Chereads / Sagitarius Girl / Chapter 33 - Chapter 17. Kekuatan Baru (Part 3)

Chapter 33 - Chapter 17. Kekuatan Baru (Part 3)

Puluhan batu mengarah ke Alfred. Melesat jauh mencoba mengenainya. Sayangnya, tidak kena. Sebaliknya, Alfred menembak ke arah Ash. Tiga peluru melesat, mencapai keningnya. Ash menunduk, memutarbalikkan tubuh sembari menaruh kepalan tangan kanan ke kiri. Batu yang semula kecil, membesar seukuran asteroid. Alfred tidak menyangka Ash mengerahkan seluruh kekuatan sihir untuk mengalahkannya. Senyuman lebar dari ekspresinya.

"Inilah yang kutunggu-tunggu, Ash!" teriak Alfred.

Alfred menahan serangan dari Ash. Pria berjas hitam menangkisnya setelah menahan selama beberapa detik. Dia menembak hingga pelurunya habis. Ash berdecih kesal. Dia bersembunyi di balik mobil. Bunyi pantulan body mobil silih berganti. Mencoba melindungi kepalanya supaya tidak terkena.

"Ada apa, Ash? Hanya seginikah kemampuanmu?" sindir Alfred.

Sementara itu, Ash mencari cara untuk menghentikan tembakan darinya. Dia mendengar suara peluru sudah mulai habis. Ketika Alfred mengisi magazine, Ash mengambil kesempatan. Sebuah ban dilemparkan ke arahnya. Alfred menghindari serangan dadakan. Langsung bersiap untuk menembak. Akan tetapi Ash menarik sesuatu. Alfred menoleh ke belakang. Ternyata ban mobil sedang menuju kemari. Alfred melompat ke belakang. Mengganti senjata ke dual gun. Tembakan bertubi-tubi ke Ash. Anehnya, peluru tersebut malah menghantarkan panas. Semakin lama mulai terlihat percikan api.

"[Fireball] kah? Atau—" peluru menyerempet mengenai kulit pipinya. Darah menetes pelan.

Kedua mata Ash terbelalak melihat kecepatan peluru tersebut. Bergerak sedikit saja membuat nyawanya melayang.

"Apa itu barusan?"

"[Fire Bullet]. Kemampuan sihir baruku," balas Alfred.

Kemampuan baru Alfred memang tidak bisa diprediksi. Sejak dulu, dia selalu mengembangkan kemampuannya di manapun berada. Sedangkan Ash berkutat pada ilmu sihir tanpa mempraktekkan. Akan tetapi, laki-laki itu merasakan kesedihan pada mata Alfred.

Bukan waktunya sentiment. Aku harus mengalahkannya segera. Supaya bisa menyusul putriku, gumamnya. Dia berlari dari arah samping, melemparkan puluhan batu sekali lagi. Kali ini dalam jumlah banyak. Sudah bisa ditebak, Alfred menggunakan [Fire Bullet] tanpa henti. Hujan peluru dari langit. Ash terkejut dengan serangan tersebut.

"Sial!" gerutunya.

Alfred terus menembak. Teriakan disertai suara tembakan tidak berhenti. Mobil-mobil terus terpental di bagian body. Ash menghentakkan tanah untuk membentuk sebuah barrier dari tanah hingga mengeras. Tembakan tersebut memang menghentikannya. Akan tetapi tidak mampu bertahan lama.

"Menyerahlah, Ash! Kau tidak akan bisa menang melawanku!"

Namun tidak ada perkataan apapun dari mulut Ash. Lalu, dia melihat tiang lampu berdiri kokoh. Ash menadahkan tangan kanan ke depan. Sambil memotong tiang lampu tersebut. Setelah itu dilemparkan ke arah Alfred. Pria berjas hitam itu menghindari ke samping kiri. Lalu mengarahkan senapan ke wajahnya. Tapi Ash tidak ada di tempat.

"Di mana kau Ash?" teriaknya.

"Di sini," katanya tersenyum.

