Kelopak matanya terus berkedip. Kipas angin di langit berputar mengikuti arah jam. Lalu tubuhnya bangkit berdiri. Tiba-tiba terasa pusing. Kepala Fanesya terngiang sakit. Dia merasa ada sesuatu yang memukulnya. Sekaligus menoleh ke Florensia dan Aisyah. Mereka berdua berbaring di ruang UKS. Di sampingnya, ada Rachel sedang tertidur pulas. Akan tetapi, dia tidak menemukan keberadaan Ivan. Fanesya berpikir bahwa gadis berambut pink bernama Sakurachi menculiknya dan menjadikannya sebagai tahanan. Dalam pikirannya diliputi rasa negatif.
"Rachel … Rachel … bangun Rachel," kata Fanesya menggoyang lengannya.
"Ada apa … sudah pagi?" Tanya Rachel.
"Pagi jidatmu! Ini sudah siang!" bentak Fanesya.
Dia mencubit pipi Rachel supaya cepat sadar dari tidur siangnya. Dengan raut wajah kesal, Fanesya entah merasa Rachel ingin tidur bersamanya.
"Rachel, aku ingin bertanya. Apa kau yang membawaku kemari?"
Rachel yang sibuk mengucek-ngucek kedua matanya, menggeleng kepala pelan.
"Bukan aku sih. Tapi perempuan berambut pink membawamu kemari. Aku tidak tahu bagaimana bisa. Hanya … dia tidak terlihat seperti manusia umumnya. Sebenarnya … apa yang terjadi sih?" Tanya Rachel.
Justru Fanesya ingin bertanya demikian. Semenjak berkenalan dengan Aisyah, kehidupannya berubah drastic. Terutama pertemuannya dengan Gufron dan gadis bernama Sakurachi. Seakan-akan, Aisyah sudah mengenal jauh sebelum dirinya.
Aisyah memang pernah menceritakan mengenai masa lalunya. Tapi tidak menyangka akan terjadi pada dirinya. Normalnya, orang-orang akan menjauhi Aisyah.
Tapi Fanesya senang dengan kehidupan semacam ini. Dia memosisikan dirinya untuk duduk, menaruh bantal ke punggungnya. Terasa empuk.
"Itu tidak penting. Yang paling penting adalah kondisi Aisyah dan lainnya selamat,"
"Begitu ya. Kurasa kau ada benarnya," gumam Rachel.
Fanesya menoleh ke Aisyah dan Florensia. Kondisi mereka berdua belum sadar. Dia berharap kepada Sakurachi, gadis berambut pink untuk menuntut penjelasan. Alasan di balik penyerangan terhadap dirinya.
"Tunggu. Dia bilang dia ingin menghentikan kami bertiga untuk mencegah anarkis. Lalu bagaimana dengan lainnya? Apa pendemo dan kepolisian sudah selesai?" gumam Fanesya dalam hati.
Dia mengambil remote TV, menekan tombol merah dan layar mulai menyala. Fanesya terus mengganti channel sampai ada berita terkini mengenai demo anarkis. Akan tetapi, tidak terjadi apapun. Fanesya bingung menanggapinya.
"Apa yang terjadi di sini?" Fanesya terbelalak melihatnya.
Di lain pihak, Sakurachi mengetahui bahwa Fanesya kebal terhadap sihir. Dia mencoba menggunakan sihir [Rewrite] ke semua orang. Termasuk Aisyah dan Florensia. Oleh sebab itulah, dia mengambil tindakan terlebih dahulu. Yaitu melumpuhkan Fanesya, barulah Aisyah dan Florensia. Mereka berdua tidak boleh mengetahui kejadian sebenarnya.
Selain itu, Sakurachi dan Goro mengubah ingatan mereka dan tindakan demo anarkis disebabkan oleh pemerintah pusat yang memberlakukan kebijakan sewenang-wenang. Akan tetapi, yang disalahkan atas kejadian ini adalah calon kandidat Presiden. Hal itu menimbulkan kericuhan. Goro juga ikut membereskan yang ditimbulkan oleh laki-laki bertopeng badut.
"Merepotkan sekali," gerutu Sakurachi.
"Tapi dengan begini, kita tidak perlu ikut campur lagi terhadap dunia yang dilindungi oleh Aisyah, bukan?" ucap Goro dengan santai.
"Aku tidak yakin dengan hal itu, Goro. Kurasa … dia sedang merencanakan sesuatu," pikir Sakurachi.
Dari sekian Keepers Timeline, hanya dia satu-satunya yang mengetahui kelemahan tiap anggota. Terutama dirinya dan Goro. Bahkan, Gufron sudah tahu siapa di balik topeng itu. Tapi sampai sekarang tidak mau memberitahukannya.
"Lalu bagaimana dengan pertarunganmu melawan mereka berdua?" Tanya Goro.
Tidak ada jawaban dari bibir Sakurachi. Dia melangkahkan kedua kakinya untuk pergi. Mengepalkan tangan kanan karena merasa kesal.
Sejam sebelum pertarungan berlangsung. Setelah Fanesya berhasil ditumbangkan. Florensia dan Aisyah mendesak Sakurachi untuk bertahan. Serangan demi serangan terus dilontarkan oleh mereka. Perlahan tapi pasti, kekuatan mereka meningkat. Akurasi tembakan Aisyah benar-benar berbeda. Serasa berhadapan dengan penembak jitu, walau kalah oleh Alternate Rina Shirasaki. Sedangkan Florensia memiliki kemampuan untuk terus berkembang. Hanya saja, teknik pedangnya kaku. Dia mengayunkan pedang seperti zaman eropa reinnansance. Atau di era eropa abad tengah. Untuk itulah, Florensia wajib memperdalam ilmunya ke Yuka atau Koichirou. Apabila diajarkan oleh Gufron, takutnya kecepatan dan kekuatannya tidak mampu menandinginya.
