Fantasy and Ether Record (Indonesia)

Karacia_Greynote
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 50k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Part 1

Dewa kejam yang coba menghancurkan dunia ini, keberadaan yang disebut sebagai "diktator kehidupan", benar-benar ada di dunia ini.

500 tahun yang lalu, untuk mengalahkan sang diktator, lima puluh dua pahlawan pemberani berdiri dan melawan.

"Argonaut"—mereka disebut sebagai kelompok yang memburu dewa. Setiap dari mereka memiliki ras dan usia yang berbeda. Setiap dari mereka menyimpan kekuatan luar biasa yang tidak normal bagi dunia ini.

Salah satu dari mereka memiliki kekuatan untuk mengendalikan apapun di sekitarnya.

Salah satu dari mereka memiliki kekuatan untuk mewujudkan kehendak dan keinginannya.

Dan salah satu dari mereka memiliki kekuatan untuk menciptakan sesuatu di luar akal sehat dunia ini.

Mereka berangkat, menuju perjalanan besar untuk mengalahkan sang diktator. Bertahun-tahun, mereka bepergian bersama melewati berbagai kesulitan, melewati masa-masa senang, sedih, dan pertentangan; mereka berjuang untuk menyelamatkan dunia dari tangan sang dewa.

Di antara ke lima puluh dua orang itu, ada satu orang yang jauh lebih seperti pahlawan dibandingkan yang lainnya.

Dialah orang yang menjadi pusat dari kelima puluh dua pahlawan, yang mengumpulkan dan membimbing mereka dari awal.

Dialah orang, yang dengan gagah berani berdiri di garis paling terdepan, melindungi yang lain di belakangnya.

Dan dialah orang, yang menjadi satu-satunya yang diberkahi dan paling dicintai oleh sang dewi.

~**~

"Ikkiii~! Reen~!"

*Buk

Ikki menutup buku cerita tua di tangan kanannya. Buku tua bersampul merah gelap itu menutup dengan garis senyum di wajah pemegangnya. Yap... sampai sini dulu untuk hari ini. akan tetapi, dia, pemuda itu mendapati tatapan mata dari dua anak kecil yang berbinar-binar sampai beberapa saat yang lalu berubah menjadi murung.

"aahh...! curang! Bacakan lagi ceritanyaa~!"

"iya, iya! kak Ikki, bacakan lagi ceritanyaa~!"

Anak kecil sekitar usia 7 atau 8 tahun menggoyangkan tubuh pemuda berambut biru muda tersebut untuk menuntutnya. Akan tetapi, tidak peduli apakah mereka melakukan itu dengan sekuat tenaga mereka atau tidak, si pemuda tidak sedikitpun menunjukkan respon di atasnya. "ekhm!" ia berdeham untuk menegaskan kembali tindakannya.

"nah, dengarkan aku. Lyria ke sini dengan makanan enak untuk semuanya. Bagaimanapun juga, sebuah cerita akan jadi lebih menarik jika kita membacanya di waktu yang tepat. Dan adik perempuanku itu datang di waktu yang tepat. Percayalah padaku, Aruru, Meruru, tidak peduli hal apapun itu, rasanya akan jadi puluhan kali lebih enak di tempat yang ada makanannya." Melihat wajah Aruru dan Meruru yang mendapatkan tanda tanya di atas kepala mereka, Ikki menarik garis lengkung di pipinya, melanjutkan. "selesai makan nanti kalian minta adik perempuanku, kak Lyria, untuk membacakan lanjutannya, oke?"

Melihat kesempatan yang Ikki sebenarnya tunggu kedatangannya sejak beberapa jam yang lalu, dia, tidak bisa untuk tidak memanfaatkan kepolosan dari dua adik kecilnya yang super imut itu-- dan kebaikhatian dari seorang gadis bernama Lyria yang datang menyapanya. dengan begitu, dia melepaskan tanggung jawab yang seharusnya dia emban, mengalihkan pekerjaan yang dia pikir merepotkan pada orang lain yang mungkin lebih baik mengerjakannya.

Hanya satu hal yang akan pihak ketiga katakan atas kata-kata yang baru saja pemuda itu ucapkan—'penipuan', atau mungkin, 'pembodohan'. Tidak salah lagi hari ini adalah hari dimana laki-laki bernama Ikki mendapatkan gilirannya mengurus adik perempuan dan adik laki-laki yang dia anggap sedikit merepotkan itu—Aruru, sang kakak, dan Meruru sang adik.

Dan dengan sedikit kata-kata untuk mempengaruhi dua anak kecil di hadapannya, pemuda itu mendapatkan kesempatan dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan apa yang ingin dapat dia lakukan.

Meruru, sang kakak perempuan memberikan jawaban positif atas permintaan itu, disusul adiknya dengan "yap, sesuai perintahmu, kak Ikki!" mereka yang tidak sadar akan kejahatan sang kakak laki-laki kemudian duduk tenang di samping kanan dan kiri Ikki, di atas tikar yang mereka sudah siapkan sebelumnya.

*buk

Gadis 14 tahun dengan rambut biru sepanjang pinggang, kulit putih dan wajah yang imut, dengan pakaian berenda yang cocok untuk usianya, mengayunkan bekal berat yang dia bawa untuk dengan sengaja mengenai pundak Ikki seperti hal itu adalah sesuatu yang wajar. Dengan begitu, dengan muka yang menunjukkan sosok seorang 'korban' dari sebuah kejahatan tertentu, Ikki berdiri.

"hei, rasanya akan jadi sakit jika tenagamu sedikit lebih kuat, Lyria. Jangan mengayunkan benda seberat itu pada orang lain dengan sengaja! Apa kau dengar aku? Dasar adik perempuan!"

Meski begitu, si adik perempuan— tidak, bukan itu, Lyria yang Ikki sudah anggap sebagai 'adik perempuan', membalas.

