Vote dan komentar, yaaaa...
Hp saya, Asus ROG Phone 2 sudah masuk bengkel beberapa hari ini. Saya sudah kangen huhu... Beberapa hari belakangan, mengetik ceritanya terpaksa kembali menggunakan hp Xiaomi Mi 6 lama, hp cadangan istri saya. Dan hp cadangan saya, Asus Max Pro M1 juga sedang masuk bengkel karena layarnya (juga) pecah. Sekedar curhat saja hehe...
Selamat membaca!
_______________________________________
"A-apa!? Semuanya sudah di-dibunuh!?"
Seorang tentara yang armornya sedikit berbeda daripada tentara lainnya, melangkah mendekati Arka sambil berteriak kaget. Dia terlihat seperti pemimpin pasukan.
"Enggg... Iya... Tadi saya terlalu berlebihan. Jadi hancur semua. Hehe." Jawab Arka dengan senyum kaku.
"Bagaimana kami melaporkannya kepada Yang Mulia Ratu..."
"Oh, di sana, kalau digali sedikit, akan ketemu harta-harta rampasan para perampok itu. Bisa dijadikan sebagai barang bukti." Jelas Arka.
"O-oh... Baiklah. Terima kasih, Tuan. Pasukan! Persiapkan kebutuhan untuk penggalian!"
"""Siaap!"""
"Komandan..."
"Saya hanyalah Kapten Pasukan, Tuan."
"Arka. Panggil saja Arka. Baiklah, kami kembali ke Kota Arvena untuk melaporkan kepada Raja dulu, Kapten. Nanti kami juga akan ke Syndas untuk menjelaskan semuanya." Kata Arka.
"Ba-baiklah, Tuan Arka. Terima kasih. Kami akan mengumpulkan barang rampokan yang tertimbun tanah dan kemudian menyusul ke Kota Syndas." Respon Sang Kapten.
"Yuk temen-temen. Kita balik ke Arvena." Perintah Arka kepada kami.
"Aku ikut! Aku nggak mau ditinggal lagi!" Grista memeluk erat lengan kanan Arka.
"Iya, Grista..." Kata Arka.
Eh? Itu kan tempatku gelendotan? Aku harus cepat-cepat mengambil posisi lengan kiri Arka!
"Heit! Aku di sini!" Ucapku sambil melompat dan memeluk lengan kiri Arka.
"Dasar, Syla..."
"Hehe... Biariiin!"
"Ren, biar Grista dulu, ya... Daripada nangis lagi nih bocah." Arka berkata kepada Ren yang posisinya sudah kurebut.
"Iyaa... Nggak apa-apa, Arka..." Ren menjawab dengan senyuman yang kalem.
"Heee? Terus Ruby dimanaaa?" Kata Ruby, kecewa.
"Ruby naik aja di bahu Arka, terus pegangan ke kepala Arka."
"Okaaay! Haaap! Ehehehee... Tinggiiii..."
Setelah Ruby melompat ke bahu Arka dan berpegangan ke kepala Arka, ekspresi wajah kekasihku itu langsung menjadi mesum. Aku tahu apa yang dipikirkannya. Dasar Arka cabul, hihihi...
"Grista, lap ingusnya dulu, ih! Jorok bet. Bleehhhh... Bajuku kena ingusmu!" Kata Arka kepada Grista.
"Biariiiin! Nih, tambah! Srooootttt!"
"Hah! Nanti kubuang baju ini. Udah nggak bisa dibersihin lagi dari kuman dan noda membandel ini mah."
"Jahaaaat! Biarin! Pokoknya Grista nggak mau ditinggal lagi!"
"Ya ya ya ya."
Aku, Arka, Ruby, Cyane, Aesa, Grista, dan Lukas berjalan menjauhi lokasi kawah hangus tadi, menuju Kota Arvena. Setelah cukup jauh dan Arka memastikan tidak ada yang melihat kami, Arka mengeluarkan skill Teleportation Gate.
"Tuan Arka! Ini apa?" Tanya Cyane.
"Ini biar kita langsung sampe deket Arvena. Kelamaan kalo jalan kaki. Kalo Ruby jadi naga gede, nanti malah semua orang jadi panik."