Muncul Ash melakukan tendangan dari lutut kiri. Alfred terkena luka di bagian wajah. Tubuhnya terpental ke mobil. Ash berjalan pelan. Menghampiri teman lamanya. Kemudian, Ash menadahkan tangan kiri ke langit.

"[Hyperdimension]," katanya.

Alfred shock mendengar kata itu. Telinganya tidak salah. [Hyperdimension] adalah sub skill terkuat sekaligus terlarang bagi orang-orang berkemampuan tinggi. Bahkan tidak semua orang bisa mempelajari. Taruhannya adalah nyawa mereka. Jika berhasil, sub skill itu bisa digunakan sampai tiga kali. Itu pun tergantung seberapa kuat tekad salah satu individu. Sekali melakukan kesalahan, orang lain terkenda dampaknya. Belum lagi distorsi waktu apabila tidak mampu mengendalikan dengan baik. Ash ingat betul perkataan dari orang yang membawa dirinya kemari. Sakurachi dan Goro.

Beberapa waktu sebelumnya. Ash menyesali tindakannya untuk meninggalkan bayi Aisyah ditengah peperangan melanda. Sebenarnya, dia tidak mau pergi. Tapi karena perintah Raja adalah absolut, mau tidak mau pergi. Dia pamit kepada istrinya untuk berperang. Setelah menyelesaikan peperangan selama lima hari, Ash terkejut bahwa warga desa yang ditinggalinya hancur berkeping-keping. Bukan itu saja. Jasad istrinya ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Ash kehilangan harapan untuk bertahan hidup. Dia merasa perjuangan untuk keluarganya sia-sia. Hingga akhirnya dia berhenti dari militer dan mabuk di bar.

Mabuk, tidur, mabuk, tidur. Semua yang dia lakukan untuk menghapus lara dalam hatinya. Tapi tidak kunjung hilang. Sampai dia bertemu dengan Sakurachi dan Goro. Keduanya sedang memesan minuman ale.

"Kita punya waktu setengah jam unutk menikmati hidangan di kota ini. Setelah itu, kita diminta ke Jakarta untuk mengawasi Aisyah," kata Goro bernada suram.

"Berarti kita harus cepat-cepat menghabiskan ya? Padahal aku ingin berinteraksi dengan mereka semua," balas Sakurachi.

Keduanya menerima hidangan itu. Ada ayam goreng, sayuran dan ale. Mereka berdua menyantapnya sekaligus memakan dengan menggunakan sumpit. Satu persatu mereka lahap dan menikmati hidangan tersebut.

"Sudah kuduga kita bakalan merindukan masakan ini," katanya merasa lega.

"Betul. Aku tidak ingin pulang terlebih," Goro terharu makanan tersebut masih bisa dinikmati sebelum berangkat.

Di saat mereka berdua makan, muncul para pelanggan. Mendobrak pintu masuk dengan bergaya ala cowboy. Langkah kaki mereka diangkat, hingga lantai dan bunyi decitan mengganggu telinga. Pelanggan tersebut berjumlah lima orang. Duduk secara sembarangan. Salah satu dari berlima mengangkat kedua kakinya.

"Nona, bawakan minuman seperti biasanya!"

"B-Baik, tuan!"

Atmosfer berubah menjadi suram. Pelanggan lainnya tidak menikmati makanan yang dihidangkan. Terkecuali Sakurachi dan Goro yang terlihat bahagia.

"Huh! Rupanya ada dua bocah menikmati masakan di sini ya! Paling-paling mereka mendapatkannya dari hasil mencuri kan?"

Dari berpakaian, Sakurachi dan Goro terlihat lusuh dan jarang dicuci. Belum lagi bau keringat mengelilinginya. Sayangnya, perkataan pelanggan itu tidak diindahkan oleh Sakurachi dan Goro.

"Oi, kau dengar tidak dasar bocah!" teriaknya.

Sakurachi dan Goro menoleh ke pelanggan itu dengan santai.

"Yang kaubicarakan itu kami?" tanya Goro

"Tentu saja! Siapa lagi kalau bukan kalian, miskin!"

