Chapter 3 - Part 3

-- kebencian –

Keinginan untuk membunuh. Keinginan untuk menghancurkan lawannya menjadi potongan-potongan kecil. keinginan untuk membalas apa yang telah orang itu lakukan ratusan kali lipat lebih kejam. semua itu meluap dalam sebuah tempat di dasar hatinya.

『 apa kau membencinya? 』tanya sebuah suara tak dikenal yang sebelumnya pernah ia dengarkan waktu itu, sebuah suara yang pernah satu kali membantunya.

"Aku memang membencinya. Tidak salah lagi aku memang membencinya dari dasar lubuk hatiku. Tapi di atas semua rasa benciku itu, aku lebih membenci diriku sendiri yang tidak bisa melindungi semuanya."

『 apa yang kau harapkan? 』

"kekuatan... kekuatan yang cukup untuk menyelamatkan semua orang."

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Api kemerahan yang membakar kulit dan mata kanan Ren seketika berubah menjadi api hitam dan putih. Sesaat ketika ia melihat ke sekeliling, Zell menyadari sesuatu yang mustahil; bangunan-bangunan yang seharusnya terbakar, saat ini tertelan api hitam putih seperti semburan api di tangan kanannya.

"Black-White Flame— kemampuan untuk memurnikan."

Zell membelalakan matanya sementara terkejut melepaskan pegangannya pada wajah Ren. Sementara itu, tubuh Ren terjatuh dalam posisi setengah berdiri; api putih membakar semua luka pada tubuh Ren, memulihkannya dari semua rasa sakit yang ia derita sejak pertarungan dimulai.

"White Flame— kemampuan untuk memulihkan dan memperkuat objek."

Zell dengan panik membalikkan kepalanya untuk melihat sesuatu yang sekali lagi tidak mungkin terjadi. Pandangannya jatuh pada seorang anak laki-laki 14 tahun dengan api putih yang membakar beberapa titik di tubuhnya, tempat yang seharusnya bulu api Zell menusuk ke dalamnya. Seseorang yang seharusnya telah berada dalam kondisi mind down berdiri seolah hal itu tidak membebani tubuhnya sama sekali.

Semua lukanya pulih dalam hitungan detik, bekas luka hasil tembakan bulu api yang seharusnya dapat membunuh anak itu menghilang seperti tidak pernah terjadi apapun.

Zell yang berada pada rantai teratas sampai beberapa saat lalu dipaksa merasakan hawa dingin yang tiba-tiba menjalari tulang belakangnya-- Pada keberadaan dari anak laki-laki itu, sesuatu berubah.

Tatapan mata yang tidak sama dengan tatapan mata Ikki yang biasanya.

- pandangan yang jauh lebih dingin dibanding serpihan es, aura yang lebih menakutkan dari apapun.

"Ren... menyingkir dari tempat itu."

Suara yang lebih berat dibanding apa yang selalu Ren dengarkan dari Ikki sejak dulu memanggilnya.

Apa itu benar-benar kau, Ikki...? dia menggelengkan kepalanya dengan kuat sebelum menyingkir ke sekitar Ikki. Tidak, itu bukan Ikki yang biasanya. Pikir Ren.

Tepat setelah dia berpikir seperti itu, akal sehatnya sekali lagi dipermainkan dengan sesuatu yang mustahil.

*dadadadada

Pohon raksasa tumbuh tepat di belakang Zell. Dua detik kemudian 10 tanaman rambat menjalari tubuh laki-laki tidak beruntung itu, mengikatnya bersama batang pohon raksasa yang terus-menerus tumbuh bahkan setelah menembus awan hitam bergerumuh itu.

Pohon raksasa tersebut kini berhenti setelah 2 atau 3 detik menembus awan. Zell yang terikat dengan tanaman rambat terpaku 50 meter dari permukaan tanah, mencoba menyelimuti pohon raksasa dengan api merahnya.

Namun, usahanya sia-sia. Tidak peduli sekuat atau sepanas apapun api merah yang ia buat. Tidak peduli sebanyak atau seluas apapun api merah mencakup pohon tersebut, semuanya sia-sia. Api Zell tidak membakar apapun kecuali udara di permukaan pohon raksasa itu.

Sekali lagi, suara gemuruh yang memekakan telinga diteruskan. Kilatan petir yang indah sesekali terlihat di balik awan.

