Halo Pembaca! Vote dan komentar, ya... Jangan pelit-pelit, tombolnya ada di bawah hehe...
SEMOGA KITA SEMUA TERHINDAR DARI CORONA!
Mohon doakan saya dan semua tim medis yang sedang berjuang melawan Coronavirus ini agar kami semua tetap sehat.
Selamat membaca!
_______________________________________
"Kami menginginkan rekomendasi dari Yang Mulia agar kami bisa mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat Petualang tanpa harus menyelesaikan 20 Misi Plat Gold. Dan kami juga menginginkan uang sebanyak yang menurut Yang Mulia sendiri merupakan jumlah yang pantas atas jasa kami menyelamatkan nyawa Tuan Putri." Jawab Arka dengan senyum yang bisa diinterpretasikan menjadi bermacam-macam makna.
"Hmm... Permintaan seperti ini yang cukup menyulitkan. Terkait rekomendasi, tidak masalah. Tapi memberi uang dengan jumlah yang pantas, ini yang sulit hahaha..." Kata Raja Arthos.
"Tentunya Yang Mulia tidak akan menilai nyawa Tuan Putri dengan begitu rendah, bukan?"
"Ya. Itulah poin tersulitnya... Baiklah. Nanti akan ada orang yang akan datang memberikan uang kepada kalian. Untuk malam ini, bagaimana kalau menginap di istana dahulu? Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan nanti malam."
"Terima kasih, Yang Mulia. Kami akan dengan senang hati menerima tawaran Yang Mulia." Jawab Arka sambil sedikit membungkuk.
"Baiklah. Sepertinya kalian sudah lelah, silahkan beristirahat dahulu. Pelayan, antarkan tamu kita ke kamar tamu VIP." Perintah Raja.
Kami diantar menuju sebuah bangunan terpisah yang berada di samping istana, melalui jalan setapak yang sudah dilapisi marmer dan diberi kanopi yang menghubungkan istana dengan bangunan kamar-kamar tamu ini.
Kami diberikan sebuah kamar tamu yang katanya adalah kamar tamu VIP. Kamarnya sangat luas, seperti penthouse. Dan, ada bak mandi yang sangat besar. Mungkin, kami semua bisa mandi bersama di dalam bak mandi itu. Tapi, aku tidak akan melakukan itu. Ya, itu adalah tindakan asusila. Aku tidak akan...
"Yuuuk! Kita mandi bareng semuanyaaa!" Syla mengajak kami semua mandi.
"Aku, nggak. Kalian aja duluan sana. Aku ada urusan benta--"
"Aaaaahhh... Nggak ada cerita! Ayo masukkk!" Syla tidak memberikanku kesempatan untuk beralasan, langsung menarikku ke kamar mandi.
"Yuhuuu! Mandi sama-sama semuanyaaa! Seruuuu!" Ruby juga kelihatan bahagia.
"Hihihi... Apa yang akan terjadi di kamar mandi, yaa... Aku penasaran!" Ucap Ren dengan wajah sedikit nakal.
"Hahh... Hahh... Mandi dengan Tuan Arka... Aku... Aku gosok punggungnya ya Tuan Arka... Hahh... Hahhh..." Cyane berbicara sendiri sambil menarikku.
"Ja-jangan paksa aku... Ahhh! Aaaaaah~" Aku berusaha menolak, tapi tidak dengan sekuat tenaga.
Pastilah aku menolaknya. Karena ini asusila. Aku tidak boleh melakukan asusila. Tapi... Apa boleh buat... Mereka berempat memaksaku yang hanya sendirian dan tak berdaya. Aku juga tidak ingin terlalu melawan karena bisa beresiko mencederai mereka.
"K-K-Kak Arka... Mandi bareng... Ta-tapi aku... Ma-ma-maluuu..."
"Aesa nggak usah malu... Persiapan, kan katanya Aesa calon istrinya Arka... Hehehe..." Kata Syla sambil menarik tangan Aesa.
"Iya, Aesa... Biar nggak malu-malu lagi kalau sama Arka..." Ren menambahkan, sambil menarik tangan Aesa yang satu lagi.
Mereka berdua... Mau merusak keluguan anak gadis yang masih polos ini? Mereka... Mereka ini... Memang setan berbulu domba.