"jangan memanggilku seolah aku ini adik perempuanmu, bodoh! Ikki bodoh! Aku lebih tua darimu! jadi akulah yang seharusnya jadi kakak perempuan! Lagipula, hari ini adalah giliranmu mengurus anak-anak, kan? Jangan seenaknya menyuruhku melakukan tugasmu saat kau sendiri ingin bermalas-malasan! Apa kau dengar aku? Dasar adik laki-laki!"

"anak-anak ingin mendengar suaramu, Lyria. Bukankah kau selalu memamerkannya di kamar mandi dan di kamarmu setiap malam? Membaca satu atau dua cerita untuk mereka bukanlah hal yang merepotkan, bukan? Dan aku lebih tua darimu, jadi kaulah yang adik perempuanku!"

"Diam, bodoh! bu-bukan berarti aku bermain musik untuk memamerkannya padamu! Dan seharusnya kau sadar untuk tidak melebih-lebihkan usiamu, dasar adik laki-laki!"

-- Meruru Asterisk

-- Aruru Asterisk

Kedua orang tua mereka meningglkan Meruru dan Aruru di panti asuhan sejak mereka berdua masih bayi. Tanpa seorangpun ketahui identitas orang tua dua anak itu yang sebenarnya. Dan bahkan setelah Ikki dan Lyria bertanya pada hampir setiap orang di desa terdekat juga, mereka tetap tidak menemukan hal yang penting bahkan untuk setidaknya disebut sebagai 'petunjuk'. Dengan begitu, nama belakang Meruru dan Aruru—'Asterisk', diambil dari panti asuhan tempat dua anak itu dibesarkan.

-- Lyria Riveanderite

Kedua orang tua Lyria meninggal saat gadis ini baru menginjak sia 3 tahun. Dia tidak punya kerabat dan tidak ada yang mau merawatnya. Panti asuhan mengambil dan merawat Lyria sejak saat itu. Ikki menjadi kakak/adik laki-laki baginya, sementara Meruru dan Aruru menjadi adik perempuan dan adik laki-laki untuk mereka. ditambah kakak tertua, Claire, panti asuhan berubah menjadi tempat yang lebih ramai dibanding sebelumnya.

Dataran hijau yang luas, tiupan angin yang menyegarkan dan akan membuatmu merasa nyaman. Pohon besar yang menjadi sandaran Ikki dan dua orang di sebelahnya menjatuhkan beberapa helai daun setelah hembusan angin menerpanya. Laki-laki berambut merah yang sebelumnya duduk sampai beberapa saat yang lalu melompat turun tepat setelah menutup bukunya dan menghela napas.

*buk

Syal merah yang menjadi simbol dari laki-laki itu berkibar sementara kakinya menyentuh tanah. "haah~" dia menghela napas sekali lagi. "jika kalian masih ingin bertengkar tentang siapa yang kakak dan siapa yang adik, bisa tolong lakukan itu di tempat lain? Aku yakin akan tertidur sebentar lagi jika tidak ada orang-orang yang dengan tidak sengaja menggangguku. lagi pula, hal itu takkan ada akhirnya jika kalian hanya melihatnya dari seberapa lama kalian hidup. Maksudku, setidaknya tentukan itu dari tingkat kedewasaan atau tingkah laku kalian."

Dan kalian tahu? kedewasaan bukanlah sesuatu yang bisa dilihat dari usia belaka, itulah yang coba laki-laki berambut merah itu sampaikan pada mereka. Itu benar.... pikir Ikki... kakak itu lebih dewasa dibanding adiknya. Usia bukanlah jaminan kedewasaan. Tidak ada yang akan menjadi dewasa hanya karena mereka bertambah tua.

"dengan begitu, Lyria."

Bagi beberapa orang, hubungan untuk 'kakak laki-laki dan adik laki-laki' biasanya tidak berlangsung dengan baik (pengalaman pribadi). Ada beberapa hal yang mendasari terjadinya hubungan seperti ini. sebagai contoh, ambil saja, pernyataan dimana hal tersebut didukung oleh sifat manusia yang ingin terlihat 'keren' di mata orang-orang yang mereka temui. Akan tetapi, hal yang aneh dari itu adalah keinginan untuk terlihat keren di mata saudara laki-lakimu bukanlah sesuatu yang bisa membuatmu merasa bersyukur atau apapun, tidak sama sekali.

Dengan begitu, di sisi lain pasangan 'kakak perempuan dan adik perempuan' jugalah memiliki teritori-teritorinya masing-masing.

Dibandingkan dengan kedua kondisi tersebut, 'kakak laki-laki dan adik perempuan'—atau bisa dikatakan sebaliknya, adalah pasangan yang relatif paling mendapati hubungan baik di antara keduanya.

Dan untuk mereka (sang kakak), dalam teritori-teritori kakak laki-laki dan adik perempuan untuk mengembangkan hubungan baik tersebut biasanya mengenal 3 gaya utama untuk dipilih:

Yang pertama adalah gaya menutup jarak.

Itu adalah sebuah gaya yang biasa dilakukan dengan mempererat jarak dengan adikmu dengan membelikan sesuatu untuk adikmu di saat-saat tertentu, mengobrol sambil saling berbagi rahasia dan makanan, atau menghibur sang adik ketika datang waktu yang tepat untuk menghibur.

Dengan memilih gaya ini, kamu akan ditempatkan dalam hierarki tertinggi sekaligus menjadi seorang kakak yang dapat diandalkan. Kamu akan disebut sebagai seorang "kakak yang perhatian dengan adiknya", seorang "kakak yang dekat dengan adiknya", atau paling bagus seorang "kakak yang baik hati".

Dari ketiga gaya utama yang bisa dipilih pengguna gaya ini adalah yang tertinggi dari segi kuantitas. Dan mungkin, bisa dibilang juga adalah cara termudah untuk mendapatkan kepercayaan dari adikmu. sangat direkomendasikan untuk pemula.

