebak hal itu hanya dari wajahmu. Aku juga sudah memutuskan apa yang ingin aku lakukan. Ikki, aku akan pergi menyelamatkan Lyria."

"kalau begitu--"

Ikki yang hampir menyatakan kalimat 'kita bisa melakukannya bersama-sama' sekali lagi dihentikan oleh Ren.

"tapi, ini adalah waktu yang tepat untuk mengucapkan perpisahan. Itu karena aku akan bergabung dengan satuan ksatria, setelah itu mengambil alih salah satu kursi Einherjar."

Ikki yang mendengar keputusan Ren tidak bisa menahan untuk tidak menjadi bingung akan hal tersebut. Ia menyipitkan matanya dengan khawatir setalah tiba-tiba berdiri menghadap Ren. Dengan gelisah, kata-katanya menjadi terpatah-patah tanpa alasan yang jelas.

"tapi itu kan, artinya, setelah melihat semua itu, kau tetap akan..."

Ikki memandang dengan cemas saat mencari kata-kata yang tepat untuk dikatakan. Tapi kata-kata itu tidak dapat dia temukan dimanapun. Ia menemukan beberapa kata dan kalimat yang secara tepat mengungkapkan niatnya dan ingin mengatakan itu pada Ren, tapi mulut yang seharusnya berbicara seketika membeku tepat ketika ia melihat apa yang saat ini terpantulkan pada tapapan mata Ren.

"setelah ini, aku akan mendaftar sebagai ksatria, terikat dengan segel budak dan kemudian bekerja untuk Einherjar."

Keberadaan dengan kekuasaan tertinggi di setiap benua yang ada, Einherjar, mengikat semua orang di bawah kepemimpinannya termasuk raja dan ratu, tuan putri, pangeran, para menteri dan para ksatria dengan segel budak; sebuah segel yang menghilangkan kemungkinan seseorang untuk tidak mematuhi keinginan tuannya, untuk para budak agar tidak memberikan kepalsuan apapun, dan agar tidak ada penghianatan yang terjadi.

Sistem ini diperlukan untuk menyatukan setiap ras yang ada di bawah kepemimpinan pihak ketiga agar tidak terjadi permusuhan antara kedua ras. Bahkan Ikki dan Ren juga memahami dengan baik keuntungan dari sistem yang para Einherjar itu gunakan selama ini. Bagaimanapun juga, mereka adalah eksistensi terkuat yang telah melindungi Verdernia menggantikan para Argonaut terdahulu. namun, keberadaan yang Ikki pikir akan selalu menyelamatkan orang lain dan melindungi yang tidak bersalah itu, ternyata menghianatinya.

Keinginannya untuk menjadi salah satu dari ke-13 Einherjar hancur dan musnah. Untuk saat ini, hanya ada satu hal yang dengan jelas menjadi tujuan utamanya; menyelamatkan Lyria dari tangan para Einherjar itu.

"bajingan itu juga mengatakannya waktu itu; tentang 'pria itu' dan sebutan aneh yang mengacu pada Lyria."

-- דער שליסל

Tak satupun dari Ren ataupun Ikki yang mengetahui tentang bagaimana cara para Einherjar melafalkan kata itu.

"Akan kucari tahu tentang semua itu. Dan setelah aku mengetahuinya, akan kuubah Einherjar dari dalam."

"tapi bagaimana caramu melakukannya? pria yang dipanggil Oriast itu pasti langsung mengenali wajahmu, kan? Dan ketika dia tahu kalau kau sebenarnya masih hidup, pria itu tidak akan membiarkanmu begitu saja."

Ren mengambil sebuah item yang menggantung di pinggangnya. Dia mengenakan itu dengan tenang, kemudian berkata:

"katamu bekas luka bakar di sekitar mata kananku masih ada, kan? Dengan itu aku cuma perlu berkata pada mereka, kalau ada bekas luka yang yang tidak ingin aku tunjukkan lalu semuanya selesai."

Topeng rubah putih sekarang menutupi bekas luka di wajah Ren. Dengan rencana seperti itu, seharusnya dia tidak akan tertangkap dengan mudah. Tapi bahkan resiko dan kemungkinannya masih tinggi. Dan Ren mengetahui dengan baik akan hal ini.

"pada akhirnya, kenapa seseorang sepertimu harus memilih jalan berbahaya seperti itu di saat kau sendiri sudah tahu seperti apa resikonya, huh? ini tidak seperti dirimu yang biasanya."

Atas pertanyaan yang disertai dengan amarah itu, Ren membalas setelah menggeser topengnya ke kanan atas.

"aku harus melakukannya. Aku tak punya pilihan lain selain melakukannya. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diriku sendiri sampai-sampai aku memutuskan untuk melakukan ini. Aku mengerti dengan baik bahwa apa yang kupikirkan saat ini benar-benar sesuatu yang bodoh."

Ren menggertakkan giginya sepanjang waktu itu dan bersumpah untuk takkan mengulangi kesalahan yang sama di waktu yang lain.

"Aku bukannya bertindak karena sudah memikirkannya matang-matang. Tapi karena aku tidak bisa membohongi perasaanku untuk ingin terus bersamamu, bersama Lyria, dan menjaga waktu kita untuk terus melakukan semuanya bersama. Karena itu, karena itulah, aku... aku, akan terus mengejarnya..."

Ren mati-matian menahan perasaan ingin menangis tersedu-sedu itu. Meskipun dia sudah menelan suara dan kata-katanya, perasaan itu terus keluar dalam pecahan-pecahan kecil. Giginya akan menggertak dengan ribut dan kata-katanya dipaksa keluar dengan sendirinya.

".... Lyria... itu karena aku menyukai gadis itu."