Byur!
Desakkan tubuhnya yang besar mendorong air terlempar ke udara. Makhluk itu sangat besar, membuka mulutnya yang bulat dan lebar dengan deretan gigi-gigi tajam berlapis-lapis.
"Ternyata benar pusaran air tadi ulahnya. Ini gawat, Junior."
Makhluk itu adalah Charybdis, makhluk seperti cacing raksasa anak dari Echidna yang menghuni laut. Sebenarnya dia tinggal di selat pulau Sicilia, Italia, tapi ucapan duyung didalam goa yang ditejermahkan Nick kemarin, tentang makhluk ini, membuatku yakin dia memang sudah lama disini.
Mulutnya yang sangat lebar dapat menimbulkan pusaran air raksasa yang bahkan bisa menelan separuh kapal Titanic.
Makhluk itu terdiam, tidak melakukan apapun tapi mulutnya mengarah ke arah perahu kami.
Kami semua terdiam, menunggu apa yang akan terjadi. Mendayung menjauh pun rasanya percuma. Tapi aku merasa aneh, karena dia muncul begitu suar pertama ditembakan, lalu muncul menampakkan wujudnya kesini setelah suar kedua. Dan sekarang, dia hanya melihat kesini, seolah menunggu sesuatu.
"Nick, apa charybdis takut api?"
"Hah? Apa yang membuatmu berkata seperti itu?"
"Entahlah, Nick. Kukira kau tahu segalanya." yah, mungkin itu analisisku yang bodoh, mana mungkin makhluk sebesar itu takut api dari suar yang sangat kecil baginya.
Tapi entah kenapa, aku mengarahkan pistol suar ke makhluk itu.
"Kapten, dayung lagi!"
Sesuai perintahku, Albert dan Ali mulai mendayung menjauhi. Hujan deras dan gelombang membuat sekoci kami hanya bisa menjauh dengan perlahan.
Tak kusangka, makhluk jelek raksasa itu masih diam. Tapi tiba-tiba, dia membuka lebih lebar mulutnya, menghisap air laut dengan kuat. Air dengan deras masuk ke mulutnya yang seperti goa raksasa, sekoci kami terseret derasnya arus.
"Semua, pegangan!" teriak Bimo.
Duar! Wush!
Aku menembakkan pistol suar ke mulutnya dan membuat makhluk itu berhenti menghisap air laut. Kepala makhluk itu berguncang, hanya api sekecil itu membuatnya kalang kabut.
Dia terus menggelengkan kepalanya dengan liar hingga menimbulkan gelombang besar yang hampir saja membuat sekoci kami terbalik. Ribuan liter air laut keluar dari mulutnya, membumbung dengan cepat ke atas.
Wuusssh! Crak!
Sebuah benda hitam meluncur dari arah belakang kami dan menancap di tubuh Charybdis.
"Kapten!"
Kami semua menoleh ke belakang, rupanya kapal kami telah kembali bersama anak buah Albert.
"Cepat!" teriak salah seorang ABK yang membawa senapan ikan yang tadi ditembakkan ke arah Charybdis. Menurutku itu sia-sia, anak panah besi untuk ikan tadi hanya seperti duri kecil untuknya.
Satu lagi pemanah ikan ditembakkan ABK, kali ini mengenai salah satu mata Charybdis dan membuatnya menyelam ke dalam.
Salah satu ABK melemparkan tali ke arah kami, kami meraihnya dan mengikatnya di sekoci kami. Lalu para ABK menarik kami hingga kami medekat.
Saat tinggal beberapa meter saja jarak kami ke kapal, makhluk itu muncul lagi. Dengan cepat dia menyembulkan kepalanya hingga menyerempet sekoci kami dan hancur. Masih untung bukan kapal kami yang diserang.
Kami semua tercebur ke laut dan berenang sekuat tenaga menuju kapal. Para ABK menurunkan tali untuk kami memanjat ke atas dan tak beberapa lama, kami semua berhasil berhasil naik ke atas kapal. Tapi, ternyata tidak semuanya.
"Dimana Cahyono?"
Cahyono ternyata berada di atas kepala makhluk itu, pasti dia terpental ke atas saat sekoci kami tertabrak dari bawah. Berpegangan pada besi yang menancap di atas kepala Charybdis, Cahyono hanya terlihat seperti kutu kecil yang menempel di tubuh hewan besar.
"Cahyono, bertahanlah! Melompatlah ke bawah!" teriak Albert dan anak buahnya.