Yang kedua adalah gaya perang gerilya.

Itu adalah taktik dimana kamu menjadi teladan dengan memperlihatkan sisi-sisi paling baik dalam dirimu. Menunjukkan keberhasilan dunia luar dan mengerjakan tanggung jawab di dalam, mengembangkan hubungan sosial yang sehat serta memperlihatkan cara berperilaku dengan baik-- hanya ketika adikmu memperhatikanmu.

Tapi dengan begitu juga berarti bahwa kamu mengambil resiko yang luar biasa. Yaitu ketika adikmu di masa depan sadar akan semua hal baik yang kamu tunjukkan ternyata tak lebih dari sekedar kebohongan yang dibuat-buat, sesuatu yang tidak benar-benar kamu miliki.

Ditambah lagi, hal yang membuat stlye ini berubah menjadi sesuatu yang sulit adalah ketika kamu mungkin tampil sebagai contoh yang paling sempurna, pihak lain malah menginginkamu menjadi sosok manusiawi yang juga bisa berbuat salah.

Pilihan yang sulit dan beresiko. Tidak banyak yang mengambil gaya ini bagaimanapun juga.

Yang ketiga adalah gaya bertempur onii-chan (kakak laki-laki, bahasa jepang)

Kamu dengan berani menempatkan adikmu dalam situasi yang 'dramatis', dan dengan akurat menjawab apa yang paling diinginkan oleh sang adik. Sebagai contoh, tipe kakak seperti ini biasanya ditandai dengan kalimat "kau adalah adikku, (nama), sudah jelas jika aku akan melindungimu!" atau "sebagai seorang kakak, aku takkan pernah meninggalkanmu, (nama)!" atau "akan kukorbankan segalanya, (nama), karena aku adalah kakakmu!" atau sesuatu semacam itu.

Ikki mengambil gaya bertempur oniichan kali ini dan memandang wajah imut Lyria dengan senyuman tulus seorang kakak laki-laki. Pada tangan kanannya terletak sensasi rambut biru langit yang terasa selembut dan sehalus sutera. Dia berkata sambil meneruskan gerakan mengusapnya:

"tidak peduli hal apapun yang akan terjadi mulai dari sekarang dan seterusnya, aku akan selalu melindungi dan menyelamatkan adik perempuanku yang manis ini. ini adalah janji dari seorang kakak laki-laki pada adik perempuannya, bukan sesuatu yang bisa kau anggap remeh, tahu?"

hehem, aku sudah terlihat seperti seorang kakak laki-laki yang dewasa sekarang... pikirnya

Akan tetapi dia tidak mendapatkan respon sebagaimana keinginannya. Muka yang memerah seperti terserang panas matahari skala tinggi, mata yang seketika membesar dan nada tiba-tiba menjadi tinggi, Lyria membentaknya:

"ka-kau tidak perlu mengatakan sesuatu yang menjijikkan seperti itu, bodoh!"

Ditambah satu injakan kaki, Ikki mendapati akhir dengan memegangi satu kakinya sambil melompat-lompat dangan kaki satunya.

"kukatakan ya! a-aku tidak pernah mengakuimu sebagai kakakku, ok?! Memang aku terlihat lebih seperti anak kecil sesekali! Tapi bukan berarti kau menjadi lebih dewasa hanya karena itu!"

Tidak, kau salah, Lyria. Mencari kesempatan untuk mendapatkan waktu luang, menyerahkan semua pekerjaan pada orang lain saat kau punya kesempatan untuk melakukannya, ataupun menipu orang lain untuk kepentingan dirimu sendiri, itulah artinya menjadi orang dewasa.

"Ikki yang tidak pernah berubah dari dulu, tidak akan paham dengan apa yang aku rasakan! Aku—"

*Krrrr~

Lyria yang masih meneruskan kata-katanya dipaksa menelan kembali kata-kata itu. apa yang menghentikannya adalah bunyi perut kelaparan di bawahnya. ".... ...." Waktu berhenti beberapa detik. Semua orang, termasuk Aruru dan Meruru melepaskan tawa sesaat setelah itu.

".... kak Lyria yang tadi lucuu~"

".... yah, kak Lyria tidak kereen~"

"kau dengar itu, adik perempuan. Tapi yang tadi itu sedikit imut, ekspresimu—arhh, sakit sakit ..."

Tangan putih nan lembut Lyria- tidak, bukan saatnya memuji tangannya; menarik telinga Ikki sekencang yang ia bisa lakukan. Untungnya kekuatan Lyria hanya ada dalam batas seorang gadis kecil yang lemah lembut. Bahkan tarikan sekuat tenaganya masih belum cukup untuk disebut sebagai serangan fatal.

tapi, rasanya sakit juga... pikir Ikki.

Ditambah satu injakan kaki ke kaki Ikki yang satunya, pemuda yang tidak merasa berdosa itu tak punya pilihan selain memeluk bagian yang sakit sambil mengerang kesakitan.

"... orang sepertimu seharusnya menghilang saja!!"

Bentak Lyria, sebelum duduk untuk mengeluarkan makanan dan minuman dan menatanya di atas tikar.

Aaahh... apasih yang kulakukan?! Kenapa aku harus selalu jadi begini di depan Ikki? Aku bodoh bodoh bodoh... pikir si gadis berambut biru.

"yah, baiklah." Kata si pemuda berambut biru muda sambil mendirikan tubuhnya dengan bersemangat. "nanti juga sembuh sendiri. Daripada itu... Ren!"

Ren Arvelight

Laki-laki 14 tahun, seorang petualang rank D sekaligus rekan satu party Ikki. Mereka menjadi petualang sejak 4 tahun yang lalu.

di dunia ini, di Verdernia, rank petualang dibagi menjadi 9; SSS, SS, S, A, B, C, D, E, dan paling rendah adalah F.

