Chereads / Sagitarius Girl / Chapter 28 - Chapter 16. Pengejaran (Part 1)

Chapter 28 - Chapter 16. Pengejaran (Part 1)

Kunjungan Sakurachi ke sekolah berbuntut panjang. Gadis berambut pink tiba-tiba didatangi oleh para kepolisian. Terutama mengenai insiden menyerang para murid. Salah satunya Florensia, Aisyah dan Fanesya sekaligus. Bahkan keberadaan Ivan juga tidak diketahui.

Belum cukup sampai disitu, Sakurachi dicerca pertanyaan mengenai lokasi penculikan Ivan. Baik dia dan Goro memilih bungkam. Bahkan tangan mereka berdua diborgol. Meski demikian, kedua orang tersebut menyikapinya dengan santai.

"Katakan di mana Ivan berada? Saya tidak punya banyak waktu untuk menemani kalian!" bentak salah satu kepolisian.

"Buang-buang waktu saja, pak polisi-san. Anda tahu, saya tidak bisa dibungkam begitu saja," tantang Sakurachi.

Dia tidak terima dengan perkataan Sakurachi. Lantas, polisi tersebut menyuruhnya untuk menghajarnya. Tapi tidak di depan para murid dan guru. Pukulan demi pukulan terus dilancarkan tanpa henti. Sakurachi menerima pukulan tersebut. Akan tetapi, ekspresinya menunjukkan kesenangan. Sekaligus tertawa secara bersamaan. Gigi dan bibir mengeluarkan darah cukup banyak.

"Jawab pertanyaanku!" bentaknya.

"Namaku Sakurachi. Dan aku kemari hanya untuk berkunjung Aisyah dan teman-teman!"

Bicara soal kunjungan, Goro mengusulkan untuk pergi menemui mereka secara terang-terangan. Jujur saja, Sakurachi tidak suka dengan cara ini.

"Jawab pertanyaanku!" bentaknya.

"Namaku Sakurachi. Dan aku kemari hanya untuk berkunjung Aisyah dan teman-teman!"

Terus dilontarkan tanpa henti. Membuat Sakurachi semakin muak mendengarnya. Dia melepaskan borgolnya dengan mudah. Polisi yang menginterogasi terbelalak dengan tindakan Sakurachi.

"Percuma saja buang-buang waktu. Permisi—"

"Duduk atau kutembak!" tiba-tiba salah satu polisi mengacungkan pistol ke arahnya.

Helaan napas keluar dari mulut Sakurachi. Dia menyesali mendengarkan perkataan Goro. Tapi dirinya menikmati peran sebagai tersangka. Sakurachi tetap membuka pintu interogasinya. Polisi yang memegang senjata, tidak mampu berbuat apa-apa. Tubuhnya gemetaran. Tidak bisa melawan Sakurachi tanpa senjata. Sedangkan gadis berambut pink berjalan santai. Bersiul kala banyak polisi melototinya. Wajar diawasi ketat kerena Sakurachi bisa saja kabur. Belum lagi mereka tidak mampu berbuat apa-apa mengenai insiden di sekolah Aisyah.

Sehabis keluar dari pintu kantor polisi, Sakurachi menghirup napas panjang. Menikmati peran sebagai tersangka untuk pertama kalinya. Selanjutnya, muncul Goro berada di sampingnya. Dia membetulkan pakaian sehabis diperiksa oleh para kepolisian.

"Tidak menyangka kantor polisi benar-benar merepotkan,"

"Aku tidak ingin mendengar perkataan dari orang yang membuatku seperti ini," keluh Sakurachi.

"Tapi kau menyukainya kan?"

"Menyukai apanya? Yang ada malah membuatku sengsara. Makanya, berikan aku uang sekarang juga," ujar Sakurachi menadahkan tangan kanan ke Goro.

Namun wajahnya menoleh ke samping kiri. Pipi mengembung dari gadis berambut pink itu. Herannya Goro hanya tertawa menyikapinya. Perutnya tidak mampu menahan tertawa melihatnya. Sakurachi dibuat bingung dengan Goro.

"Enak saja! Uangku juga habis! Ini semua karena kau yang selalu meminta uang untuk beli baju!"

"Kok aku yang disalahkan atas kejadian ini?" katanya tidak terima perkataan Goro.

Pada akhirnya mereka tetap bertengkar di manapun berada. Padahal Gufron dan lainnya sudah memberitahukan untuk tidak bertengkar. Sayangnya, keduanya masih tetap saja bandel. Suatu ketika, Sonoda Akemi datang untuk menjemput. Dia bersama dengan Yuuka, sedang sibuk membawa payung. Langkah kaki mereka berirama, mengenakan sepatu hak tinggi. Dan bergaya ala model catwalk. Lenggokan terus berpose. Memperlihatkan pinggul di depannya. Yuuka yang notabene android, mengikuti Akemi. Mulut serta mata mereka tidak mampu berkata apapun.

"Akemi-san, Akemi-san ... apa yang kaulakukan?" tanya Goro.

"Kalian bertengkar mulu. Seharusnya kalian jadian saja," kata Akemi bernada sindiran.

"Kami tidak pacaran, wanita berkacamata sialan! Dan juga, kenapa kau berjalan seperti seorang model?"

Lengan Akemi mengelus dada bidang Goro. Wajahnya memerah. Tidak percaya perlakuan Akemi terhadapnya. Yuuka pun juga ikut-ikutan. Kedua bola mata memancarkan aura kegairahan. Lidah Akemi menjilat pangkal dan ujung bibir merah seksi. Tiap langkah dia berjalan, berubah menjadi seorang striptis.

Sakurachi melihatnya hanya bisa menghela napas. Dia sudah menebak siapa yang memberikan ilmu itu kepadanya.

"Shindou-kun yang memberikan video itu kepadamu?" tebak Sakurachi.

Namun pertanyaannya tidak diindahkan oleh Akemi. Perlakuan tersebut membuat gadis berambut pink jengkel.

"Jangan mengabaikanku, Sialan!" bentaknya.

Di saat Akemi dan Yuuka mendekatinya, salah satu polisi membuka pintu gerbang, melihat mereka berempat sedang melakukan sesuatu. Sayangnya, dia tidak melihat apapun kecuali berbincang.

"Jangan diam mematung di sana dan cepat pulang sana!" ucap polisi mengusir mereka.

Sakurachi membungkukkan badannya. Meminta maaf atas ketidaknyamanannya. Padahal yang memulai adalah Akemi danYuuka. Dalam lubuk hatinya, Sakurachi segera bertemu dengan Shindou dan mencongkel kedua matanya.

"Awas kau Shindo! Akan kubalas perbuatanmu nanti!" katanya dalam hati.

Dalam hatinya, dia merasa kesal lantaran Shindou bertindak seenaknya. Sakurachi berjalan bersama Goro. Berharap dirinya segera dijemput oleh Gufron segera. Untuk saat ini, dia muak dengan kehidupan di Jakarta.