Ivan belum sadarkan diri pasca dibuat pingsan oleh Goro. Posisinya duduk dengan kepala miring ke kanan. Mulutnya mengeluarkan liur, menetes di pinggir sebelah kiri. Orang-orang melihatnya tertawa cekikikan. Tidak sadar bahwa ada guru sedang mengajar. Celakanya, guru yang dimaksud adalah Pak Yasir. Guru Biologi yang tidak kenal ampun jika ada siswa tidur di jam pelajaran.
"Ivan!" teriaknya.
Teriakan keras membuat Ivan terbangun secara mendadak. Dia terkejut bahwa dirinya berada di kelas. Para siswa tertawa melihat tingkah lakunya. Dengan kebingungan, Ivan menggaruk-garuk kepala.
"Kau tidur di kelas ya! Sana bawa bukumu dan Bapak akan kasih tugas berat untukmu!" bentaknya.
Para siswa ketakutan mendengar tugas. Ivan terpaksa menuruti perintah Pak Yasir. Jika tidak, dirinya bernasib serupa dengan Aisyah.
Bicara soal Aisyah, dia bertanya-tanya kemana perginya gadis berhijab itu.
"Jangan diam saja! ini tugasmu dan sana belajar di perpustakaan!"
Ivan langsung pergi ke perpustakaan, seperti yang diucapkan oleh beliau. Memikirkan Aisyah belakangan. Yang penting tugas segera diselesaikan.
Sesampainya di sana, terlihat Florensia dan Fanesya. Nampak wajah mereka murung. Ivan berniat menanyakan mengenai Aisyah. Tapi mengingat kondisi mereka seperti itu, dia mengurungkan niatnya. Membalikkan badan dan berjalan biasa. Langkah mereka bergerak cepat.
"Fanesya, Florensia. Kalian berdua kenapa?" tanya Ivan.
"Diamlah. Kami sedang tidak niat untuk berbicara," kompak mereka menjawab pertanyaan Ivan.
Ivan berhenti berjalan. Dari gerak-geriknya, terjadi sesuatu antara mereka berdua dengan Aisyah. Saat dia berputar arah, nampak sosok laki-laki melambaikan tangan. Dia mengenakan topeng badut.
Karena penasaran, Ivan ke sana. Dia berjalan ke arahnya dan bersikap sopan terhadapnya.
"Anda … bagaimana bisa anda berada di sini?" tanya Ivan.
"Kau bernama Ivan kan?" tanya balik Ivan.
"Bagaimana anda bisa tahu nama saya?"
Dia penasaran karena Ivan tidak pernah memberitahukan namanya kepada siapapun. Kalau pun tahu, pasti nama panggilan tertulis pada seragam sekolah.
Sifat pembawaannya ramah dan menenangkan. Seolah-olah dia bisa menjadi teman curhat ketika Aisyah tidak ada.
"Maafkan aku. Kurasa memanggil namamu tanpa perkenalan merupakan tindakan tidak etis," ucapnya berdiri.
Dia membungkukkan badannya disertai kedua kaki disilangkan. Dengan langkah gontai, laki-laki bertopeng badut mencoba mendekati Ivan. Dia membisikkan sesuatu ke telinganya.
"Aku tahu tentang Aisyah Marwadhani,"
Perkataan barusan membuat hati Ivan berbunga-bunga. Dia ingin sekali bertemu dengannya. Tapi Ivan tidak tahu berbahaya nya laki-laki bertopeng badut itu. Di dalam topengnya, senyuman lebar disertai tatapan tajam mengarah kepadanya. Kini, otaknya sedang merencanakan sesuatu.
To be Continued