"Maaf kami tidak mendengar. Soalnya serangga sepertimu tidak pantas berkata demikian,"

"Apa maksudmu, huh! Mau menantang ka—"

"Permisi, boleh tambah lagi?" potong Sakurachi pembicaraan mereka.

"B-baik!"

Goro berbisik ke telinga Sakurachi. Dia mencuci bersih telapak tangannya. Kemudian Goro berjalan menghampiri mereka. Anehnya, hawa keberadaannya tipis sekali. Sehingga mereka dibuat lengah. Beberapa detik kemudian, Goro muncul di depannya. Mengayunkan kapak ke lantai hingga meja terbelah menjadi dua bagian. Semua orang menontonnya menelan ludah. Takut mencari ribut dengan mereka berdua. Para pelanggan yang tidak menyadari hal itu, mencoba meminta bantuan. Tapi tidak ada satu pun membantunya.

"Dengar ya, dasar kera tidak tahu diri! Sekali lagi mengganggu acara makan kami, tubuh kalian akan kujadikan sate! Bila perlu kumumkan pada seluruh dunia ... bahwa dagingmu begitu lezat sampai Raja Iblis kemari untuk memakanmu hidup-hidup. Tidak peduli kau kuat atau tidak," ancam Goro disertai nada getir ke telinga salah satu pelanggan.

Keringat dingin membasahi kedua pipi mereka dan kabur begitu saja. Lalu Goro memberikan dua buah kantung emas dari para pelanggan.

"Hari ini kami berdua berpisah di sini. Sebagai gantinya, aku akan mentraktir pembayaran di bar ini!" teriak Goro.

Semua orang berteriak kencang. Berterima kasih karena tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Tidak terkeucali Ash dilanda mabuk.

Di saat Goro dan Sakurachi pergi, Ash terbangun dari mabuknya. Jalannya sempoyongan.

"Rebecca ... Rebecca. Veronica ... Veronica. Maafkan papamu nak," sesal Ash.

"Barusan ... kau bilang Rebecca kan?" tanya Sakurachi.

"Apa maumu, bocah?" tantang Ash.

Goro menatap Ash dengan tatapan dingin. Keduanya saling bertatapan. Sakurachi menghela napas. Menengahi kedua laki-laki dengan kasar.

"Hentikan, kalian berdua! Ingin mempermalukanku untuk kedua kalinya?" gerutu Sakurachi.

"Bukan begitu. Hanya saja ketika dia menyebut Rebecca, jadi ingat bayi yang kita selamatkan itu," Goro menerangkan.

"Bayi katamu bilang! Apa kalian yang menyelematkan putri saya?" tiba-tiba Ash mencengkram bahu Sakurachi.

Gadis berambut pink terkejut dengan cengkraman Ash. Sulit melepaskan diri darinya.

"Kalau itu sih ... benar. Kami menyelamatkan bayi anda. Tapi kami tidak tahu kalau anda adalah ayah kandungnya. Soalnya saat kami di sana, sudah banyak mayat tergeletak," Sakurachi menjelaskan.

Ash langsung tertunduk lemas. Melepaskan cengkraman dan terjatuh begitu saja. Para pelanggan melihat hal itu dengan iba. Sakurachi dan Goro saling memandang.

"Begini saja. Kami akan menunjukkan keberadaan bayi anda. Dan anda diperbolehkan mengunjungi ke sana," saran Sakurachi.

"Tapi bukannya itu membuat Gufron marah ya? Aku tidak mau kena semprot darinya lho!" kata Goro bergidik membayangkan apabila hal itu terjadi.

"Aku juga. Tapi melihat data kita, 95% itu adalah anak kandungnya. Hanya saja, kita tidak tahu ayah kandungnya seperti apa,"

"Hingga kita berhasil menemukannya," tambah Goro penjelasan Sakurachi.

Gadis berambut pink mengangguk pelan. Akhirnya dia dan Goro membawa Ash ke tempat aman. Yang disebut tempat aman adalah sebuah pesawat. Bagi mereka berdua, melintasi waktu dan bumi lainnya adalah hal biasa. Tapi bagi Ash, itu sebuah peristiwa langka. Tidak menyangka bahwa sebuah teknologi mutakhir telah ada di dunia ini. Apabila pesawat tersebut mengamuk, invasi besar-besaran mulai terjadi.