"Hebat sekali, Tuan Arka! Hamba tidak salah memilih Tuan! Izinkan hamba mendapatkan berkah dari peni--"
*Bletak!*
"Aaaakkk!" Cyane menjerit sambil menggosok-gosok kepalanya.
Arka menjitak kepala Cyane supaya dia tidak melanjutkan kalimat vulgar itu.
"Diem."
"Aaaaakkkhhh~ terima kasiiih Tuan Arka!"
Melintasi gerbang magic yang dibuat Arka, kami langsung sampai di salah satu jalan tikus yang berada di dalam Kota Arvena. Tidak ada orang sama sekali di sekitar sini.
Arka mengajak kami untuk langsung menghadap Raja Arthos, melaporkan misinya telah selesai. Arka menjelaskan kepada Raja bahwa ia terlalu berlebihan dalam menggunakan kekuatannya dan membunuh semua Perampok Perbatasan serta menghancurkan gua tempat mereka bersarang.
Arka sama sekali tidak menyebutkan nama Aesa. Arka menanggung semua beban Aesa di bahunya. Menjaga nama Aesa. Menjaga perasaan Aesa. Atau, mungkin dia hanya tidak ingin kerepotan jika Aesa sampai menangis lagi?
Selesai audiensi dengan Raja Arthos, kami diberikan BG dalam jumlah cukup besar, yaitu 1.000 keping. Itu adalah jumlah yang sangat banyak.
"Arka, bisakah aku meminta tolong satu hal lagi kepadamu?" Tanya Raja Arthos kepada Arka sebelum kami kembali.
"Selama kami mampu, Yang Mulia." Jawab Arka.
"Putriku, Liviara, ingin melakukan perjalanan menuju Kota Syndas untuk mengikuti pelatihan magic support yang diadakan di sana selama sebulan. Lalu kembali lagi ke sini. Selama itu, aku ingin memberikan misi pengawalan khusus kepada Dark Edge dan Lunar Eclipse. Tentunya, dengan upah yang lumayan perharinya."
"......... Baiklah, Yang Mulia. Kapan kegiatan tersebut dimulai, Yang Mulia?" Jawab Arka setelah berpikir lama.
"30 hari dari sekarang."
"Kalau begitu, izinkan kami menyelesaikan beberapa misi terlebih dahulu. H-3 kami akan mengantar Tuan Putri ke Syndas."
"Bagaimana bisa dalam 3 hari--... Oh, benar. Kalian punya itu jadi bisa cepat sampai ke sana... Baiklah. Tidak masalah. Berikutnya, ada yang ingin disampaikan oleh Putriku secara langsung kepada kalian. Liv..."
"Baik, Ayahanda. Dark Edge, bersyukurlah kalian sudah berjasa dan mendapat pujian serta hadiah dari Ayahku! Karena kalian sudah melaksanakan kewajiban kalian untuk menyelamatkanku dari monster besar waktu itu! Sekian!" Ucap Liviara dengan lantang dan angkuh.
"Liv... Jangan begitu." Tegur Raja Arthos kepada putrinya.
"Tapi, Ayahanda--!"
"Liv..."
"Aaaah! Baiklah, Ayahanda! Umm... Dark Edge... Te-terima... Kasih." Putri Liviara mengatakan sesuatu dengan suara yang sangat pelan, hampir tak terdengar, dan wajahnya memerah.
"Hee... Raja Arthos. Saya tidak mendengar apa yang diucapkan Tuan Putri barusan." Suara Arka terdengar sedang kesal.
"Liviara."
"Iya, iya, Ayahanda... Te-... Terima kasih!!!" Putri Liviara berteriak sambil menunduk malu.
"Begitulah, Arka. Maafkan sikap putriku."
"Baiklah, Yang Mulia. Jika tidak ada lagi yang ingin Yang Mulia sampaikan, kami mau pamit dulu."
"Oh? Kalian tidak menginap di Kamar Tamu VIP lagi? Kalian masih tamu terhormat bagiku."
"Haha... Tidak, Yang Mulia. Terlalu lama tinggal di sana, batinku tidak akan bertahan lebih lama lagi. Hahaha." Jawab Arka, dengan nada yang santai sambil tersenyum kaku.