Rank SSS hanya ada dalam legenda. Mengikutinya adalah SS dan S-- rank tingkat lanjut dengan tingkat kesulitan yang nyata untuk mencapainya.

Karena tidak seperti peningkatan untuk rank C ke B atau B ke A, peningkatan untuk rank A -> S tidak cukup untuk sekedar disebut 'sulit' belaka, begitu juga dengan S -> SS, apalagi SS -> SSS yang dikatakan butuh perjuangan ratusan tahun untuk mencapainya.

Itulah sebuah sistem yang secara khusus mewakili kemampuan para petualang. Akan tetapi, meskipun Ren Arvelight tercatat sebagai petualang rank D pada kartu, kekuatan pemuda ini yang sebenarnya bahkan telah melampaui petualang rank C pada umumnya. Bisa dibilang, Ren setara dengan para petualang rank B.

Kurangnya aether (sebutan untuk monster di Verdernia) yang bisa diburu di sekitar desa adalah salah satu dari beberapa alasan ketidakcocokan peringkat Ren.

".... Ikki, berapa skor kita terakhir kali?" tanya Ren dengan mata yang sedikit mengingat-ingat.

".... hmm... 499 kali kalah, 0 kali menang. Ada apa dengan itu?"

"tidak." Ren menggeleng. "aku penasaran pada giliran keberapa angka 0 itu akan berubah. Kupikir kau bisa menang setidaknya satu kali sebelum duel kita yang ke-501, tapi tidak begitu kelihatannya. Itu karena aku dalam kondisi terbaikku sekarang."

"yah, siapa yang tahu tentang itu? bisa saja aku benar-benar beruntung kali ini... Aruru, ambilkan aku satu sandwichnya." Sementara mengambil pedang kayu yang bersandar pada pohon dengan satu tangannya, Ikki menyuruh Aruru mengambil sandwich untuk setidaknya menutupi rasa lapar sementaranya. Tepat setelah itu Ren memberikan perintah yang hampir serupa.

"Aruru, ambilkan aku yang banyak tomatnya."

"ya." jawab Aruru. Dia mengambil dua buah sandwitch dengan satu yang terdapat banyak tomat di dalamnya. "ini untuk kak Ikki, dan ini untuk kak Ren." Ikki dan Ren mengambil masing-masing satu sandwich yang dia serahkan, kemudian memakannya dengan satu tangan sementara tangan satunya membawa pedang, berjalan membuat jarak sekitar 5 meter di antara mereka.

Bisa dibilang ini seperti rutinitas bagi dua petualang bernama Ikki dan Ren. Benar, tapi bukan berarti mereka melakukannya setiap satu hari satu kali. Terkadang mereka melakukannya setiap 2 hari sekali, kadang juga 3 atau 4 hari sekali; mereka akan melakukan duel untuk mengisi kekosongan hari libur saat Ikki dan Ren tidak pergi mengambil misi.

Di dunia ini, di Verdernia (nama dunia ini) status dasar dibagi menjadi 8, meliputi Life, Ether, Strength, Vitality, Defense, Agility, Accuracy dan Intelligence.

Sementara itu skill dibagi menjadi 4; meskipun hampir tidak ada orang yang benar-benar mengisi semua slot tersebut dengan setidaknya 1 skill; meliputi Art, Ablity, Scared Ability dan Equipment Ability.

Ren Arvelight adalah seorang berbakat dengan tingkat Strength, Agility, dan Intelligence yang tinggi—tidak cuma itu. jika kamu melihat keseluruhan bakat dalam statusnya, maka Ren memiliki angka maksimal ether yang juga tinggi-- tapi bukan semua itu yang paling membuatnya menjadi seseorang yang berbakat.

-- scared ability. Disebut juga skill langka yang hanya 1:10.000 orang di dunia ini memilikinya, dan Ren Arvelight termasuk dalam 1:10.000 orang yang mendapatkan keberuntungan tersebut. Dia dianugerahi dengan scared ability yang mampu mengendalikan benda-benda di sekitarnya, dengan persyaratan tertentu untuk menggunakannya—'Telekinesis'.

Tidak hanya Ren. Sama sepertinya Ikki juga termasuk dalam 1:10.000 orang yang beruntung mendapatkan skill itu. tapi dibandingkan dengan mereka, keberuntungan Ikki bukanlah sesuatu yang bernilai apapun, tidak bernilai sama sekali. Dia memiliki scared ability yang kuat, yang mampu membantunya untuk meraih apa yang menjadi keinginkan terdalam Ikki. Akan tetapi bukan seperti itulah kenyataan yang Ikki harus hadapi.

Karena keinginannya itu dia berlatih sejak kecil. Waktu luang hanyalah apa yang disebut 'istirahat' baginya. Bagi Ikki, yang mengejar keinginan yang begitu besar, tak ada pilihan selain memaksakan tubuhnya melalui pelatihan yang keras dan begitu menyakitkan.

Ketika tidak ada pekerjaan dia akan pergi mengayunkan pedang kayu ratusan, bahkan ribuan kali. Di pagi buta Ikki memulai lari pagi untuk setidaknya 5 km; meningkat ke 20 – 25 km akhir-akhir ini. Dan latihan-latihan lain seperti itu.

Dengan mengasah kemampuan fisiknya, Ikki berharap akan ada perubahan yang signifikan dalam statusnya.

Hasilnya Life Ikki meningkat pada tingkatan yang sulit dibayangkan untuk seorang anak 14 tahun pada umumnya. Strength, Defense, dan Agilitynya juga meningkat dalam tingkatan yang luar biasa.

Meski begitu....

-- Ether: 5/5

Jumlah Ether maksimal Ikki hampir tidak meningkat sama sekali semenjak dia memulai semua latihan kerasnya, tidak, bahkan sejak dimulainya kehidupan Ikki. Orang biasa seperti Lyria bahkan memiliki 300 maksimal ether dalam statusnya, yang berarti 60 kali lipat dari milik Ikki.