Gufron terkejut bahwa Sakurachi dan Goro membawa orang ke dalam kapal tanpa seijinnya. Tapi dia melihat orang tersebut tidak asing.

"Sakurachi. Ini—"

"Begini, Gufron. Kami tidak sengaja bertemu dengannya. Dan dia menyesali telah meninggalkan putrinya di perdesaan, jadi—"

"Aku tahu kok. Hanya saja, tindakan kalian terlalu beresiko," helaan napas keluar dari mulut Gufron.

Dia berjongkok menemui Ash. Gufron menunjukkan keberadaan Aisyah/Rebecca itu berada.

"Andrei, Shindou! Arahkan kapal ke bumi Alpha! Aku akan menemui Aisyah!" perintah Gufron.

"Ok!" Andrei dan Shindou kompak menjawab.

Setelah itu, Gufron menjelaskan panjang lebar mengenai situasi sebenarnya. Hingga Aisyah/Rebecca diadopsi oleh keluarga religius. Rambutnya yang semula kuning seperti ayah kandungnya, berubah hitam karena tidak mau menunjukkan rambut aslinya. Dan Ash memahami hal itu. Tidak lupa juga Gufron memberikan sebuah foto saat Aisyah sudah besar. Ash menitikkan air mata. Menyentuh foto saat sudah menginjak remaja.

"Makasih ... makasih kalian semua. Sebagai ucapan terima kasih, akan kulakukan apapun demi kebahagiaan putriku. Apapun," katanya melas.

"Baiklah. Kuberi kau [Hyperdimension]. Tapi ingat, hanya bisa satu kali. Selain itu, kau perlu mengawasinya dari bayangan. Jangan sampai ketahuan oleh siapapun kecuali kami. Soalnya ... laki-laki bertopeng badut itu telah mengincarku dan dia,"

"Apa maksud anda?" Ash terperanjat kaget.

"Laki-laki bertopeng badut menggunakannya sebagai leverage alias pertukaran tahanan denganku. Seandainya aku dibawa olehnya, Aisyah/Rebecca akan dibunuh dengan keji,"

Ash mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak akan membiarkan siapapun menyentuh putri kandungnya. Ash menepuk kedua pipinya.

"Kalau begitu, tunggu apalagi? Saya harus mengawasinya sekarang juga,"

"Bagus. Kalau begitu, cari keberadaan Alfred. Mantan prajurit sekaligus rekanmu yang kini jadi anak buah laki-laki bertopeng badut," jabarnya.

Gufron memberikan background mengenai Alfred. Menurut sepengetahuan Ash, dia dulu ikut perang bersamanya. Dia adalah kapten pleton, sedangkan Alfred adalah ajudan. Akan tetapi pasca porak poranda desanya, dia memutuskan untuk berhenti militer. Sebulan kemudian, Alfred ikut berhenti. Tapi entah kenapa keberadaannya menghilang. Orang yang mencarinya, hilang bagaikan ditelan bumi. Menurut rumor beredar, Alfred kehilangan Ibunya akibat monster muncul dari sebuah pintu berukuran raksasa. Kemudian menjadikan desa yang ditinggali Alfred hancur seketika. Senasib dengan Ash. Pasca kejadian itu, dia menghilang.

"Masuk akal juga jika kekuatan laki-laki bertopeng badut setara denganku atau lainnya. Kemungkinan besar, dia jago memanipulasi pikiran putus asa seseorang menjadi harapan palsu. Sial ... kalau saja aku mengetahui kekuatan aslinya, pastinya—"

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, Gufron. Kau tahu kecelakaan 'itu' terpaksa kaulakukan demi menyelamatkan umat manusia. Jika tidak, mereka akan musnah. Dan manusia tidak mampu berbuat apa-apa," Goro menepuk pundak Gufron.