"Kapten! Pistol suarnya!" teriakku.
"Hanya satu-satunya tadi, Tuan!"
Sial! Pistol suar tadi jatuh saat sekoci kami tertabrak. Kami semua memandangi Charybdis yang kini diam mengarahkan mulutnya ke kapal kami. Diatasnya, Cahyono melambai-lambaikan tangan. Apa maksudnya?
Sepertinya makhluk itu tidak menyadari ada seseorang berada diatasnya. Makhluk itu mengeluarkan suara keras bagai gemuruh dan angin keluar dari mulutnya yang bau amis.
Saat makhluk itu kembali diam, tiba-tiba Cahyono mencabut besi tajam dan panjang yang menancap di kepala Charybdis. Makhluk itu bergerak sedikit, Cahyono berlari dan melompat ke arah mata Charybdis dan menusuknya.
Besi itu tepat menancap di bola mata Charybdis dan membuatnya mengerang. Cahyono seperti serangga kecil, bergelantungan dengan berpegangan pada besi yang menancap di mata Charybdis yang bahkan lebih besar darinya.
"Cahyono, bertahanlah!"
"Cahyono, lompat!"
"Cahyono!"
Semua orang berteriak-teriak karena aksi nekat Cahyono, berharap dia masih bisa selamat dengan kondisi seperti itu.
Makhluk itu menabrakkan kepalanya ke air dengan kasar, menimbulkan cipratan dan gelombang air yang dahsyat. Apapun itu bisa hancur jika menabrak air seperti itu, mungkin begitu juga tubuh Cahyono, aku tak bisa membayangkannya. Makhluk itu menyelam dan menghilang dari pandangan kami, bersama Cahyono.
"Cahyono!" Albert berteriak dan berlutut, wajahnya terlihat sedih.
"Dia ingin menyelamatkan kita, Kapten." Bimo berjongkok dan menepuk punggung kapten kapal itu.
"Cepat menjauh! Kecepatan penuh!" teriakku pada seorang ABK.
Kapal kami menjauh dari pulau karang, Charybdis tak muncul lagi begitu juga Cahyono. Misi kami menyelamatkan Ali berhasil, tapi kami kehilangan Cahyono, orang kecil tapi memiliki keberanian yang luar biasa besar. Berkat misi ini pun aku menemukan fakta tentang orangtuaku dan membuatku akan mengungkap semua. Tidak hanya menemukan ayah dan ibuku, tapi juga mengungkap rahasia orang-orang yang kami hadapi tadi dan mencegahnya jika benar mereka bertujuan buruk. Aku ingin tahu apa yang mereka incar dari ayahku dan ada dimana dia.
Kapal kami semakin jauh meninggalkan pulau karang, ketegangan kami mereda seperti hujan dan gelombang yang perlahan menghilang. Senja mengiringi laju kapal kami, biru menjadi jingga lalu merah. Matahari terbenam terlihat indah, seolah menghibur kami karena kepergian Cahyono.
Kasus puteri duyung ditutup.
...
Aku dan Bimo berada di rumah Nick, kami memutuskan harus kemana setelah ini. Kami menemukan tulisan tersembunyi di halaman pertama catatan Harry yang Nick simpan dan menemukan fakta lain darinya, bahwa usaha orang-orang itu menguasai dunia dengan para monster, sudah berlangsung sejak lama.
"Nick, kau dengar perkataan Adam tentang ayahku yang pergi ke Cina? Jika itu benar, aku heran sebenarnya kenapa dia ke sana."
"Mungkin salah satu dari makhluk itu ada yang terkurung disana, Yod? Atau Adam salah, ayahmu sebenarnya pergi ke Nepal atau Tibet. Itu menurutku, setelah kubaca catatan rahasia milik Harry ini." Bimo mengamati secarik kertas kusam yang telah lama disimpan oleh Nick.
"Entahlah, Junior. Aku belum pernah mendengar tentang ritual pengorbanan di suku-suku yang ada di Cina. Tapi aku tahu seseorang di sana, dan sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Jadi ada dua kemungkinan, ayahmu langsung menuju ke Tibet atau menemui temannya di Cina."
"Anda punya banyak sekali kenalan, Prof."
"Ya, sebagai peminat makhluk mitos dan ktiptid, aku dan ayah Junior punya banyak kenalan dari berbagai negeri. Mungkin kita harus kesana."
"Sepertinya, kita sudah tertarik ke sebuah masalah besar yang sudah lama tejadi, Nick."
