Haaaaiii! Ayo ayo di-vote dan komentarin dulu yaaa!
WOOY!!! VOTE WOY! BACA DOANG KAGA VOTE!!! NGGAK TAU DIRI LU!!!
Kak, sabar, Kak...
Selamat membaca teman-teman!
_______________________________________
*BYAAAASSSSSSSSSHHH*
Yang terlihat seperti ombak besar dan cepat itu, tiba-tiba terpecah, dan seekor monster besar keluar dari dalam air. Melompat tinggi menuju daratan, bagaikan naga yang sedang terbang melintas.
Monster raksasa itu mendarat di area parkirnya kereta kuda. Dia langsung memakan orang-orang yang ada di sana. Kuda-kuda juga dimakaninya. Sambil menghancurkan seluruh kereta kuda yang ada di sana.
Tiga orang Pelatih yang memiliki kekuatan magic lumayan tinggi, langsung berlari dari dekat pantai menuju monster raksasa itu berada.
Tapi, apalah daya mereka? Sekuat apapun Support Mage, jika tidak ada Tank dan DPS yang kuat, tidak akan ada artinya. Apalagi, monster ini bukan monster biasa. Dari ukurannya saja, sudah bisa ditebak kalau monster ini merupakan monster kelas C, kalau bukan kelas B.
Berwujud menyerupai ikan terbang yang memiliki sayap terbuat dari selaput tipis, namun memiliki sepasang lengan. Bagian bawah tubuhnya hanya berbentuk sirip ekor ikan. Dia bergerak di daratan menggunakan lengannya. Seluruh tubuhnya ditutupi sisik sekeras baja.
Para Pengawal yang hadir, langsung mengambil posisi. Pengawal yang dikirim oleh para Bangsawan untuk menjaga anak-anak mereka, memang merupakan petarung hebat yang dimiliki oleh masing-masing Bangsawan.
Tapi, sekuat-kuatnya petarung yang dimiliki oleh seorang Bangsawan, paling hanya memiliki kekuatan tempur setara Petualang Plat Silver saja. Mentok-mentok setara Plat Gold junior.
Hanya keluarga royal yang bersedia membayar Petualang Plat Gold senior atau Diamond untuk pengawalan selama kegiatan yang seharusnya tidak memiliki resiko bahaya seperti ini. Bagaimana bisa? Kegiatan training magic yang diadakan tahunan dan sudah berjalan belasan tahun ini, yang sudah dipastikan keamanannya oleh panitia, tiba-tiba menjadi seperti ini situasinya.
"Expert Agi Up!"
"Expert Str Up!"
"Castle of Refuge!"
"Brave Heart!"
"Expert Vit Up!"
"Magic Shell!"
"Expert Int Up!"
"Amplify Damage!"
"Spiked Armor!"
"Expert Dex Up!
"Angel's Embrace!"
"Magic Barrier!"
Semua Pelatih dan Peserta Training memberikan magic support kepada para Pengawal yang sudah mengambil posisi untuk menyerang monster raksasa itu. Setelah menerima semua buff yang diberikan kepada mereka, serangan dari para Pengawal pun dimulai.
"Wave Strike!"
"Thunder Javelin!"
"Thunder Bolt!"
"Comet Cannon!"
"Wave Strike!"
Segala jenis serangan jarak jauh mereka pun ditembakkan. Proyektil magic yang mereka lepaskan, meluncur tepat menuju kepala Sang Monster. Namun, alangkah terkejutnya mereka ketika monster tersebut menepis semua serangan hanya dengan kibasan lengannya, semudah menepis tetesan-tetesan hujan.
*Whooooooossssssss*
Lengan sang monster berayun dengan sangat cepat, menghasilkan dorongan angin yang kencang.
Seketika, serangan mereka menjadi ledakan-ledakan yang cukup besar, namun sama sekali tidak melukai monster itu. Setelah menepis semua serangan para pengawal, dimulailah serangan balasan dari Sang Monster.