"Ng-nggak... A-aku malu, Kak Syla, Kak Ren! Kyaaaaa~"
Tapi mereka sama sekali tidak mempedulikan penolakan dari Aesa. Akhirnya, kami mandi berenam.
Dan... Di dalam kamar mandi mewah itu, terjadi banyak hal. Dari mulai bercanda dan tertawa bersama, sampai hal yang aku tidak inginkan. Ya, hal yang berbau asusila itu. Bukan hanya berbau asusila, tapi juga berasa asusila dan melelahkan seperti asusila.
Aesa yang tidak kuat melihat keasusilaan yang terjadi, langsung buru-buru pergi keluar dengan wajah memerah setelah ia selesai mandi.
Dan setelah beberapa jam menghadapi pengeroyokan, penyiksaan, dan penganiayaan seksual terhadapku oleh 4 orang wanita buas ini, akhirnya kami keluar dari kamar mandi setelah membilas ulang seluruh tubuh kami yang dipenuhi dengan nista.
A/N: Scene di atas saya tulis di next chapter, ya... Tapi, tidak bisa segera update.
Sisa hari di area istana itu kami habiskan dengan bersantai dan menikmati suasana yang damai. Untuk makan malam, kami diundang makan malam bersama Raja Arthos. Tadi juga dia sempat mengatakan bahwa ada yang ingin dibicarakannya dengan kami.
***
Dark Edge sudah berada di ruang makan kerajaan, menunggu kehadiran Sang Raja. Mereka hanya memakai pakaian yang dulu pernah mereka beli untuk acara makan bersama Walikota Dranz. Gembel-gembel itu terlalu malas untuk pergi membeli pakaian formal lainnya.
Bahkan, Aesa dan Cyane hanya memakai pakaian tempur mereka. Aesa memang tidak memiliki banyak uang sebelumnya untuk bisa membeli pakaian lucu-lucu. Dan Cyane, jangankan uang, pakaian saja harus mengenakan hasil ciptaan Arka menggunakan Darkness Creation. Tapi yang namanya Arka, dia hanya mampu mendesain pakaian polosan yang terlihat murahan.
"Sampe kapan mau menghina, hah? Author brengsek!?"
"Ar, dari dulu aku penasaran. Siapa sih Author itu?" Tanya Syla yang duduk di sampingku.
"Dia manusia brengsek sampah masyarakat yang nggak perlu kamu tau, Syl."
"Arka, jangan berisik, malu." Ren yang juga duduk di sampingku, mengingatkan.
"Ehh... I-iya, Ren..."
Tak lama kemudian...
"Yang Mulia Raja Arthos Grein Balvara telah hadir!"
Raja Arthos memasuki ruang makan. Komandan Pasukan Royal Elite, Jorgas, juga ikut di belakang Sang Raja. Mereka berdua hanya mengenakan pakaian yang tampak lebih ringan daripada pakaian keseharian mereka. Serentak Arka dan lainnya berdiri dan menunduk memberi penghormatan kepada Sang Raja.
"Silahkan duduk. Tidak usah terlalu formal."
"""Terima kasih, Yang Mulia.""" Jawab mereka serentak.
Makan malam berjalan dengan santai. Obrolan yang diselingi bercandaan ringan dari Raja Arthos terasa mengalir begitu saja. Suasananya jauh dari kata 'kaku'. Raja Arthos sangat ramah kepada mereka. Bahkan, Jogras pun sering ikut bercanda.
Ruby makan daging dengan rakus sambil berteriak "Enak! Enak!" tanpa memperhatikan sopan santun. Tapi Sang Raja hanya tertawa melihatnya. Mungkin, karena sekilas Ruby terlihat seperti anak-anak dari wajahnya yang baby-face, jadi beliau mengerti. Ya, kalau dari usia, mungkin Ruby masih bisa dikatakan bayi.
Mulai dari makanan pembuka, makanan utama, hingga makanan penutup dilalui dengan obrolan santai seperti sedang mengobrol dengan keluarga sendiri.
Kemudian, setelah selesai makan...
"Baiklah, makan malam sudah selesai, waktunya obrolan serius. Semua pelayan dan pengawal, tinggalkan ruangan ini." Ucap Raja Arthos.
"""Baik, Yang Mulia.""" Jawab semua Maid dan Butler.