Kemudian, Ikki—tidak, dia bukan lagi Ikki yang biasanya.

『 Siapa kau? 』suara Ikki terdengar dalam pikiran anak laki-laki berambut biru muda itu. Benar, saat ini Ikki mengerti dengan baik situasinya; keberadaan mereka telah berbalik satu sama lain.

"aku?"

Sosok yang telah mengambil alih tubuh Ikki menumbuhkan tanaman kecil sebelum mematahkan satu ranting dari tanaman tersebut. Bibirnya bergerak naik turun, dia memulai untuk mengatakan sesuatu pada pertanyaan itu. '『 Siapa kau? 』'

"Cuma seorang Argonaut terdahulu, Aria Horizon."

Nama itu terus bergema di pikiran Ikki.

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

500 tahun yang lalu, untuk mengalahkan sang diktator, lima puluh dua pahlawan pemberani berdiri dan melawan.

"Argonaut"—mereka disebut sebagai kelompok yang memburu dewa. Setiap dari mereka memiliki ras dan usia yang berbeda. Setiap dari mereka menyimpan kekuatan luar biasa yang tidak normal bagi dunia ini.

Di antara ke lima puluh dua orang itu, ada satu orang yang jauh lebih seperti pahlawan dibandingkan yang lainnya.

Dialah orang yang menjadi pusat dari kelima puluh dua pahlawan, yang mengumpulkan dan membimbing mereka dari awal.

Dialah orang, yang dengan gagah berani berdiri di garis paling terdepan, melindungi yang lain di belakangnya.

Dan dialah orang, yang menjadi satu-satunya yang diberkahi dan paling dicintai oleh sang dewi.

Aria Horizon.

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Nama itu tertulis di dalam buku yang Ikki bacakan untuk Aruru dan Meruru. Sebuah buku yang menceritakan sebuah perjalanan tentang para pahlawan legendaris. Sebuah kelompok pahlawan yang melawan sang dewa untuk melindungi dunia ini dari kehancuran.

--" Argonaut "-- sebuah kelompok seperti itu.

Ikki—bukan, Aria mengangkat ranting di tangannya ke langit. Bunyi gemuruh dan kilatan petir yang diteruskan seolah menjawab tindakan elusif yang sedang ia lakukan.

"akan kutunjukkan padamu, Ikki... seperti apa Sky Divider yang sebenarnya."

Api putih menyelimuti telapak tangan Aria sekaligus ranting yang dipegangnya.

" White Flame : Strength "buff yang menggandakan kekuatan aktif pada lokasi yang telah orang itu tandai.

"...!"

Zell yang merasa sesuatu yang buruk akan segera menimpanya meronta-ronta dan memohon.

"aku akan melakukan apapun yang kau inginkan! Apapun yang kau suruh! Jadi kumohon setidaknya ampuni nyawaku...! Akan kuganti semua kerusakan yang kami sebabkan! Akan kuganti 2 kali lipat! Tidak, sepuluh kali lipat! Jadi tolong! Tolong ampuni nyawaku!"

"Original Stlye: Sky.... Divider."

Ranting yang telah terbakar api putih terayunkan secepat cahaya. Angin yang kuat tercipta di sekitar Aria. kekuatan yang bahkan dapat menerbangkan setiap hal yang ada di sana. Ren menahan dengan telekinesis sekaligus buff kekuatan dan pertahanan pada kakinya.

Akhirnya, angin yang ratusan kali lebih kuat dari tebasan Ikki dilanjutkan; memotong langit menjadi dua, menyapu setiap awan dan petir yang ada, serta membelah pohon raksasa menjadi dua—bukan, mendistorsi 30% batang raksasa ditengah sekaligus menjadikannya dua bagian sebagai hasilnya.

Awan hitam yang sebelumnya menutupi matahari menghilang. Cahaya orange menerangi sebuah tempat yang telah hancur berantakan itu.

"haha... yah, tidak terlalu buruk."

Aria sedikit tertawa setelah mengomentari dirinya sendiri. Perlahan, tubuhnya terjatuh ke belakang, ia jatuh dalam posisi terduduk di atas tanah. Matanya berkedip dengan cepat, pandangan yang lemah lembut kembali.

"... aku.... kembali ke tubuhku." Gumam pemuda berambut biru muda itu.