Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 53 - Chapter 20

Chapter 53 - Chapter 20

Yo! Vote dan komen ya gaes! Thanks!

_______________________________________

"Selamat pagi, Yang Mulia Jurizec. Saya ingin menyampaikan bahwa pria yang mengaku pangeran ini, telah berusaha mencelakai teman saya ketika kami sedang berada di atas kapal pesiar."

"Lard--! Apa yang kau lakukan terhadap putraku!?"

Teman? Aku hanya teman? Arka hanya menganggapku teman? Kuhh... Dadaku terasa sedikit nyeri mendengarnya...

"Saya menghajarnya. Tapi saya membiarkannya tetap hidup."

"Apa yang kau katakan!? Beraninya kau melakukan itu kepada putraku!"

"Yang Mulia... Seharusnya Yang Mulia berterimakasih kepada saya karena saya masih bisa menahan amarah dan tidak membunuhnya di waktu dan tempat itu juga."

"Pasukan!!! Tangkap dia!!!" Raja memerintahkan pasukannya, tanpa menghiraukan ucapan Arka sedikitpun.

"..."

"..."

"Y-Y-Yang M-Mulia..."

Dari semua pasukannya yang masih belum pingsan, hanya satu yang masih mampu berbicara. Pemimpin Royal Mage. Itupun sudah terlalu gemetar dan tidak dapat berbicara dengan jelas lagi.

"Kau! Tangkap dia!"

"Yang Mulia Jurizec. Percuma saja menyuruh mereka. Mereka sudah tak punya semangat juang lagi untuk melawanku. Lagipula, kedatangan kami hanya untuk menyampaikan hal ini. Kami sudah tidak ada urusan lagi."

"Kalian! Kenapa kalian hanya diam saja!? Tangkap dia!!!"

Sepertinya Arka sudah malas berbicara dengan orang itu. Sebentar lagi, dia pasti akan mengeluarkan skill untuk membungkam Raja itu. Membuatnya tertidur, atau memberinya rasa takut? Yang mana ya kira-kira...

"Devil's Glare..." Kata Arka berbisik pelan.

Ah... Ternyata dia mengeluarkan skill itu... Itu Arka-ku, Raja...

"H-hii..."

Wajah raja itu seketika berubah dari merah menyala karena marah menjadi pucat pasi karena ketakutan.

"Dengarkan aku, karena aku hanya akan mengatakan ini sekali saja. Aku tidak peduli dia siapa atau apa, jika dia menghina apalagi mencelakai wanitaku, akan kuhabisi dia."

"..."

Raja itu tak bisa berkata-kata. Efek fear yang diterimanya dari skill Devil's Glare telah memberikan teror yang tak tertahankan lagi baginya. Dia hanya mengangguk ketakutan.

"Baguslah. Kalau begitu, kami pergi."

Arka terlihat keren sekali ketika dia berbicara dengan Sang Raja. Dia tetap berbicara dengan sopan, tapi sangat mengintimidasi.. Aku semakin jatuh hati kepadanya. Masalah 'teman' tadi, dia juga sudah memperbaikinya menjadi 'wanitaku'. Hihihi... Aduh, aku tak bisa menahan senyum di wajahku!

Arka kembali menaiki punggung Ruby dan duduk bersama kami. Lalu Ruby pun mulai melebarkan sayapnya untuk kembali terbang. Tapi...

"GRRROOAAAAAARRRHHH !!!"

Sebelum terbang, sambil melebarkan sayapnya, Ruby kembali berteriak dengan kencang. Dragon Roar lagi. Ruby ini, memberikan salam perpisahan yang indah kepada mereka sebelum pergi meninggalkan tempat ini. Anak pintar... Hihi...

***

"Khuaaahhh! Hahh... D-dia... S-siapa dia!?"

Beberapa waktu setelah kepergian sekelompok orang berpakaian ketat serba hitam beserta naganya, semua orang di sana seperti terlepas dari curse yang menimbulkan rasa takut yang begitu menyesak. Dan Sang Raja pun mulai bisa bernafas lega dan berbicara.

"A-ampuni kami, Yang Mulia! Ka-kami tidak tahu!"

"Putraku! Cepat bawa dia ke ruang perawatan! Panggilkan semua Priest terbaik yang ada di kota ini! Sekarang!"

"""Baik, Yang Mulia Jurizec!""" Jawab seorang Royal Priest yang juga ada di sana.

"Fondo! Apa yang kau lakukan dari tadi!? Kenapa tidak mengerahkan seluruh pasukanmu yang berada di istana!?"

"Ma-maafkan hamba, Yang Mulia. Sudah seluruh potensi militer yang ada di istana ini hamba kerahkan. Tapi seperti Yang Mulia bisa lihat sendiri, semuanya telah dilumpuhkan oleh Naga Merah dan lelaki bertopeng tadi."