Ash tidak mengerti percakapan keduanya. Asalkan bertemu atau sekedar mengawasi Aisyah/Rebecca sudah cukup.

"Aku siap, Gufron!"

Mendengar kata darinya, membuat Gufron menyuruh Goro untuk melatih Ash sampai maksimal. Tentu saja pelatihannya di dalam kapal. Hingga Ash harus menguasai kekuatan [Hyperdimension]

Hari pertama dia melakoninya, tubuh Ash tidak mampu mengimbangi kekuatan tersebut. Bahkan sampai jatuh berkali-kali. Gufron yang mengawasi hanya bisa menghela napas. Tidak tahu harus menyikapinya.

"Percuma saja, Gufron. Kau tahu manusia memiliki batas sendiri-sendiri. Jadi tidak bisa disamakan denganmu,"

"Aku tahu kok," katanya mencoba bersabar.

Tidak seperti Aisyah yang berpotensi melebihi dirinya, Ash sudah dipastikan tidak akan bisa mencapai batas tingkat tertentu. Tubuh laki-laki itu sudah terkontaminasi dengan banyak minuman alcohol dan sihir berelemen kegelapan. Belum lagi mental yang tidak stabil. Untuk membangun rasa kepercayaan diri saja susah setengah mati.

Dengan terpaksa, Gufron mengambil suatu tindakan. Pada malam harinya, dia sedang menganalisa kemampuan Ash ketika dalam pertarungan. Alternate Rina Shirasaki dan Koichirou Yuuki mengintip dari celah pintu. Dia terlihat lebih pusing ketika menangani kasus bumi lainnya.

"Oi, kita harusnya bantu dia dong. Masa' ditanggung semua sendirian?" bisik Koichirou.

"Mau gimana lagi? Dia menolak tawaran kita dan mencoba menyelesaikan sendirian," balas Rina.

"Apa perlu minta bantuan kepadanya?"

"Siapa yang kaumaksud?" tanya Rina.

Koichirou menunjukkan foto tersebut ke Alternate Rina Shirasaki. Gadis berambut pendek itu shock melihat fotonya. Dia menutup dompet milik Koichirou, langsung menodongkan pisau ke lehernya.

"Ogah! Itu urusannya Gufron sama dia. Lalu bagaimana bisa kau— begitu rupanya," Alternate Rina Shirasaki memikirkan sesaat.

Alternate Rina Shirasaki memang agak aneh. Dia bergumam sendiri, berbincang sendiri. Seolah-olah ada individu yang mengajaknya berbicara. Bahkan tidak semua orang bisa memahami pemikirannya, kecuali Koichirou. Dia pernah masuk ke dalam dunia Alternate Rina Shirasaki. Mulanya dianggap sudah gila. Semakin lama dia mengenalnya, semakin tahu kemampuannya seperti apa. Dia pengguna sihir hantu atau spirit. Tanpa disadari, Alternate Rina Shirasaki lebih banyak interaksi dengan orang-orang aneh seperti ras elf, vampire, dwarf dan lain-lain. Pada akhirnya, Koichirou menuruti keinginannya. Di samping itu, cara interaksi Koichirou dengan mereka melalui Lucid Dream.

Oleh sebab itulah, ketika Koichirou mendapatkan nomor milik seseorang yang familiar dengan wajahnya. Bernama Satoru. Bisa dikatakan, Koichirou mendapatkannya dari spirit milik Alternate Rina Shirasaki. Sebagai gantinya, dia tidak boleh mengatakan apapun mengenai kontak yang didapatkan. Dan Koichirou mengiyakan.

"Menurutmu, masuk akal tidak aku memanggilnya?" tanya Koichirou

"Terserahmu saja deh. Tapi ingat, kau yang menghubungi, kau yang harus bertanggung jawab ya. Kau itu tunanganku! Jangan sampai membuat Gufron kesal," kata Alternate Rina mengeluarkan perintah kepadanya.

"Baiklah, Tuan Putriku tersayang," kata Koichirou berlutut dan mencium punggung telapak tangan.

Seketika, wajahnya memerah seperti udang rebus. Dia memalingkan wajah, menghindari kontak mata Koichirou.