*Whuuuuttt*
*Debuummm*
Dia mengangkat kedua lengannya ke atas, lalu menghantam tanah di depannya dengan sangat kuat. Pada saat terjadi kontak antara lengan monster itu dengan tanah, terlihat energi magic menyebar ke sekeliling monster tersebut. Gelombang dari energi magic-nya yang menyebar ke sekitar itu terasa seperti hembusan angin yang kencang.
*Gebuuuurrrrrrrrrrrrrr*
Sesaat setelah itu, lempengan tanah di sekitarnya tiba-tiba retak dan pecah, bagaikan gempa bumi lokal. Semua Pengawal dan Pelatih yang berada dekat dengan monster itu, banyak yang tertimbun. Adapun yang selamat dari timbunan pecahan lempengan tanah tersebut, mengalami luka parah karena benturan tanah yang begitu luas, kuat, dan cepat, tak dapat mereka hindari.
Yang tersisa kini hanyalah para Peserta training dan Petualang Plat Iron yang berada di area yang tidak dekat seperti para Pelatih dan Pengawal dengan monster itu. Dan, masih ada 3 orang pengawal yang dari awal tidak ikut bertarung. Mereka bertiga hanya berdiri meneduh di bawah salah satu pohon yang agak jauh dari area pecahan lempeng tanah, hanya melihat dan memperhatikan yang sedang terjadi.
***
"Gawat... Ini gawat..."
Aku sangat takut. Aku tidak pernah berlatih melawan monster sebesar ini sebelumnya. Monster itu, mengalahkan dan melumpuhkan seluruh Pengawal dan Pelatih yang ada di dekatnya hanya dengan menggunakan satu serangan saja.
"Tuan Putri! Lariii! Pergi dari situ!!!"
Aku mendengar Korby berteriak menyuruhku untuk lari dan pergi dari sini. Dia sudah berada jauh di belakangku, menyelamatkan diri. Para Peserta training lainnya, sepertinya juga sudah berlari menjauh dari monster raksasa ini.
Tapi, aku... Aku terlalu ketakutan... Lututku terasa goyah! Otot-otot betis dan pahaku lemas! Jangankan untuk berlari, menggeser pijakan kakiku saja rasanya berat sekali.
"Aa- aaa- aaa- aa-"
Aku berusaha untuk berteriak. Aku berusaha sekuat hati untuk dapat berteriak. Tapi percuma. Pita suaraku dan paru-paruku sudah hampir tak bisa berfungsi. Aku hanya mengeluarkan suara kecil dan bergetar, itupun terbata.
*Dumm srreekk dumm ssrreek dumm ssrrekk*
Monster raksasa ini mulai bergerak ke arahku. Dia bergerak menggunakan tangannya, lalu menyeret bagian bawah tubuhnya. Dentuman langkahnya membuat lututku terasa semakin goyah. Suara dari tubuh raksasa yang diseret semakin mendekatiku, meningkatkan rasa takutku dan membuat gigiku saling bergemertak.
"KRRRRAAAAAAAAAAHHHHH !!!"
Monster raksasa itu mengaum keras sekali. Auman yang memekakkan telingaku. Gendang telingaku nyeri, serasa mau terkoyak oleh getaran suara yang terlalu menyakitkan ini.
Seseorang...
Tolong aku...
Selamatkan aku...
Lindungi aku...
Aku takut jika sendiri...
Tanpa mempedulikan yang kurasakan, monster itu terus maju mendekatiku dengan cepat.
"To..."
Monster itu sudah berada tepat di hadapanku. Aku, masih terdiam membeku di tempat yang sama. Aku tak sanggup untuk berlari.
"To...long......."
Dia membuka rahangnya lebar-lebar, mulai menggerakkan lehernya untuk menerkamku. Dengan seluruh udara yang masih tersisa di dalam paru, dengan segenap kekuatan yang masih tertinggal di hati, aku berteriak sekuatnya...
"TOLOOOOOOOOOONG !!!"
"KRRRAAAAAAAAAHHHH !!!"
*Sssssssssssshhhhhiink*
***
"Lah? Itu kok bisa ada monster gede tiba-tiba dateng ke tempat yang rame dan terbuka gini, ya?" Tanyaku kepada Ren dan Syla.