"Kalian semua lemah!!! Selama ini apa saja yang kalian lakukan!? Karena kerajaan sudah tenang, pasti kalian hanya bermalas-malasan!!! Tingkatkan intensitas latihan harian!!!"

"Laksanakan, Yang Mulia!" Jawab Fondo dengan tegas.

"Dan satu lagi! Kumpulkan semua Hero yang berada di wilayah Kerajaan Sandoria! Aku ingin semua orang berpakaian hitam beserta Naga Merah tadi segera ditemukan dan dibunuh di hadapanku!"

"Baik, Yang Mulia!"

Sang Raja murka. Tidak pernah sebelumnya dia mendapatkan penghinaan seperti ini. Ditambah lagi, salah satu putranya, Pangeran Kedua Kerajaan Sandoria, pulang dengan keadaan masih remuk di sana-sini dan pingsan.

Dia menghukum semua Pasukan Khusus Penjaga Pangeran Kedua yang bertugas menjaga Pangeran selama dalam perjalanan, dengan membunuh mereka semua tanpa mendengarka  sepatah katapun dari mereka. Dia juga membunuh Priest yang tidak mumpuni untuk menyembuhkan putranya selama di kapal pesiar.

Raja Jurizec memang memiliki temperamen tinggi. Memberikan perintah untuk membunuh seseorang maupun massal, sudah bukan hal langka lagi yang keluar dari mulutnya. Dan sering juga hal itu dilakukan tanpa pikir panjang.

Dan setelah beberapa minggu menerima perawatan intensif dari seluruh Priest terkuat yang ada di Kerajaan Sandoria, tubuhnya mulai pulih. Tapi dia masih belum bisa berjalan tanpa alat bantu kursi roda yang dibuat khusus untuknya. Kemana-mana dia harus didorong oleh pelayannya.

Cedera kepalanya cukup berat. Sehingga walaupun sudah sembuh, memorinya terganggu sehingga dia mengalami amnesia. Untungnya, beberapa memori lama yang cukup penting masih tersisa. Dia masih ingat namanya dan nama-nama semua anggota keluarga royal.

Tapi, dia sudah tidak mampu lagi untuk mengingat semua kejadian yang dialaminya sebelum sembuh seperti sekarang. Dia juga tidak ingat tentang apapun yang terjadi di kapal pesiar. Dia sama sekali tidak ingat siapa yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini.

***

Dark Edge terbang menuju hutan terdekat, lalu Arka mengeluarkan Teleportation Gate untuk berpindah ke Hutan Zurg dekat Kota Arvena. Mereka sudah tidak ada urusan lagi di Benua Zegga untuk saat ini.

Mereka masuk ke dalam gerbang teleportasi, dan langsung keluar di tengah hutan yang berbeda, Hutan Zurg. Rencana mereka saat ini adalah untuk melaporkan misi penaklukkan Dagon di Guild Pusat Kota Arvena. Sambil mengobrol hal-hal yang tidak bermanfaat, mereka terus berjalan ke arah ibukota.

Tapi, sepertinya rencana mereka harus ditunda sebentar. Karena...

"Kyaaaaaaaaa!!!"

Mereka mendengar teriakan wanita yang agak cempreng dan melengking tinggi dari kejauhan.

"Woi woi... Kasih kami istirahat, dong..." Kata Arka.

Istirahat apa lagi? Kalian sudah beristirahat selama dua bulan bermalas-malasan menghamburkan duit di kapal pesiar. Masih minta istirahat? CIHH...

"Author jancok."

Bah! Mau kusiksa? Ok... Tunggu saja tanggal mainnya!

"Bring it on, motherfucker!"

"Loh, Arka ngomong sama siapa, sih? Kumat?" Tanya Syla.

"Dulu juga Arka pernah begini. Aku jadi penasaran kenapa Arka gitu." Ucap Ren.

"Udah, udah, nggak usah dipikirin. Yang lebih penting, tadi ada yang teriak itu. Yuk kita liat."

"Yeee! Ruby mau berantem!"

"Boleh, Ruby kalo mau berantem. Tapi kita liat dulu, ya... Siapa tau dia cuman digigit semut."

"Mana ada digigit semut teriaknya sampe kayak gitu, Arkaaa!" Syla protes.

"Semutnya segede kudanil."

"Yayaya."

"Tuan Arka, mau hamba gendo--?"

"No." Arka langsung memotong perkataan Cyane.

"Kuhhh... Penolakan instan! Hahh... Hahh..."

Mereka langsung berlari ke arah sumber suara. Ruby yang sudah berubah menjadi berwujud gadis cantik berlari di paling depan. Dia terlihat bersemangat sekali. Eh, dia memang selalu bersemangat.