Aku akui, meski kapasitas otak jeniusku ini tak terbatas, aku masih harus mencerna dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dan kenapa harus ayahku yang terlibat dengan mereka.
"Tanpa kalian sadari, atau bahkan aku sendiri pun tidak menyadarinya, mungkin sebenarnya kita sudah terlibat dengan hal ini sejak awal kita mengetahui tentang adanya makhluk-makhluk ini," kata Nick. Sejak pulang dari petualangan kami, wajahnya jadi selalu menampakkan ekspresi serius. Begitu juga dengan bicaranya, tanpa candaan yang biasa keluar dari mulutnya. Tapi menurutku itu hanya sementara saja. Tidak mungkin orang sekonyol dia akan menjadi orang yang selalu serius seumur hidupnya.
"Jadi bagaimana, Junior? Ini bukan tentang hanya mencari ayahmu saja. Seperti diibaratkan, kita akan pergi berperang."
"Aku tak peduli tentang perang, Nick. Aku belum paham siapa mereka dan tidak ada yang ingin aku perangi. Aku sangat antusias dengan misteri ini, itu saja."
"Tapi kita sudah berhadapan dengan salah satunya, Junior. Dan kelompok itu jelas-jelas musuh dari ayahmu."
"Ayahku yang punya urusan dengan mereka, bukan aku. Dan tujuanku adalah menemukannya dan mencari tahu kenapa dia menghilang. Kalau pun mereka akan menjadi musuhku juga -meski sebenarnya aku tidak ingin punya musuh satu pun- aku siap menghadapi mereka.
Mereka aku ibaratkan bajak laut yang memiliki banyak kru dan kapal yang besar, tapi tidak punya senjata hebat dan sedang berusaha mendapatkannya."
"Kalau aku sih, ikut Yodha saja," kata Bimo.
"Kerjaanmu cuma mengekor saja, Bemo. Kau seperti ekor yang menempel di pantat monyet," kata Nick yang lalu memperagakan gerakan menggaruk seperti monyet lengkap dengan ekspresi wajahnya yang menyerupai monyet. Sudah kubilang, melihat Nick jadi orang serius adalah momen yang langka.
"Kau sama saja mengataiku seekor monyet, Nick."
Bimo yang tadi bermuka masam karena merasa diejek, sekarang malah tertawa terbahak-bahak bersama Nick.
Aku ingin menanyakan sesuatu pada Nick, tapi aku menahannya. Setelah membaca catatan Harry, aku bertanya-tanya, ada berapa orang di luar sana yang seperti ayahku, yang ingin menghentikan orang-orang itu. Lalu apakah ayahku sebenarnya juga bagian dari 'musuh' mereka.
...
Catatan tersembunyi Harry:
Mereka adalah kaum yang ingin menguasai dunia dengan memanfaatkan Echidna.
Misi utamanya saat ini adalah membebaskan Echidna yang tempatnya belum ku ketahui. Bahkan mungkin saja Thypon, sang suami Echidna yang lebih mengerikan darinya.
Para ksatria yang berasal dari hampir seluruh dunia yang menjuluki diri mereka Ksatria Themeus, berhasil menaklukan Echidna dan seluruh keturunannya.
Meski tidak bisa membunuh para makhluk itu, tapi mereka berhasil melemahkannya. Para makhluk itu dikurung dan tempatnya tersebar di beberapa belahan dunia. Mereka membuat sebuah tempat rahasia untuk mengurung dengan kunci atau segel tertentu berjumlah tujuh buah.
Satu segel dengan yang lainnya berbeda.
Orang-orang itu percaya bisa membangkitkan lagi para makhluk dengan mengorbankan darah-darah manusia muda.
Mereka hanya butuh satu segel untuk membebaskan Orthros, dua segel untuk Charybdis, tiga untuk Chimera dan seterusnya hingga berjumlah tujuh buah.
Urutannya aku hanya mengetahui itu saja, tapi yang kutahu, butuh seluruh segel untuk membebaskan Echidna.
Jika mereka membebaskan satu persatu hingga ke enam anaknya muncul, mungkin Echidna dan akhir dunia akan muncul.
Para Ksatria Themeus turun-temurun meneruskan perjuangannya meski secara diam-diam agar tidak diketahui mereka dan dunia. Dimana pusat para pahlawan itu bersembunyi, masih misteri, yang kutahu ada beberapa keturunanya yang memegang diantara ketujuh segel tersebut. Salah satunya ada di daerah Pegunungan Himalaya.
...
Volume Satu Selesai