"Aku juga kaget sih, Ar. Padahal, ini termasuk tempat yang aman, kan? Makanya dijadiin lokasi training, kan?" Bukannya menjawab pertanyaanku, Syla malah balik bertanya padaku.
"Arka, itu seharusnya monster kelas D, Guptera. Tapi ukurannya sudah jauh lebih besar dari seharusnya. Normalnya, Guptera paling besar hanya sepanjang 10 meter. Tapi yang ini sudah lebih dari 20 meter. Bisa dibilang, monster ini telah berevolusi dan masuk ke golongan monster kelas C sekarang." Ren menjelaskan informasi tentang monster itu kepadaku.
"Hmm... Ikan Ind*siar ini bisa berevolusi, ya?"
"Seharusnya nggak bisa. Ini... Aneh." Jawab Ren.
"Ar, Ind*siar itu apa?" Tanya Syla, tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.
"Itu salah satu saluran T-- ah nggak usah dipikirin. Nanti kamu malah tambah bingung, Syl."
"Lagi-lagi..." Respon Syla atas jawabanku.
"Arka, kereta kudanya dihancurkan semua!" Ren memperingatkan aku.
"Biarin. Bukan kerjaan kita buat ngelindungin kereta kuda." Jawabku santai.
"Ar, itu Guptera mulai nyerang tuh. Bahaya. Dragon Thun-" Perkataan Syla kupotong karena dia akan mengeluarkan magic untuk instakill monster itu.
"-Stop, Syl! Jangan dibantu dulu! Kayaknya ini momen yang bagus..."
"Arka punya rencana lain? Apa rencana Arka?" Ren bertanya kepadaku.
"Simple-nya, aku akan menjadi Sang Pangeran Berkuda yang datang menyelamatkan si Liv. Hehehe... Darkness Sense, Darkness Enhancement."
"Hoo... Mau nambah harem dari kalangan royal, Ar? Nggak cukup 1 Putri Raja aja ya? Hihihi..." Pertanyaan Syla terdengar seperti memiliki makna yang lebih dalam dari yang terdengar.
"Bukan, bukan itu. Liat aja nanti."
Serangan Guptera lumayan cepat dan meng-cover area yang luas. Pengawal dan Pelatih yang ada di sana, tidak bisa menghindari serangan itu. Mereka... KO.
Semua Petualang Plat Iron dan Peserta training langsung berlari terbirit-birit untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing. Tapi, ada seorang gadis yang tidak bergerak. Dia diam membatu di tempatnya berdiri.
Liviara.
Sepertinya, ini akan menjadi lebih cepat dari prediksiku...
Ya... Ya... Sebentar lagi semuanya selesai... Ayo... Ayo, Liv...
"Serius bener, Say?" Syla mengganggu konsentrasiku.
"Husss ah berisik. Lagi seru nih!"
Ayo... Ayo Liviara! Ucapkan itu! Ucapkan segera! Sebuah kata itu, kata yang menyadarkanmu bahwa kamu hanyalah manusia biasa! Kata yang meruntuhkan semua dinding pemisah yang telah kau bangun selama ini! Sebuah kata, yang menunjukkan betapa lemahnya dirimu jika hanya sendiri! Ucapkan, Liv!
Aku masih mengaktifkan Darkness Sense, mengawasinya sambil menunggu dia mengucapkan kata itu.
"To..."
Ayo, sedikit lagi! Ucapkanlah dan aku akan membunuh monster itu dalam sekejap saja!
"To.....long...."
Belum! Masih kurang jelas. Kamu belum mengucapkannya dengan segenap perasaan di dalam hatimu! Ayo, Liviara! Berjuanglah!
"TOLOOOOOOOOONG !!!"
YEEEESSSSS... Aku datang!
*Dhuffffffff*
*Ssssssshhhhhhhhhiink*
Dengan kecepatan maksimal yang kumiliki, aku sudah berada di depan Guptera dan menebaskan Kuroshi dari bagian tengah wajahnya hingga ujung sirip ekornya.