Dengan begitu, scared ability yang Ikki dapatkan dengan beruntung—'Plants Creator' menjadi keberadaan yang sia-sia, sama sekali tidak bernilai dan tidak ada gunanya.

".... karena ini adalah duel kita yang ke-500, bagaimana kalau mempertaruhkan sesuatu?"

Ren tiba-tiba mengangkat topik yang tidak biasa. Biasanya mereka hanya akan mulai dengan mempersempit jarak, bertukar beberapa hantaman pedang dan menentukan pemenangnya, tapi Ren memulai pembicaraan sebelum itu.

"heeh... menarik..."

Mempertaruhkan sesuatu, kah... kalau kuingat-ingat lagi, aku tidak punya apapun yang bisa kupertaruhkan.

"kalau begitu..." Ren menujuk sebuah item di sekitar pinggang Ikki. "bagaimana dengan itu? itu kelihatannya bagus. Sejak kapan kau membelinya?"

Ikki mengikuti arah yang dia lihat dengan melihat suatu item yang sama, pandangannya jatuh pada sebuah topeng rubah berwarna putih. "maksudmu topeng ini...?"

Benar juga, cukup jarang melihat seseorang menjual topeng rubah seperti itu di desa, apalagi jika terbuat dari kayu. Kalaupun ada, harganya mungkin sekitar 3-5 perak.

-- Sebagai perbandingan, mata uang di Verdernia dibagi menjadi 3.

Jika disusun dari nilai terbesar maka adalah emas, perak, dan perunggu. Satu emas berarti 100 perak dan 1 perak berarti 100 perunggu. Bisa dibilang pembagian desimal yang sederhana, orang-orang yang tidak pernah belajar menghitung sekalipun takkan terlalu kerepotan dalam hal ini.

Untuk topeng rubah seharga 3 koin perak (setara dengan 15 hari penginapan murah lengkap dengan sarapan dan makam malam) harus ada pertukaran yang setara. Yah, contohnya...

".... kalau begitu, Ren, berikan itu padaku jika kau kalah." Sambil menunjuk sebuah syal merah di leher Ren, Ikki memasang senyuman provokatif. "aku ingat kau tidak punya lagi yang seperti itu."

"aku juga ingat pernah bilang padamu kalau aku membuat ini sendiri. Tapi jika kau sebegitu menginginkannya, tak ada pilihan lain."

"hehem..." Ikki sedikit tertawa karena ketidaktahuan Ren akan hal itu. sekali lagi, kau terlalu cepat mengambil kesimpulan, Ren. ".... dan kau tahu? Aku juga membuat topeng rubah ini sendiri. Lebih tepatnya sejak tiga hari yang lalu."

Dengan mata dingin yang sedikit tersenyum sebagaimana Ren Arvelight yang biasanya, Ren memberikan konfirmasi dengan: ".... kalau begitu sudah diputuskan."

Tanpa menunggu reaksi dari pihak lain, mereka membuat kuda-kuda masing-masing. Ikki melebarkan kakinya ke depan, mengangkat pedangnya melalui dua tangan rampingnya dengan ujung pedang yang condong ke arah lawannya. Ren mengibaskan pedangnya dengan satu tangan ke samping bawah, membuat kuda-kuda dengan tubuh 45 derajat ke samping kanan. Satu, dua detik berlalu. Mereka saling memandang dengan tatapan mata yang serius.

3, 4 detik berlalu.

Bunyi kaki yang mendorong permukaan tanah terdengar. Masing-masing dari mereka melesat pada detik kelima.

*Klang!

Kedua pedang yang saling menghantam berbunyi di saat yang sama. Dengan tenaga yang lebih kuat, Ikki mendorong pedangnya ke depan. tetapi dia segera menyadari sesuatu yang tidak seharusnya-- Pedang yang dia dorong bergerak terlalu mudah.

Ren dari awal tidak punya niat untuk beradu pedang secara langsung dengan musuhnya. Melainkan dia sengaja mengurangi tenaga yang dia berikan, melangkah dengan kaki kiri sambil membelokkan pedangnya ke samping. Mata pedang dari pedang Ren menggesek mata pedang Ikki dengan pedang itu sendiri menghadap ke belakang.

Bahaya....! pikir Ikki.

Jika dia tidak melakukan apapun, dan jika itu adalah pedang sungguhan bukannya pedang kayu, leher Ikki akan terpotong di detik berikutnya.

Akan tetapi, seluruh latihan dan duelnya telah membentuk kecepatan reaksi Ikki untuk setidaknya mampu memberikan balasan.

Ikki memiringkan pedang kayu bermata duanya, menghadapkan tubuhnya pada Ren sambil menggeser pedang kayu miliknya di saat yang sama. mata pedang yang seharusnya menggesek mata pedang Ikki kini meluncur di punggung pedang.

Ikki membuat usaha untuk menendang kaki kanan Ren yang saat ini bukanlah pilar utama dalam menopang tubuhnya dengan kaki kiri.

Memutar kaki kanannya 180 derajat dengan kaki kiri sebagai poros, memanfaatkan tanah sebagai pijakan sebelum mengayunkan kaki kanannya sekali lagi 180 derajat di udara, Ren memanfaatkan gaya sentrifugal untuk menendang wajah Ikki dengan kaki kanannya.

Ikki menghindar dengan menurunkan badannya secepat yang bisa. Kemudian, dengan pedang di tangan kanannya menebas dari kanan bawah secara diagonal untuk menghempaskan Ren bahkan jika ia berhasil menangkisnya di udara.