"""Laksanakan!""" Jawab semua pengawal.
Lalu mereka segera bergegas keluar meninggalkan ruang makan. Dan semua pintu pun ditutup.
"Cukup basa-basinya. Sekarang, aku akan membicarakan tentang beberapa hal kepada Dark Edge."
"Silahkan, Yang Mulia." Jawab Arka mewakili yang lainnya.
"Pertama, ini terkait serangan ratusan ribu Demihuman sekitar dua bulan yang lalu... Aku menerima laporan bahwa ada sekelompok orang yang bertopeng dan memakai pakaian serba hitam, yang mampu menahan dan memaksa para Demihuman untuk mundur. Di dalam laporan tersebut, sama sekali tidak disebutkan identitas mereka."
Raja Arthos berhenti sebentar untuk meminum wine miliknya, lalu melanjutkan pembicaraan.
"Dan kemarin, kalian dapat menaklukkan seekor Manticore dengan mudah tanpa ada gores sedikitpun. Padahal, dari info yang kudapatkan, bahkan sekelompok Petualang Plat Diamond juga tidak akan bisa mengalahkannya tanpa terluka. Kemudian, ini dari analisaku dan perasaanku saja, tapi, apakah kalian adalah party yang sama dengan yang ada di dua kejadian tersebut?"
Dark Edge hanya bisa diam. Arka juga diam. Arka berpikir keras, apakah dia harus jujur atau tetap pada kebohongannya? Arka menatap Jogras seakan bertanya 'apakah kau yang memberitahunya?'. Dan Jogras merespon dengan sedikit menggelengkan kepalanya.
Arka kembali berpikir, apa untungnya jika dia berbohong? Apa ruginya jika dia jujur? Lagipula, Arka bukan orang yang cerdas. Bodoh, malah. Dia bingung harus menjawab apa.
"Dari respon yang terlihat, kuanggap jawabannya adalah ya." Ujar Raja Arthos tanpa menunggu jawaban dari Arka yang sudah beberapa detik hening.
"... Benar, Yang Mulia. Tapi, kami mohon untuk merahasiakan informasi ini dari semua orang di luar ruangan ini." Jawab Arka, memahami bahwa sudah tak ada artinya lagi berbohong jika sudah seperti ini.
"Hm. Dan kuanggap, Jogras juga sudah tahu ini, tapi tetap tidak mencantumkannya di dalam laporan karena kalian memintanya untuk merahasiakan ini juga, benar?"
Raja Arthos, dengan mudah melakukan deduksi dari beberapa informasi yang didapatnya. Dan dia hanya mengucapkan sebuah pertanyaan retorika untuk dikonfirmasi oleh Jogras.
"Ma-maafkan hamba karena tidak mencantumkannya di laporan. Yang Mulia benar." Jawab Jogras dengan ekspresi takut.
"Tidak masalah, Jogras. Aku paham situasinya. Dan sepertinya aku juga paham alasan kenapa kalian merahasiakan ini. Oleh karena itu, aku juga akan merahasiakannya. Baiklah, kuanggap hal ini sudah jelas. Hal berikutnya, aku memiliki dua buah permintaan khusus kepada Dark Edge."
Yak... Jadilah rahasia umum. Ah sudahlah. Hajar saja.
"Selama kami mampu melakukannya dan memiliki imbalan yang sepadan bagi kami, kami akan mempertimbangkannya, Yang Mulia. Bagaimanapun, kami adalah Petualang."
"Hahaha... Ya... Ya... Aku mengerti... Yang pertama, terkait masalah Perampok di perbatasan Kerajaan Balvara dan Kerajaan Elysium. Kerajaan Elysium sudah memulai tindakan keras dengan mengirim ribuan pasukan untuk meringkus mereka dan masih berlangsung hingga saat ini. Sedangkan Kerajaan Balvara, kami masih kekurangan potensi militer karena banyak yang ditugaskan untuk menjaga kota dan desa yang berada dekat dengan Hutan Zurg dan Hutan Goturg. Akhir-akhir ini frekuensi serangan monster dari hutan-hutan tersebut telah meningkat drastis."
Raja kembali meminum wine yang masih tersisa di gelasnya, lalu melanjutkan lagi.