Setelah Guptera tersebut terbelah dua dan mati, aku membalikkan badanku menghadap Liv. Liv masih berdiri mematung dengan mata terbelalak lebar.
"Liv, akhirnya kamu ngucapin kata itu."
"Hiks... Hiks hiks... Huuuuuaaaaaa!"
Liv langsung menangis ketika melihat aku datang dan menyelamatkannya di saat genting. Di saat dia sedang mengintip gerbang kematian.
"Sekarang udah nggak apa-apa kok, tenang aja."
"Hiks... Jahat... Kamu jahat! Hiks... Kenapa tidak menolongku aku dari tadi! Jahaat! Huaaaaa! Kamu jahaaat!"
Liv menangis sambil memukul-mukul dadaku sekuat tenaganya. Tentu saja aku tidak bergeming menerima pukulan seperti itu.
Ngomong-ngomong, kenapa dia malah marah kepadaku? Bukannya aku sudah menyelamatkan nyawanya? Malah dia menyalahkanku karena aku tidak menolongnya dari awal...
Tapi, setelah Liv kelelahan memukul badanku, dia menyandarkan kepalanya di dadaku. Masih menangis kuat.
"Huuuaaaaaaaa! Huhuuuuuu! Jangan tinggalkan aku sendirian! Aku takuuut! Huhuhuuuuu!"
"Aku minta maaf. Aku terpaksa ngelakuin itu karena aku pengen kamu sendiri bisa ngeliat apa isi hati kamu yang sesungguhnya. Dan aku pengen supaya kamu bisa ngungkapin perasaan kamu dengan jujur. Dan kayaknya aku berhasil."
"Tapi itu jahat! Aku hampir matiii! Huhuuuuuu... Aku tidak mau seperti ini lagiii! Kamu harus selalu menjagaku! Aku tidak suka sendirian! Aku tidak mau ketakutan seperti tadi lagiiii! Huuuuaaaaaa...."
"Aku janji, mulai sekarang aku bakal jagain kamu dan nggak akan ninggalin kamu sendirian lagi, kecuali di kamar mandi, dan aku nggak bakal membiarkan kamu ketakutan lagi, sampai misiku selesai. Tapi..."
"Huhuuu... Kenapa mesti pakai tapi... Lakukan saja seperti yang aku minta... Huhuhuuu..."
"Nggak bisa. Aku nggak akan mematuhimu. Aku cuman akan ngelakuin itu semua, asalkan aku dapat timbal balik yang setimpal."
"Huuuuhuuu... Ya sudah! Apa tapinya! Huuuu..."
"Gampang aja. Mulai sekarang, kamu harus mau ngungkapkan semua yang kamu rasain di hatimu sama kami semua, dengan jujur, tanpa marah-marah, dan sebagai teman. Bukan sebagai Sang Putri Raja."
"Hiks... Teman?"
"Ya, teman."
"Hiks hiks... I-iya..."
"Apa? Aku nggak denger!"
"Iiihhh jahaaat! Iya, iya, aku bilang iyaaa! Hiks hiks..."
"Bagus."
Lalu aku dekap tubuhnya, tanpa menggunakan sedikitpun tenaga. Dan aku terkejut ketika kedua tangannya malah memelukku erat. Lalu dia menangis kuat lagi untuk beberapa menit di dalam pelukanku.
Dadanya, kebanyakan busa. Isinya kopong.
"......Makasih..." Ucap Liv dengan suara yang sangat kecil.
"Apa?"
"Makasiiiihhh!!!"
"Haha... Ya, sama-sama."
"Ar, Ar... Sori banget nih ganggu. Tapi korban-korban yang pada luka parah itu mau diapain?" Syla bertanya padaku.
"Haisss... Biarin aja, Syl. Bukan misi kita itu. Kenal juga enggak."
Aku, Syla, dan Ren, bersama Liviara yang sudah berhenti menangis dan wajahnya sembab, memutuskan untuk pulang ke Kota Syndas. Kereta kuda yang kami naiki tadi sudah hancur. Jadi, aku memanggil Ruby via telepati.
'Mot, Cimot!'
