Chereads / Sagitarius Girl / Chapter 29 - Chapter 16. Pengejaran (Part 2)

Chapter 29 - Chapter 16. Pengejaran (Part 2)

Florensia dan Fanesya berlari-lari. Mencari Aisyah di sekolah. Tapi sampai sekarang tidak menemukan batang hidungnya. Menurut teman-temannya, dia pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun. Dan gadis berhijab itu sudah meminta ijin untuk pulang lebih awal ke ruang BK. Ketika ditanya alasannya, Aisyah tidak menjawab.

"Sial! Kalau saja aku mengawasinya!" rutuk Fanesya.

"Itu bukan salahmu seluruhnya. Kita tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya dia," ujar Florensia berusaha menenangkannya.

"Tapi—"

"Yang dikatakan Florensia ada benarnya. Sekarang yang penting ke mana dia saat ini. Aku akan meminta orang tuaku untuk melacak nomor telponnya," kata Rachel.

"Kuserahkan kepadamu, Rachel," kata Florensia.

Tiba-tiba Rachel mencium pipi Florensia dan Fanesya. Keduanya bersemu merah. Tidak menyangka mendapat ciuman pipi darinya.

"K-k-k-kau ... apa yang barusan kau—"

"Tidak masalah kan, Florensia? Toh kita sama-sama perempuan, bukan?"

Fanesya tidak mampu menyembunyikan rasa cemburut terhadap Florensia. Entah kenapa, suasana hati Rachel begitu baik. Dia bertanya-tanya apa yang terjadi padanya selama dirinya tidak sadarkan diri bersama Florensia.

"Bicara soal menghilangnya dia, ke mana perginya Ivan?"

"Aku tidak tahu, Sya. Tapi dugaanku di bawa oleh gadis berambut pink sialan itu!" kata Florensia tidak kuasa menahan amarah.

"Tenangkan dirimu, Florensia,"

"Sejujurnya, dia sangat kuat. Bahkan aku mengalami kalah telak olehnya!" katanya bernada tinggi.

Namun tidak ada respon dari Fanesya. Dia membuka laptop di ruangan kelas, langsung mengecek CCTV di sekolahnya. Tentu saja melalui aplikasi software buatannya. Fanesya tidak mau menggunakan software ini karena menurutnya sia-sia saja. Tetapi tetap saja dia menggunakan untuk menolong Aisyah. Hanya itu saja.

Ketika jari berkali-kali mengetik huruf dan angka tanpa henti. Matanya tidak lepas dari monitor laptop. Florensia dan Rachel kagum dengannya. Satu persatu software tersebut mulai nampak pergerakan Aisyah terakhir kalinya di luar sekolah. Terlihat sekitar jam 1 siang sudah pulang. Kelihatannya dia sedang terburu-buru. Lalu menggunakan ayunan pengikat tali untuk memanjat pohon. Rachel terperangah melihat Aisyah bergelantungan di pohon dan dinding. Seolah-olah gadis berhijab itu sudah terbiasa melakukannya.

"Mustahil!"

"Ini masih belum ada apa-apanya," katanya bernada santai.

"Apa maksudmu, Sya?" tanya Rachel bingung.

"Nanti kau akan mengetahuinya,"

Power bar masih menyala. Dan masih dalam proses penyalinan. Sialnya kecepatan internet sangatlah lemah. Terpaksa Fanesya membawa extended wifi dan router khusus. Bentuknya persegi panjang, warna hitam dan mirip seperti headset Bluetooth. Dia menyetel sampai settingnya sesuai dengan spesifikasi laptop miliknya. Fanesya terus mengetik selama beberapa menit tanpa henti. Membuat Rachel dan Florensia menjadi tidak sabar.

"Apa bisa dipercepat?" tanya Florensia.

"Aku sedang mengusahakannya!" bentak Fanesya.

Rachel tahu tekanan yang dilakukan Florensia ke Fanesya. Sesaat, dia menerima telpon dari orang tuanya. Katanya mereka tidak menemukan keberadaan Aisyah. Kemungkinan besar, Aisyah mematikan smartphone miliknya. Atau dia menggunakan sinyal palsu.

"Fanesya, apa kau yang mengajarkan Aisyah menggunakan sinyal palsu?" tanya Rachel.

"Bagaimana kau— oh. Ayahmu yang melakukannya ya?" tebak Fanesya.

Gadis itu mengangguk pelan. Fanesya memikirkan sejenak. Tapi dia tahu maksud ucapannya. Dia mengetik berkali-kali. Sampai sebuah satelit mengetahui keberadaan Aisyah. Lebih tepatnya berada di persimpangan jalan menuju monas.

"Kita akan ke sana!" kata Fanesya.

"Ok. Aku akan ambil tas terlebih dahulu,"

"Tunggu! Biarkan aku pergi juga!" tiba-tiba Rachel berteriak sesuatu.

Perkataan barusan membuat mereka terkejut. Semua orang menatap mereka. Tidak salah lagi, bahwa salah satu murid akan melaporkan hal ini ke guru.

"Apa kau bicarakan? Kalau kau ikut, lalu siapa yang melindungi kami dari amarah para guru?" tanya Fanesya.

"Tapi—"

"Yang dikatakan Fanesya benar. Kau memang peduli pada kami. Dan kami akui tidak seperti dirimu. Meski begitu, aku tidak mau kau terlibat karena berbahaya. Bisa-bisa mengancam nyawamu," kata Florensia.

Rachel menggeleng kepala. Tidak mau tahu alasannya. Yang dia pedulikan adalah keikutsertaan dalam menyelamatkan Aisyah. Serta juga menyadarkan gadis berhjiab itu. Akan tetapi ada sesuatu yang disembunyikan dari mereka. Oleh sebab itulah, Rachel ingin ikut.

Sampai pada akhirnya, Pak Tono datang untuk menghampiri mereka. Terlihat salah satu murid melaporkan guru BK.

"Gawat, Pak Tono kemari," bisik Florensia.

"Ya. Apa kita langsung kabur saja?" balas Fanesya.

"Tapi mustahil. Kalau kia kaburnya seperti Aisyah bisa-bisa menimbulkan kegaduhan," ujarnya.

"Kalau begitu, kita harus improvisasi," kata Florensia ke telinga Fanesya.

Mereka berdua berharap cepat selesai dan segera menyusul Aisyah.