Tapi Ren tidak benar-benar menangkisnya. Dia menekan mata pedang Ikki dengan mata pedangnya, membuat gaya dorong dari pedang Ikki untuk memutar tubuhnya 360 derajat di udara. Dalam gerakan itu Ren menebaskan pedangnya secara vertikal dengan sebuah pedang pada genggaman kedua tangannya, mengeluarkan tebasan sekuat tenaga untuk langsung mengenai bagian atas tubuh Ikki.

Namun Ikki menarik kembali pedannya, membentuk posisi bertahan dengan punggung pedang yang direntangkan. Pertukaran kekuatan yang terjadi mendorong Ikki untuk memperkuat kembali pijakan kakinya. Kemudian, Ikki menghempaskan pedangnya untuk mendorong Ren menjauh. --- ---

Jarak tercipta 2 meter dari tempat Ren mendarat dengan kedua kakinya memijak tanah. Bersamaan dengan itu Ren mendorong tanah dan melesat seolah tidak ada jeda dalam pergerakannya, menebas secara horizontal.

Ikki menancapkan pedangnya pada tanah. Memperkuatnya dengan buff (efek tambahan yang bersifat positif pada suatu objek) sebelum tebasan Ren menghantam pedang Ikki dengan kuat.

Ikki mengayunkan tubuhnya dengan gagang pedang sebagai poros dan tumpuan untuk berat badannya. Menggunakan gaya yang terjadi untuk mendorong lebih kuat kaki kanannya dengan kepala Ren sebagai tujuannya. Akan tetapi, Ren berhasil menahan serangan tersebut dengan tangan kirinya.

Ikki memutar tubuhnya menghadap atas, meraih leher Ren dengan kaki kiri, menguncinya sekaligus tangan Ren yang menghalangi kaki kanan Ikki sebelum menarik tubuh Ren dari tanah, berniat melemparkan Ren kembali untuk menghantam tanah di sisi lainnya.

Namun, sebelum niat Ikki sempat terealisasikan, Ren mengaktifkan buff kekuatan pada tangannya, membuka kuncian yang mengapit tubuh Ren sejak beberapa detik yang lalu. tubuh Ren kemudian terlempar sekitar 3 meter dari Ikki.

waktunya mulai serius dari titik ini. pikir Ren.

Sekali lagi, Ren melesat seolah tanpa jeda di pergerakannya, namun dengan strategi yang jauh berbeda.

Dia menebas dari kanan atas, diikuti tebasan Ikki untuk mengimbanginya. Akan tetapi,

".... argh!!"

Seolah menyiratkan bahwa usaha Ikki adalah sesuatu yang sia-sia, tiga kerikil berapi menghantam dada dan perut Ikki.

Begitu. Kau benar-benar melakukannya kali ini. Ini jadi makin menarik. Pikir Ikki.

-- telekinesis dan sihir api.

Ren mulai menggunakan apa yang Ikki tidak bisa gunakan seolah hal itu menandai dimulainya ronde kedua.

Bahkan tanpa berlatih keras sekalipun, jika hanya melihatnya dari kemampuan fisik dan tehnik bertarung murni Ren Arvelight kurang lebih setara dengan Ikki. Tapi semua kesetaraan itu berubah ketika sihir dan scared ability dimasukkan ke dalamnya, dimana Ikki tidak punya cukup ether untuk menggunakan mereka.

Normalnya, Ikki yang kalah dalam beberapa poin takkan memiliki kesempatan untuk meraih kemenangan melawan Ren. Dan memang seperti itulah kenyataannya, setidaknya sampai duel mereka yang ke-499.

Tapi tidak kali ini, Ren, aku tidak akan kalah darimu.

Ikki selalu berpikir seperti itu di setiap pertandingan-pertandingan sebelumnya. Dan dia mendapat 499 kali kekalahan sebagai hasilnya, tanpa sekalipun mewujudkan pernyataan tak beralasan tersebut sama sekali.

Akan tetapi, meskipun begitu...

Kenapa... kamu masih bisa membuat senyuman seperti itu? seolah kamu tahu kalau kamu akan menang kali ini, Ikki.

Sekali lagi, Ren mengayunkan pedangnya pada pertahanan Ikki yang terbuka, serangan diagonal dari kanan bawah. Mata Ikki bergerak dengan panik. Dia menebaskan pedangnya untuk menahan serangan Ren dengan reflek, bahkan tanpa kesadarannya sendiri sempat menyadarinya.

"...!"

Meski begitu serangan Ren bukanlah sesuatu seperti ayunan pedang biasa seperti sebelumnya. Ikki menyadari dengan panik fakta itu-- bilah pedang Ren secara keseluruhan diselimuti dengan api kemerahan. Tidak ada tempat baginya untuk bertahan.

Jika dia bersilangan pedang dalam beberapa detik saja, pedang kayu yang dia bawa akan dengan cepat terbakar. Menyadari hal ini, Ikki segera menarik kembali pedangnya.

Kakinya tersandung batu karena panik, pikirnya sesaat, tapi bukan begitu kenyataannya; batu yang menyandungnya juga disebabkan oleh Telekinesis. Sesaat ketika Ikki menyadari hal itu, semuanya sudah terlambat. Pedang berapi Ren meninggalkan luka gores tepat di pipi kiri Ikki, menghantam pedang di tangan kanannya sehingga pedang tersebut terlempar jauh ke langit.

Semuanya sudah berakhir. Di saat dia sudah mempercayai pemikiran itu...

『 tidak, tidak ada yang berakhir. 』

Suara seseorang memasuki pikirannya.

Apa? Ikki spontan ingin menanyakan sumber dari suara itu, tapi dia sadar tidak ada waktu untuk melakukannya. Satu-satunya yang dia tahu hanyalah fakta bahwa suara tersebut bersumber dari seorang laki-laki tertentu.

『melompat ke kanan. 』

Tapi dia mengikuti kata-katanya.

『 bagus. Sekarang ulurkan tanganmu ke atas. 』

Sekali lagi, Ikki tanpa ragu mengikuti kata-katanya.