'Iyaaa Arkaaa!'
'Masih ngerjain misi?'
'Baruuu aja selesai! Nih mau balik ke Kota...'
'Ya udah, jemput kami dulu, ya... Dari Kota Syndas, terbang lurus ke arah timur.'
'Loh, nggak pake Teleportation Gate aja, Ar?'
'Nggak, Mot. Mau ngasih hiburan buat Tuan Putri yang abis nangis.'
'Okaaaay! Cimot kesana, yaaa!'
'Makasih Cimot cantik!'
'Eheheheee...'
Tidak begitu lama, Cimot sudah tiba untuk menjemput kami. Kami berempat menaiki punggungnya Ruby. Di atasnya sudah ada Aesa, Cyane, dan seluruh anggota Lunar Eclipse yang baru saja menyelesaikan misi mereka.
"Tuan Putri kenapa? Kok kelihatannya lemas sekali? Terus... Kok dia bisa bersandar di kamu? Habis kamu apain?" Grista bertanya kepada Liv, lalu dua pertanyaan terakhirnya hanya berbisik kepadaku.
"Udah ntar aja, Gris."
"Oh, baiklah..." Kata Grista.
"Ayo, malam ini kita nongkrong-nongkrong!" Syla mengalihkan pembicaraan.
"Tapi jangan minum minuman keras, ya..." Kata Ren.
"Oh, iya... Ada anak di bawah umur, ya..." Ucap Syla.
"Bukan Syl. Tapi karena kamu culun. Minum dikit langsung ambruk. Nanti aku lagi yang gendong."
"Kalau Tuan Arka yang mabuk, biar hamba yang gendong Tuan Arkaaa!" Teriak Cyane sambil mengangkat sebelah kepalan tangannya ke udara, penuh ambisi.
"Heh, ikan asin berlendir ampas sayur kol selangkangan kudanil! Inget nggak terakhir kali kita minum-minum, siapa yang menggelepar-gelepar di lantai ngejilatin jempol kakiku?"
"Aahhhh~ sungguh nostalgia bersama Tuan Arka~"
"Ayooo! Kita lomba banyak-banyakan minum!" Fiana, berteriak ceria.
"Hah! Fiana, kali ini aku akan menang!" Garen menyahut.
"Hey Garen si titit letoy! Masih terlalu cepat 1.000 tahun bagimu untuk mengalahkanku!" Balas Fiana.
"A-Aesa minum jus jeruk aja, yah..."
"Liv, kamu mau ikut apa mau tidur aja?"
"... Tidur."
"Lukas, jagain Liv di Kamar Tamu Istana, ya!"
"Hm." Lukas mengangguk.
"Okeee... Malam ini, KITA PARTYYY !!!"
"GRRROOOAAAAAARRRRRR !!!"
"""YAAAAAAY !!!"""
Demikian kegiatan hari ini. Pelajaran pertama bagi Liviara, sukses. Besok, langsung masuk ke pelajaran kedua. Sesi curhat dan kepo.
Aku tidak mau menemani Liv untuk malam ini. Aku akan memberikan dia waktu agar bisa merenungkan kata-kataku tadi, sendiri. Entah tindakanku ini benar atau salah, aku tidak tahu. Aku hanya ingin nongki-nongki melepas stresku karena sudah beberapa hari ini dipusingkan oleh urusan terhadap Liv.
Aaaaaaaa! Aku tidak ingin memiliki anak perempuaaan! Aku bisa gilaaaaa!
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Yeee! Makasi yaaa! Ayo ayo yang belum vote, itu tuuuh tombolnya di bawah!
Untuk Pembaca yang lupa dengan nama lengkap karakter-karakter penting...
1. Arkanava Kardia
2. Sylaria Wyndia Acresta
3. Renia Misha
4. Ruby Cimot
5. Aesa Aelum
6. Cyane
7. Garen Vaar
8. Grista Anari
9. Fiana Erisi
10. Lukas Reily
11. Liviara Shirfa Balvara
12. Fazar Ananta
13. Arthos Grein Balvara
14. Marca Ergini Elysium