Muncul Satoru berada di belakang Gufron. Lebih tepatnya, dia menggunakan [Gate] kemari. Energi sihir miliknya memaksa Gufron berhenti mengetik, menoleh ke arahnya.

"Kau toh Satoru? Apa Koichirou menghubungimu untuk kemari?" tanya Gufron.

"Yo, Shisou! Sudah lama tidak jumpa!" katanya menyeringai.

"Seperti biasa kau selalu ceria. Lalu bagaimana dengan keempat tunanganmu?" katanya bernada datar.

"Oi, oi! Jangan seperti itu dong, Shisou! Aku kemari untuk membantumu! Bukan membahas empat tunanganku, tahu!" keluhnya.

Gufron tertawa kecil melihat pola tingkah laku Satoru. Wajar dia tertawa, karena dihibur oleh kouhai nya. Apalagi Gufron sudah lama tidak berjumpa dengannya. Memang Satoru adalah salah satu kru kapal Argo. Tapi karena berbagai hal dan dia memutuskan untuk tinggal di sebuah kerajaan. Sebagai gantinya, Satoru meminta kepada Perdana Menteri dan bangsawan untuk mereformasi kebijakan dan lainnya. Sehingga menjadi keinginan bersama rakyat. Raja terdahulu tidak mampu berbuat apapun. Bahkan banyak pemberontak yang berniat melengserkan tahta Satoru. Tapi dia berhasil membereskannya. Itu lah cerita yang didapat.

"Begitu ya. Sayang sekali aku tidak memiliki bahan cerita untuk dijadikan meme," Gufron tidak mampu menahan tertawanya.

"Mereka bukan objek tertawamu, Shisou! Dasar," keluhnya.

Dia menyeruput kopi yang ada di meja. Menoleh ke Satoru dengan tersenyum.

"Lalu, ada perlu apa denganku?" tanya Gufron kepada Satoru.

"Sebenarnya ... ada satu hal yang menggangguku. Yaitu Ash. Bila perlu, bolehkah aku melatihnya dengan caraku?" kata Satoru mengusulkan.

Gufron berhenti mengetik. Dia menatap tajam ke Satoru. Untuk kali pertama, Gufron mendengar bahwa Satoru akan melatih seseorang yang tidak dia kenal. Beberapa detik kemudian, dia memutarbalikkan tubuhnya. Melanjutkan pekerjaan barusan.

"Silakan saja. Karena memakai caraku tidak ada gunanya," ujarnya tanpa basa-basi.

"Apa maksudmu, Shisou?" tanya Satoru mengernyitkan dahi.

"Tubuhnya sudah mencapai batas. Jadi kalau diperlakukan ala Keepers Timeline, tubuh Ash tidak akan bisa berkembang. Berapa kali pun kami mencoba. Ras Isekai sepertimu bisa pengecualian," ujar Gufron.

Satoru mengiyakan perkataan Gufron. Dia mengambil dokumen yang dipegang. Bergegas untuk melatihnya.

Hingga keesokan harinya, Ash dilatih oleh Satoru. Benar saja yang dikatakan Gufron. Dalam waktu seminggu, Ash mampu mengendalikan kekuatan sihirnya meski dalam kondisi tertentu.

Napas terengah-engah keluar dari mulut Ash. Tangan kanan berhasil menggapai langit kapal. Satoru tersenyum lega bahwa bakat dan kemampuannya tidak sia-sia.

"Terima kasih ... Satoru. Aku berhutang budi padamu dan lainnya,"

"Jangan berterima kasih kepadaku. Gufron mengusulkan untuk mengganti cara pelatihannya supaya kau bisa menjadi lebih kuat,"

Tubuh Ash memang berkembang pesat. Mencapai 30% dari sebelumnya. Melampaui batas meski usia berkepala empat. Dia mengulurkan tangan ke Ash.

"Nah, saatnya acara utama kita. Apa kau sudah siap menemui putrimu secara diam-diam,"

"Ya. Tentu saja!" katanya dipenuhi hati mantap.