"Oleh karena itu, kami membutuhkan bantuan dari Petualang yang dapat dipercaya untuk membantu Kerajaan Elysium dalam masalah ini, di bawah bendera Kerajaan Balvara. Tentunya, upah yang kami tawarkan tidak akan mengecewakan. Dan dari hasil penilaianku, pasti kalian mampu. Bukan begitu, Arkanava?"
"...... Baik Yang Mulia, kami terima pekerjaan ini." Jawab Arka setelah hening cukup lama.
"Bagus sekali... Untuk informasi terakhir yang sudah kami kumpulkan, terdeteksi adanya aktivitas abnormal dari orang-orang yang mencurigakan di sekitar Hutan Goturg. Tapi kami belum dapat menentukan lokasi pastinya, karena sangat sulit untuk melacak keberadaan mereka. Kalian bisa memulai pencarian dari sana."
"Baik, Yang Mulia. Lalu, yang kedua?"
"Yang kedua, ini terkait dengan anugerah penglihatan di masa depan yang diterima oleh seorang Royal Sage. Baru-baru ini, didapatkan visi bahwa dalam waktu sekitar 10 tahun, akan terjadi bencana yang menelan banyak korban di pihak manusia. Hal tersebut dikarenakan oleh Kebangkitan Sang Kegelapan Sejati yang akan memimpin seluruh Demihuman dan monster-monster menuju perang besar. Untuk menghadapi ini, Kerajaan Balvara akan mempersiapkan tempat pelatihan khusus bagi petarung-petarung yang berbakat untuk memimpin umat manusia menuju kemenangan."
Wah... Ini... Aku? Atau bukan? .asih terlalu banyak misteri yang belum kuketahui.
"Apa yang dapat kami lakukan untuk itu, Yang Mulia?" Tanya Arka.
"Aku berharap Dark Edge bersedia menjadi pengajar dan pelatih di Akademi Ksatria Balvara yang akan kami buat. Pembuatan struktur dan infrastrukturnya sedang berjalan. Dalam waktu sekitar 5 atau 6 bulan, akan sudah mulai beroperasi."
"...... Untuk masalah ini, hamba mohon agar Yang Mulia memberikan kami waktu untuk mempertimbangkannya. Karena ini bukan hal yang bisa kami putuskan saat ini juga." Kata Arka setelah berpikir lama.
"Baiklah kalau begitu. Masih ada waktu beberapa bulan untuk kalian semua memutuskannya. Tapi asal kalian tahu, harapanku sangat besar agar kalian ikut serta dalam program ini."
"Mungkin, Yang Mulia terlalu tinggi dalam menilai kami. Kami sendiri masih butuh banyak pengalaman lagi agar kami layak menjadi pengajar dan pelatih di Akademi Ksatria Balvara ini. Dan ada kemungkinan bahwa kami akan butuh waktu yang lebih dari waktu pembangunan akademi itu sendiri."
"Tidak perlu merendah. Aku dapat mengetahui kemampuan yang sangat tinggi dari masing-masing kalian, setelah mendapatkan beberapa informasi tentang semua yang telah kalian lakukan selama ini. Termasuk ketika kalian menyelamatkan putriku."
"Terima kasih atas pujiannya, Yang Mulia."
"Baiklah. Itu saja yang ingin aku sampaikan dan tanyakan. Besok siang, aku sudah mengatur jadwal Ujian Kenaikan Tingkat Petualang kalian. Guild akan mengadakannya secara tertutup khusus untuk kalian. Kalian bisa mengikutinya tanpa harus menyelesaikan 20 Misi Plat Gold. Tapi, untuk bisa lulus, kalian harus berjuang sendiri. Dan uang hadiah karena telah menyelamatkan putriku akan dikirimkan besok pagi ke kamar kalian."
"""Terima kasih banyak, Yang Mulia Raja Arthos!""" Seluruh anggota Dark Edge mengucapkan terima kasih secara bersamaan tanpa ada aba-aba untuk mengucapkannya.
"Kalau begitu, aku duluan..."
Pembicaraan kami dengan Raja Arthos telah selesai. Tinggal kami dan Jogras yang masih berada di ruangan itu.
"Paman Jogras, beneran nggak ngasih tau Raja soal yang tadi?" Tanya Arka kepada Jogras.