Eh...? ini kan.... pikirnya, seolah tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi.

Pedang yang dihantam oleh pedang berapi Ren beberapa saat yang lalu, pedang yang baru saja terlempar ke langit, sekarang terjatuh di genggaman tangan Ikki.

apa? Bagaimana Ikki, dia.... kali ini giliran Ren yang dibuat terkejut oleh perbuatan itu. Hah, Ini jadi semakin menarik. pikirnya

Ikki membuat beberapa lompatan mundur. Duel yang semua orang pikir telah berakhir, hasil yang semua orang telah tentukan, kembali lagi ke titik awal.

Baiklah. Apa yang harus kulakukan sekarang? Meskipun duelnya tidak jadi berakhir, aku tetap kalah dalam berbagai hal.

『 maju, terjang musuhmu. 』

Seperti kata-kata itu, Ikki mendorong pijakannya pada tanah untuk dengan cepat melesat menuju Ren. Dia membuang semua perasaan curiga pada suara misterius di pikirannya.

Benar, aku bisa mempercayai suara ini.

『 sekarang, lemparkan pedangmu. 』

Huh?

『 cepatlah, lemparkan itu pada Ren. 』

Tanpa mempertanyakan apapun, Ikki yang masih berlari melemparkan pedangnya seperti seorang ninja yang melempar kunai. Ujung pedang Ikki ditangkis dengan tebasan diagonal dari kanan bawah, membuatnya sekali lagi terlempar ke udara. Pedang itu dengan bebas terbang melewati tubuh Ikki, sekitar 5 meter dari tanah.

Kemudian, Ren yang melihat Ikki tanpa senjata mengendalikan 5 kerikil dengan telekinesis, memperkuatnya dengan sihir api dan meluncurkan mereka secepat angin. Akan tetapi, seperti telah memprediksi tindakan Ren sebelumnya, suara itu memberikan instruksi bahkan sebelum kerikil-kerikil itu sempat meluncur.

『 letakkan kedua tanganmu di tanah, melompatlah sekuatmu. 』

Tanpa berpikir untuk kedua kalinya, Ikki tanpa ragu merealisasikan apa yang ada di pikirannya.

Maksudmu seperti ini? Dengan kedua tangan mendorong tanah tepat setelah membalikan tubuhnya dalam posisi kepala di bawah, Ikki melompat dengan badannya membentuk sudut 180 derajat.

Kerikil-kerikil api melewati tubuh Ikki begitu saja. Tidak satupun dari mereka berhasil menyentuh sedikitpun kulit Ikki.

『 sekarang, tumbuhkan rumut di kakimu dengan Plants Creator. Tumbuhkan itu dalam bentuk ikatan yang mengikat pergelangan kakimu, perkuat dengan buff kekuatan dan pertahanan. 』

Tidak, jika aku melakukan itu.... Ikki paham dengan baik resiko dari perbuatan tersebut. 'mind down'-- kondisi dimana seseorang hampir kehabisan seluruh ethernya; tubuh dari orang tersebut akan kehilangan seluruh kemampuannya untuk bergerak dalam beberapa menit. Dan jika dia melakukan itu, Ikki takkan punya pilihan selain menerima kekalahan.

『 Lakukan dengan cepat. Kau tidak punya waktu untuk berpikir. 』lanjut suara itu untuk meyakinkan Ikki.『 Perpanjang rumput itu lalu kendalikan untuk menangkap kembali pedangmu di udara; sekitar arah jam 10 dari ujung kakimu. 』

Ikki sadar tidak ada waktu baginya untuk berpikir. Aku hanya harus mengikuti kata-kata itu; dia menekankan sebuah pemikiran pada pikirannya.

.... Aarrgh!! sudahlah! Yang akan terjadi biarlah terjadi nanti!

Ikki mengikuti instruksi dari suara misterius itu tanpa sedikitpun keraguan. Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, Ikki mengaktifkan Plants Creator; menumbuhkan rumput membentuk lilitan yang melilit pergelangan kaki kanannya, menguatkan rumput yang telah tumbuh dengan buff kekuatan dan pertahanan, setelah itu memanjangkannya.

Rumput yang dia panjangkan menangkap gagang pedang kayu yang sempat terlempar beberapa detik yang lalu, sekitar 5 meter dari pergelangan kaki Ikki.

『 sekarang ayunkan kakimu untuk menghempaskan pedang itu pada Ren. 』

heh...? Ikki secara tidak sadar mempertanyakan pemikiran seperti apa yang baru saja memasuki pikirannya. Ini kan... sebuah tehnik yang tidak pernah dia bayangkan, metode penggunaan Plants Creator yang tidak pernah dia ketahui... bagaimana bisa lelaki itu menuntun Ikki untuk menggunakan tehnik seperti ini? bagaimana caranya?

"Aaaaaaarh!!!" teriak Ikki dengan semangat sambil mengayunkan kakinya mengikuti instruki suara misterius itu. Pedang yang tidak hanya diperkuat dengan seluruh tenaganya tapi juga diayunkan setelah memanfaatkan gaya sentrifugal, membelah udara di hadapan Ren.

Ren terkejut dengan "H-hah....?!" sambil dengan panik memasang kuda-kuda bertahan dengan pedang kayu yang direntangkan.

Mengikuti kata-kata itu dengan keyakinan di dalam hatinya, menendang dengan semua kekuatan yang menjadi miliknya.

*Zaaashhh!!

Pedang kayu yang digunakan sebagai penghalang antara serangan Ikki dan tubuh Ren pecah seketika. Apa yang menunggunya adalah hantaman dari sisa serangan itu. dengan bunyi yang keras, pedang Ikki menundukkan kepala Ren setelah menghantamnya dengan seluruh tenaga Ikki.

Dengan begitu, duel yang mengubah pemikiran semua orang berakhir. Tubuh Ikki terjatuh dari udara. Kehilangan kemampuannya untuk bergerak.