Arka dan Raja Arthos sudah mulai Akrab? Dan Arka pun tidak pernah berlutut lagi di depan Raja. Apakah Arka merasa statusnya kini sudah hampir setara dengan Raja? Arka-ku yang sombong ini...
"Baiklah. Sekali lagi, terima kasih. Dan mohon bantuannya untuk mengawal putriku di H-3 nanti."
"Terima kasih kembali, Yang Mulia. Kami permisi dulu..."
"Hati-hati di jalan."
Dengan demikian, kami segera menjemput Garen dan Fiana karena mereka masih tertinggal di perbatasan Balvara dan Elysium. Lalu kami terbang di atas punggung Ruby menuju ke area sepi yang tak begitu jauh dari Kota Syndas. Saat Ruby berubah menjadi besar, Arka selalu menyuruh kami menggunakan Fallen Exoskeleton.
Lalu kami berjalan kaki beberapa jam, dan akhirnya sampai di gerbang kota, kemudian langsung menuju Istana Kerajaan Elysium. Karena Garen dkk. harus melaporkan misi pemberantasan Perampok Perbatasan kepada Ratu Marca.
Kepada Ratu Marca, Garen menjelaskan yang sudah kami ceritakan tentang yang terjadi kepada para Perampok Perbatasan. Awalnya Sang Ratu terkejut, tapi itu hanya sesaat. Dia dapat mengendalikan dirinya dan perasaannya dengan cukup baik.
"Oh, jadi ini adalah Party Dark Edge, yang kalian ceritakan sebelumnya... Aku jadi ingin melihat kehebatannya. Apakah kalian bersedia untuk latih tarung dengan pasukan terkuat kami, Dark Edge?" Tanya Ratu kepada kami.
"Jika hanya 1 pertandingan dan 1 lawan 1, saya bersedia. Karena kami sudah memiliki agenda lain setelah ini, Yang Mulia." Gaya Arka yang semakin sombong itu, aku suka!
"Baiklah, segera kita mulai di sini dan sekarang juga. Komandan Ruthar, silahkan. Royal Mage, pasang barrier."
"Baik, Yang Mulia. Castle of Refuge." Jawab seorang Royal Mage tua, mengeluarkan skill pelindung magic tingkat atas yang mengelilingi Arka dan Sang Komandan.
"Laksanakan, Yang Mulia Ratu Marca." Komandan Ruthar langsung melangkah ke tengah Ruang Singgasana.
"Paman, kuberikan waktu 10 detik untuk menyerangku. Jangan menahan diri. Karena setelah 10 detik, Paman akan langsung kukalahkan." Ucap Arka, masih ekspresi sombong.
"Kedua pihak bersiap... Mulai!" Ratu Marca yang memberi aba-aba.
Pertarungan dimulai. Arka-ku hanya berdiri diam dengan santai. Sedangkan Komandan Ruthar, berlari ke arah Arka sambil mencabut pedang panjang dan besar dari punggungnya.
"Haaaaahhh!!!"
Ruthar berteriak sambil menebaskan pedangnya secara vertikal. Sesaat sebelum ujung pedangnya membelah tubuh Arka, tubuh Arka tiba-tiba berbayang.
*Zhiinng*
*Prakk*
"Terlalu lambat, Paman." Ujar Arka dengan santai.
Dalam sekejap, posisi berdiri Arka sudah berada 10 cm di samping kiri arah tebasan pedang Ruthar. Arka masih berdiri dalam postur yang sama, hanya posisinya saja yang bergeser. Sehingga pedang besar itu hanya memecahkan salah satu ubin di tempat Arka sebelumnya berdiri.
"Heyaahh!"
Ruthar tak kehilangan fokus. Pedang yang masih menyentuh lantai tersebut, langsung diayunkan secara diagonal ke arah kanan atas, menyerang Arka lagi.
*Zhiinng*
Pedang itu hanya menebas udara. Arka sudah tidak ada lagi di posisinya yang tadi.
"Aku di belakang, Paman."
"Ha? Whirl Dance!"
Untuk sepersekian detik, Ruthar sempat bingung dengan apa yang terjadi barusan. Memikirkan bagaimana Arka bisa berada di belakangnya secepat itu. Tapi dia langsung melancarkan serangan berputar dengan pedangnya.