"Sumpah! Aku tidak ada mengatakannya sedikitpun! Kau bisa membunuhku saat ini juga kalau aku berbohong!" Jawab Jogras dengan tatapan yang meyakinkan.
"Hmmm... Mengerikan sekali kemampuan deduksi dan analisa Raja Arthos." Gumam Arka.
"Itulah Yang Mulia Raja Arthos..."
"Yuk, kita balik juga. Aku capek."
"Iya, Arka..." Jawab Ren.
"Okay, Ar!" Jawab Syla.
"T-Tuan Arka capek? Hamba akan memijat Tuan Arka!" Cyane kumat.
"Nggak usah!"
"Kuhhh... Tuan Arka... Terdengar seksi sekaliiii~"
"Ruby mau mandi sama Arka lagiii!"
"Aku capek, Ruby..."
"A-A-Aesa mau tidur aja..."
Dan mereka pun tidur dengan damai di kamar tamu VIP. Tidak, mereka tidak ngeseks lagi.
***
Di Ruang Singgasana Raja...
"Panggilkan Jogras."
"Laksanakan, Yang Mulia."
Beberapa menit kemudian...
"Jogras hadir, Yang Mulia..."
"Pengawal, kalian semua keluar dari ruangan ini. Dan kamu, Jogras, karena yang bersangkutan sudah mengakuinya sendiri... Ceritakan semua yang kau ketahui tentang Arkanava dan Dark Edge. Tenang saja. Atas namaku, Raja Arthos Grein Balvara, aku bersumpah tidak ada orang lain yang akan mengetahui apapun tentang semua yang akan kau sampaikan ini."
"Ba-baik, Yang Mulia. Pertama, Arkanava Kardia, atau dipanggil Arka, terdaftar di Guild Petualang sebagai Magic Swordsman. Dia memiliki seekor Naga Merah dengan ukuran setara dengan Common Dragon."
"Naga? Dimana naga itu sekarang?"
"Hamba yakin Yang Mulia sudah melihatnya, walaupun wujudnya hanya seperti seorang gadis biasa. Dia adalah gadis yang memiliki rambut merah tadi."
"I-itu... Naga?"
"Benar, Yang Mulia."
"Lanjutkan."
"Dalam pertempuran akibat kesalahpahaman di gerbang barat dulu, Arka seorang diri mengalahkan 10 orang Petualang Plat Diamond dengan mudah, padahal saat itu dia masih merupakan seorang Petualang Plat Silver."
"Hebat sekali. Lanjut."
"Ada sebuah party yang katanya menjadi pengikut Arka. Bernama Lunar Eclipse. Beranggotakan 4 orang Petualang Plat Gold. Mereka juga memiliki kekuatan tempur yang sangat besar, walaupun tak dapat dibandingkan dengan Dark Edge."
"Berikan semua informasi tentang mereka kepadaku setelah ini. Lanjutkan."
"Waktu itu, Dark Edge bersama Lunar Eclipse, menghadapi serangan dari Demihuman di arah timur Kota Arvena dan berhasil mengusirnya dengan kekuatan mereka sendiri, tanpa ada bantuan dari tentara kita."
"Hm... Itu, luar biasa. Ada lagi?"
"Hamba belum memastikan kebenaran yang ini, tapi hamba mendapatkan informasi ini dari sahabat hamba, seorang Petualang Plat Diamond bernama Erazor, bahwa Dark Edge telah membunuh seluruh naga yang menyerang Kota Dranz dulu itu. Kemungkinan mereka mendapatkan peliharaan Naga Merah itu dari kejadian tersebut."
"Informasi yang bagus... Apa lagi?"
"Maaf, Yang Mulia. Hanya itu semua informasi yang hamba miliki tentang Dark Edge."
"Hm. Terima kasih atas informasi yang kau berikan, Jogras."
"Hamba tidak pantas mendapatkan pujian dari Yang Mulia untuk hal ini."
"Sudah, tidak usah merendah. Baiklah, silahkan kembali ke tempatmu, Jogras."
"Laksanakan, Yang Mulia."
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa vote dan komentar...
CHAPTER BERIKUTNYA ADALAH HENTAI. KHUSUS UNTUK PEMBACA BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS.
Nama penting di chapter ini :
- Kebangkitan Sang Kegelapan Sejati
- Akademi Ksatria Balvara