Yah, seperti yang sudah kuduga sebelumnya. Pikir Ikki. Setidaknya, aku mempelajari sesuatu yang keren.... tapi tetap saja aku kalah... hahaha...

Mind down, yang berarti kekalahan Ikki. Beberapa detik kemudian berlalu setelah itu.

Dengan senyuman puas di wajah putihnya, dia mengamati seseorang yang berjalan kemudian berdiri di dekatnya dengan menutupi cahaya matahari. Bayangan hitam dari orang itu menutupi tubuh bagian atas Ikki. Dan dia kemudian berkata pada orang itu:

"Ini kemenanganmu, Ren."

Tapi kata-katanya segera dibalikkan dengan sebuah syal yang dengan sengaja dijatuhkan di atas dada Ikki. Dengan mata dingin yang sedikit tersenyum sebagaimana Ren Arvelight yang biasanya, dia juga berkata pada Ikki:

"tidak, kali ini adalah kemenanganmu. Jika duel tadi memakai pedang sungguhan, aku pasti sudah mati."

Memang benar, tidak peduli bagaimanapun caramu melihatnya, Ren mampu bergerak secara normal tanpa kesulitan yang berarti, hal ini terjadi karena duel yang mereka lakukan tidak mengijinkan penggunaan pedang sungguhan sebagaimana pertarungan hidup dan mati.

"Ikki!" Lyria meneriakkan namanya sesaat ketika dia mendekat. "apa-apaan yang kau lakukan?! Seharusnya kau tahu untuk tidak membuat orang lain terlalu khawatir! Kau bodoh bodoh bodoh!"

Gadis berambut biru itu terus memukul dada Ikki dengan tangan putih dan ramping miliknya. Rasanya tidak akan terlalu sakit jika kamu menerimanya dalam keadaan normal, tapi tubuh Ikki sudah tidak bisa disebut dalam keadaan normal lagi.

"Lyria?! itu sakit... tapi sepertinya yang kau lihat, aku baik-baik saja.... Terimakasih sudah mengkhawatirkanku." Sambil tetap tiduran di atas rumput, Ikki katakan hal itu pada Lyria.

"si-siapa yang bilang aku khawatir padamu, bodoh!" muka Lyria memerah tanpa alasan yang jelas, yang tentunya tidak diketahui alasan itu oleh Ikki. ".... ...." Setelah jeda yang agak panjang, dia melanjutkan. "aku hanya takut jika adik laki-lakiku... terluka atau semacamnya...." dan entah itu disadari oleh orangnya sendiri atau tidak, suara yang membentuk kata-kata tersebut semakin menghilang di bagian akhir.

"haah... kau tahu? dalam sejarah ratusan ribu tahun umat enfinity, itulah yang mereka sebut dengan 'khawatir'."

Sebagai tambahan, bentuk kehidupan di Verdernia kecuali tumbuhan dibagi menjadi 2: yang pertama disebut ēnfinity, yang berarti seluruh ras besar meliputi manusia, demon, angel, Elf, Dwarf dan werebeasts; juga ras kecil seperti vampir, mermaid, centaur dan sebagainya. Yang kedua disebut aether, atau yang juga dikenal dengan istilah 'monster'; meliputi goblin, orc, ogre, dragon dan sejenisnya.

Mengabaikan apapun yang Lyria akan katakan selanjutnya, Ikki berkata dengan ekspresi puas di wajahnya: "akhirnya, aku bisa satu langkah lebih dekat dengan impianku." .

"impianmu, kah.... Maksudmu yang itu?" tanya Ren, menanggapi kata-kata Ikki yang tidak terlalu jelas.

"haha.... yah, sejak dulu aku Cuma punya satu impian, Ren."

-- untuk menjadi seorang pahlawan yang menyelamatkan dunia.

Keberadaan dengan kebaikhatian dan keadilan di hati mereka. Seseorang yang jauh lebih kuat dibanding siapapun di dunia ini. Tanpa memandang rendah pada orang lain, tanpa mengorbankan siapapun untuk mencapai tujuannya.

Keberadaan yang seperti itu.

-- untuk menjadi salah satu dari ke-13 Einherjar.

Keberadaan yang terkuat di dunia ini. Sebuah kelompok yang menuntun perang enfinity melawan aether. Yang melindungi dunia ini dari kehancuran. Yang menyelamatkan orang-orang dari bencana. Dan yang mengatur seluruh benua ini sebagai kepemimpinan tertinggi.

".... untuk mencapai sesuatu seperti itu, aku tidak punya pilihan selain menjadi lebih kuat dibanding diriku yang sekarang."

Ikki mengatakan itu sambil mengepalkan tangan di depan matanya, menggerakkan bagian tubuh itu sebagai tanda dari tubuhnya yang hampir pulih.

Setelah beberapa menit berlalu, dia berdiri. Lyria menarik tangan Ren dan Ikki menuju tikar.

"Aku membawa banyak makanan dan teh hangat ke sini salah satunya juga untuk kalian, jadi makanlah yang banyak setelah ini, paham?" desak gadis berambut biru itu.

"a-ah ya." jawab Ren dengan canggung.

"... tunggu sebentar." kata Ikki tiba-tiba untuk mengehentikan mereka berdua. "Ren, ambil ini."

Tepat setelah itu Ren menerima apa yang Ikki berikan dengan ekspresi yang menyiratkan tanda tanya di kepalanya. Pandangannya jatuh pada sebuah topeng rubah berwarna putih.

"... kupikir lebih baik jika kita menganggapnya sebagai sama-sama menang."

"dengan begitu Ikki mendapat syal merah dari Ren, sedangkan Ren mendapat topeng rubah dari Ikki, begitu?"

"...." setelah berpikir beberapa saat, Ren mengangguk dengan: "aku mengerti."