Sayangnya, keduanya kalah telak soal pengalaman pertarungan. Hasilnya mereka berdua berhasil dikalahkan dengan mudah.
"Begitu ya. Kurasa bertarung dengan mereka tidaklah buruk," ucap Goro bingung harus menanggapinya bagaimana.
"Ya. Walau demikian, keduanya masih payah dalam soal pengalaman. Kenapa juga aku harus mengajarkan mereka berdua," keluh Sakurachi.
Goro hanya tertawa meringis mendengarnya. Mungkin Sakurachi tidak menyadarinya. Tapi sebenarnya Gufron ingin membiarkan mereka berdua mengambil keputusan sendiri dalam setiap masalah. Bukan mengandalkan dirinya. Akan tetapi Sakurachi sampai sekarang belum menyadarinya.
"Sepertinya dia masih perlu bimbinganmu, Gufron,"
Di suatu tempat, suara bersin keluar dari hidung Gufron. Dia menarik ingusnya, dengan tubuh menggigil. Alternate Rina Shirasaki dan Koichirou Yuuki menjaga jarak dengannya.
"Kau sakit!"
"Bukan. Dia lagi masuk angin,"
"Kalian berdua ini ..."
Ruang UKS memang sunyi jika berada di dalam. Apalagi Rachel dan Fanesya ada di satu ruangan. Beruntung Florensia dan Aisyah masih dalam kondisi tidak sadarkan diri. Jika tidak, habislah dirinya.
Wajah memerah dari Fanesya. Dia mencoba memalingkan wajahnya. Menyadarkan bahwa Rachel itu bukanlah tipenya. Tapi di satu sisi, dia terlihat imut.
Begitu cantik, menawan dan populer. Tidak seperti dirinya yang berkutat dengan buku, buku dan buku. Memang ada Aisyah yang selalu bersamanya. Tapi pada akhirnya, dirinya tidak lepas dari buku juga. Sedangkan Rachel sendiri sedikit berbeda. Dia tidak memandang siapapun. Entah laki-laki atau perempuan.
Fanesya tersenyum simpul. Dia membelai rambutnya dengan tatapan senyum. Tidurnya begitu nyenyak dan lucu. Jika diperhatikan baik-baik, wajahnya tidak buruk sebagai seorang gadis.
Dia mengambil kain tebal dan menutupi tubuhnya supaya hangat. Kemudian Fanesya melanjutkan tidurnya kembali. Memejamkan kedua matanya. Berharap Fanesya segera sembuh.
Ketika Fanesya tertidur, Aisyah membuka kedua matanya. Mendongak kipas angin yang terus berputar. Wajah kesal terpampang jelas darinya. Serasa emosinya tidak mampu menahan lebih lama lagi. Dia menggebrak meja. Lalu menarik napas panjang. Orang-orang dibuat terkejut dengan tindakan Aisyah. Termasuk Fanesya.
"Jangan mukul-mukul Meja, sya. Itu benda mati," kata Fanesya sambil memejamkan mata.
Namun perkataannya tidak diindahkan oleh gadis berhijab. Aisyah wajar kesal karena kalah telak oleh gadis berambut pink bernama Sakurachi. Ditambah pengalamannya cukup banyak, mau tidak mau dia harus mengakui kekalahannya.
Di samping itu, Sakurachi menggunakan senjata seolah-olah tidak ada masalah. Aisyah mengepalkan tangannya, menadahkan ke langit. Bersumpah pada dirinya untuk melampaui Sakurachi.
Sementara itu, di sebuah gedung bangunan. Dia menunjukkan sebuah layar video berisi demo anarkis. Setelah menayangkan beberapa detik, dia mematikan TV. Laki-laki bertopeng badut melipat kedua tangannya. Diangkat ke atas meja. Melihat sosok bayangan laki-laki sedang memberikan puluhan milyar dalam bentuk koper.
"Kerjamu sangat bagus. Tidak salah jika kau jago dalam memanipulasi berita,"
"Itu bukan apa-apa, Mr. Alexei. Saya kemari hanya untuk berbisnis dengan anda,"
Yang dikatakan itu setengah benar dan setengah salah. Dia ingin melakukan sesuatu dari belakang. Supaya Mr. Alexei tidak curiga terhadapnya. Ketika Sakurachi menggunakan sihir [Rewrite], dia diam-diam merekamnya. Menunjukkan bahwa Indonesia masih diambang krisis ekonomi akibat Pemerintah pusat tidak kompeten terhadap rakyat. Sehingga dia bisa menggiring opini masyarakat hingga ribuan cemooh terhadapnya.
Hal yang susah adalah siapa yang menghalanginya. Apalagi, tugas Gufron dkk hanyalah sebatas Keepers Timeline. Oleh sebab itulah, dia mencoba menarik perhatiannya dengan memperkenalkan dirinya kepada mereka. Dari situlah, rencana sebenarnya dimulai.
"Ngomong-ngomong, apa kau sudah menemukan orang itu?" tanya Mr. Alexei.
"Yang kau maksud Jimmy Suherman ya? Dia tidaklah penting. Meski demikian, saya bersedia membantu anda untuk mencarikan keberadaannya asalkan," belum selesai dia berbicara, smartphonenya berbunyi.
Tertulis 100 milyar di rekening miliknya. Laki-laki bertopeng badut bersiul senang. Pengirimnya adalah Mr. Alexei.
"Cari dia sampai dapat. Jika ada yang mengganggumu, bunuh dia. Termasuk Suryadi dan Faris," katanya bernada perintah.
"Saya laksanakan, Mr. Alexei,"
To be Continued