"Uurrreeaaaahhh!" Ruthar berteriak.
*Wheeng wheeeng wheeeng*
Dengan memegang pedang menggunakan kedua tangan, Ruthar memutar tubuhnya sehingga pedangnya berayun horizontal seperti baling-baling dengan sangat cepat. Lumayan juga Ruthar ini. Pedang seberat itu, dia dapat menggunakan skill yang membutuhkan kecepatan tinggi dengan cukup baik.
*Wuuuusss*
Tubuh Arka berpindah lagi dengan sangat cepat. Yang terkena tebasan pedang Ruthar hanyalah afterimage yang ditinggalkan oleh Arka. Arka sekarang sudah berada sejauh 5 meter dari Ruthar.
"Masih kurang cepat, Paman. Sudah 8 detik, ya..."
Ruthar tidak mudah terprovokasi oleh kata-kata Arka. Dia masih fokus. Ini kesempatan terakhirnya. Dalam 2 detik, dia harus sudah mengenai Arka.
"Fencing Stab!" Rogard meneriakkan skill berikutnya
"Oh, itu..." Arka seperti sudah menduganya.
Tentu saja Ruthar harus menggunakan skill yang dapat memperkecil jarak dengan cepat. Fencing Stab adalah serangan tusukan pedang yang kekuatannya ditambah dengan dorongan kaki, sehingga dapat memperpendek jarak dengan musuh dalam waktu yang sangat singkat, meskipun hanya merupakan skill pedang tingkat bawah.
"Shining Ray Slash!" Sesaat sebelum tusukannya mencapai Arka, Ruthar meneriakkan skill lain.
Entah ingin mengeluarkan skill tipuan atau memang demikianlah combo miliknya, Ruthar kali ini mengganti skill yang tadi dengan skill lainnya. Shining Ray Slash, merupakan skill pedang tingkat atas. Dengan mengimbuhkan magic kepada pedangnya dan membuat pedangnya bercahaya serta panjangnya bertambah menjadi 2 kali lebih panjang, dia melanjutkan serangannya.
Skill ini adalah skill terkuat yang dimilikinya. Dia menaruh semua keyakinannya pada satu skill ini untuk mengakhiri pertarungan sebelum waktu 10 detik berlalu.
Namun, sepertinya Ruthar tiba-tiba menyadari bahwa kekuatannya tidak ada apa-apanya dibanding Arka ketika...
*Tiiiiinnggg*
Shining Ray Slash dihentikan begitu saja, dengan mudahnya. Arka menahan tebasan melintang dari Shining Ray Slash milik Ruthar hanya dengan menjepit bilah pedang Ruthar menggunakan telunjuk dan jempol tangan kirinya.
"Paman, waktunya habis."
"Apa-!"
*Wuussss*
*Bhuuggg*
*Driiing*
*Braakk*
Arka melesat cepat ke samping kanan Ruthar, dan langsung menghujamkan kepalan tangan kanannya ke perut Ruthar. Pada saat terjadi kontak antara kepalan tangan dan perut, ada tambahan kekuatan dari dark magic yang dilepaskan oleh Arka. Membuat benturannya menjadi sangat kuat, mengakibatkan armor Ruthar pecah terburai.
Ruthar terpental dengan sangat keras, menabrak dinding magic dari skill Castle of Refuge milik Royal Mage tua tadi. Dinding magic itu pecah, dan Ruthar masih terlempar hingga akhirnya terkapar 1 meter di depan kaki Ratu Marca. Seandainya tidak ada barrier tersebut, mungkin Ratu Marca sudah ikut terluka.
"""......."""
Semua orang yang ada di Ruang Singgasana ini terdiam. Hanya Aku, Ren, Cyane, Ruby, dan Lunar Eclipse yang tersenyum melihat aksi mendominasi dari Arka kesayangan kami. Sementara Aesa dan semua orang lainnya, termasuk Ratu, tercengang.
Setelah beberapa detik dilingkupi keheningan dari orang-orang yang terpana...
*Plok... Plok... Plok...*
Sang Ratu bertepuk tangan dengan jeda yang cukup lama, memecah keheningan.
*Plok plok plok plok plok*
Semua orang ikut bertepuk tangan, semakin lama, semakin keras suara tepukan tangan yang menggema di ruangan ini.