"Tapi ingat ... karena tubuhmu belum terbiasa, sebaiknya jangan menggunakan [Hyperdimension] terlebih dahulu. Jika tidak, nyawamu menjadi taruhannya. Apa kau mengerti?"

Teringat pesan dari Satoru, membuat Ash terpaksa melakukannya. Meski [Hyperdimension], dirinya tidak memiliki pilihan. Tangan kanan menadah ke atas. Syaraf-syaraf otot mulai terlihat. Begitu ketat dan mengeluarkan banyak darah.

"Apa ... yang kaulakukan?'

"Mengirim kita berdua ke neraka ... [Hyerdimension]!"

Langit yang semula warna biru, berubah menjadi putih. Rune sihir berbentuk lingkaran raksasa mengelilinginya. Alfred melihat sekitarnya. Bangunan dan jalanan berubah begitu cepatnya. Belum lagi tangan kanan Ash berlumuran darah. Erangan dan jeritan keluar dari mulut Ash. Muntah darah bermunculan. Kedua matanya mulai lelah. Indera penglihatannya terganggu.

"Apa yang kaulakukan!"

Namun Ash tersenyum tipis. Dia berharap dengan menggunakan [Hyperdimension] bisa menyelesaikan pertarungan ini. Nyatanya tidak. Semakin lama dia menggunakannya, tubuh Ash tidak mampu mengimbanginya. Sebaliknya, efek samping malah bermunculan. Kedua matanya mengeluarkan banyak darah.

"Tapi ingat ... karena tubuhmu belum terbiasa, sebaiknya jangan menggunakan [Hyperdimension] terlebih dahulu. Jika tidak, nyawamu menjadi taruhannya. Apa kau mengerti?"

"Aku tahu hal itu! Tapi tidak ada pilihan lain!" jeritnya.

[Hyperdimension] milik Ash sudah selesai. Alfred shock bentuknya seperti kubah. Belum lagi gravitasi nol. Sehingga bisa melayang di udara. Walau demikian, [Hyperdimension] memiliki batas tertentu. Terlihat dari tubuh Ash yang mengeluarkan banyak darah. Alfred berkeinginan mengakhiri pertarungan ini.

Dia menarik bagian samping sniper rifle, menembak ke kepala Ash. Tapi pelurunya melesat jauh ke atas. Membuat Alfred terkejut dengan kekuatan [Hyperdimension]. Ash sangat berbeda dari sebelumnya.

Alfred terus menembak tanpa henti. Tapi Ash tidak kuasa menahan kecepatan peluru. Dia memfokuskan diri pada [Hyperdimension]. Bahkan beberapa peluru masuk sarang ke dalam tubuhnya. Muntah darah terus bergantian.

"Aku ... harus ... bertahan ..." katanya.

Udara semakin menipis, membuat Alfred kesulitan bernapas. Dia menghirup udara sebanyak-banyaknya. Tapi tidak kunjung bisa.

"Keluarkan aku dari sini!"

"Percuma saja. Selama kau ada di [Hyperdimension], kau ... tidak akan bisa melepaskan diri," katanya.

Alfred kesulitan untuk bernapas. Sebaliknya, Ash terus menekan tanpa henti. Alfred berusaha melepaskan diri. Tubuhnya tidak mampu bergerak. Dia menyadari, Ash mencengkram sekuat tenaga.

"Lepaskan!"

"Tidak akan!"

Kedua matanya mulai kehilangan kesadaran. Mulut mengeluarkan busa. Anggota tubuh lemas. Jari-jari tangan Alfred tidak mampu bergerak sesuai keinginannya lagi. Tubuhnya sudah menghembuskan napas terakhir. Meregang nyawa di tangan Ash.

Seketika, Ash ambruk di lantai tanpa objek. [Hyperdimension] miliknya sudah mulai menghilang. Dia menghirup napas sesegera. Tidak mau bernasib sama dengannya.

"Maaf ... ayah ... tidak ... bisa ... menyusulmu," kata Ash mulai kehilangan kesadaran. Tubuhnya lemas karena tidak mampu menahan penderitaan lagi.