"Luar biasa! Melebihi ekspektasiku!" Teriak Ratu Marca, masih bertepuk tangan.
"Hehe... Terima kasih, Yang Mulia..." Balas Arka.
"Dark Edge dan Lunar Eclipse... Apakah kalian bersedia jika kurekrut menjadi Pasukan Khusus Kerajaan Elysium? Kerajaan Elysium sedang membutuhkan kekuatan besar dalam menghadapi peperangan. Aku akan memberi upah yang sangat tinggi!" Tanya Ratu.
"Terima kasih atas tawarannya, Yang Mulia. Tapi, saya harus menolaknya. Karena saya ingin menikmati kehidupan yang bebas tanpa ada yang mengatur saya harus melakukan ini dan itu." Jawab Arka dengan nada yang lumayan santai.
"Begitu... Baiklah jika itu jawabannya. Semoga kita dapat bekerjasama lagi di masa yang akan datang dan tetap menjalin hubungan baik. Kalau begitu, aku undur diri dulu." Ucap Ratu Marca sembari meninggalkan Ruang Singgasana.
"Kami akan menantikan masa itu, Yang Mulia." Balas Arka.
***
Urusan dengan Kerajaan Elysium sudah selesai. Kami langsung mencari buku tentang monster-monster yang dapat digunakan sebagai material senjata. Ya, aku ingin membuatkan Syla senjata terkuat yang bisa digunakan dengan kekuatan penuh Syla.
Selain itu, ada hal lain yang ingin kulakukan menggunakan senjata yang akan kubuat untuk Syla ini. Hal apakah itu? Nanti saja di akhir-akhir cerita akan kuberi tahu kalian. MC juga boleh punya rahasia, bukan? Ufufufu~
Syla adalah seorang Putri Pertama Kerajaan Acresta, bangsa Dark Elf. Bisa dikatakan bahwa dia adalah Crown Princess (Putri Mahkota). Dialah calon penerus Raja Rubion untuk memimpin para bangsa Dark Elf di Kerajaan Acresta.
Oleh karena itu, dari kecil Syla sudah mendapatkan pendidikan khusus untuk mempersiapkannya menjadi seorang ratu kelak. Selain ilmu diplomasi, ilmu administrasi, dan ilmu umum lainnya, Syla juga telah dididik untuk menjadi petarung yang handal.
Disamping dasar pendidikan ilmu pengetahuan yang kuat, Syla juga dididik ilmu bela diri dan magic. Karena itu, semenjak pertama kali aku bertemu dengan Syla, dia sudah mahir memanah dan bermain dagger (belati). Selain itu, dia juga sudah menguasai semua skill magic tingkat bawah dari seluruh elemen selain dark dan light.
Sekarang, kemampuannya sudah meningkat drastis dalam segala hal setelah mendapatkan tambahan status yang sangat besar dari dua Blessing yang kumiliki. Dark Alliance dan Dark Vassal. Oleh karena itu, senjatanya sekarang sudah tidak mampu lagi untuk menjadi perantara magic yang digunakannya dengan kekuatan penuh.
Untuk itu, aku harus mencari informasi yang bermanfaat dalam pencarian material-material pembuatan bow dan dagger untuk Syla. Dan informasi-informasi tersebut seharusnya sudah dituliskan di dalam sebuah buku.
Dari informasi yang kudapatkan, ada sebuah buku yang berisi tentang semua informasi yang pernah tercatat terkait monster-monster dari kelas B sampai F yang ada di dunia ini. Buku itu bernama 'Monster Record'.
Setelah seharian berkeliling ke semua toko buku dan perpustakaan Kota Syndas, akhirnya aku menemukan buku kitab monster tersebut. Harganya memang mahal, tapi aku kaya raya. Orang kaya bebas berfoya-foya. Orang miskin ya hanya bisa menghujat dan bersabar.
Dari buku itu, aku menemukan bahwa monster-monster yang memiliki material penting untuk pembuatan bow dan dagger Syla adalah 5 monster kelas B terkuat. Dan 5 monster itu adalah...
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terima kasih sudah membaca! Silahkan vote dan komentar...
Nama penting di chapter ini :
- Monster Record