***

"Putriku yang paling cantik seantero jagad raya, ini Perburuan Perdana-mu. Apakah 20 Pasukan Khusus sudah cukup untuk mendampingimu?"

"Cukup, Ayahanda! Kami hanya berburu di hutan dekat sini saja. Monster-monster di sini hanya monster kecil, bukan?"

"Memang benar, monster-monster yang ada di sekitar sini hanya monster kecil. Tapi tolong, jangan masuk terlalu dalam ke Hutan Zurg karena tidak ada yang bisa menjamin bahwa tidak ada monster besar yang berada di kedalaman Hutan Zurg."

"Tenang, Ayahanda, semuanya akan baik-baik saja. Lagipula, aku sudah dilindungi oleh 20 tentara terbaik ayah, bukan?"

"Iya, tapi tetap saja..."

"Sudahlah, percaya padaku, Ayahanda..."

"Dan... Aku benar-benar meminta maaf karena tidak jadi menemani ritual Perburuan Perdana-mu setelah menginjak usia 16 tahun ini karena ada pertemuan mendadak dengan para Bangsawan lokal. Apa kau yakin kita tidak perlu menundanya besok-besok saat aku tidak ada urusan penting lagi?"

"Aku, Liviara Shirfa Balvara, Putri Kedua Kerajaan Balvara, akan segera menyelesaikan misi Perburuan Perdana-ku dengan cepat dan segera kembali ke istana. Ayahanda tidak perlu khawatir!"

"Baiklah jika itu maumu. Semoga perburuanmu berjalan lancar, putriku..."

"Amin! Kami berangkat, Ayahanda!"

Ayahku, Raja Arthos Grein Balvara, memang selalu terlalu khawatir dengan keselamatanku. Padahal kami hanya berburu di bagian tepi dari Hutan Zurg. Tidak akan ada masalah di sana.

Rencana awalnya, Ayah akan menemaniku di ritual Perburuan Perdana ini. Ritual ini sudah dilakukan secara turun-temurun sebagai ritual yang harus dilaksanakan bagi seluruh keluarga royal Kerajaan Balvara ketika sudah menginjakkan usia 16 tahun.

Hanya perburuan ringan saja dengan memburu monster-monster kecil. Aku sudah lama ingin melakukan perburuanku sendiri. Sejak kecil, aku selalu punya keinginan untuk ikut Ayah berburu. Tapi karena aku masih belum cukup umur, jadi Ayah selalu melarangku ikut.

Sekarang, aku sudah genap berusia 16 tahun. Tepatnya 2 bulan yang lalu aku berulangtahun yang ke-16. Jadi, sekarang aku sudah memasuki usia legal untuk berburu di kalangan kerajaan.

Senangnya! Aku bahagia sekali pagi ini. Malah, tadi malam aku agak sulit tidur karena terbayang-bayang akan perburuan yang akan kulakukan hari ini.

Konvoi bergerak di pagi hari saat kedua mentari sudah terbit. Kami langsung menyusuri jalur yang sudah sering dilalui oleh Ayah setiap ia pergi berburu. Jantungku berdetak kencang! Aku merasakan gejolak kebahagiaan atas Perburuan Perdana-ku!

Kami mulai memasuki hutan. Jalan setapak yang hanya ditumbuhi sedikit rumput ini terlihat begitu menegangkan bagiku. Lokasi perburuannya tidak jauh dari jalan masuk ke Hutan Zurg.

Setelah 10 menit berjalan, aku naik kuda, akhirnya kami sampai di Hunting Ground, area berburu kerajaan. Ada tenda peristirahatan yang sudah disiapkan untuk kami. Di sana sudah menunggu beberapa tentara biasa dan maid yang siap melayani kami ketika beristirahat nanti.

Tanpa banyak basa-basi, aku langsung memutuskan untuk memulai perburuan sekarang. Aku dan 20 Pasukan Khusus yang dibentuk oleh ayahku untuk penjagaan atas diriku, mulai bergerak meninggalkan tenda peristirahatan.

Sebenarnya, banyak hewan dan monster kecil yang kami temui. Tapi mereka semua sudah lari sebelum aku berhasil memasang anak panah pada busur panahku.

"Yang Mulia, di sana ada babi kecil." Ucap salah satu pasukan penjagaku sambil menunjuk seekor babi kecil yang sedang makan di kejauhan.

"Terima kasih." Balasku sambil menyiapkan anak panah.

Kupasangkan anak panah pada busur di tanganku. Lalu kutarik sekuat yang aku bisa.

*Krrttt*

Tali pada busur panahku berderit setelah kutarik sekuat tenaga. Kuarahkan ujung anak panahku pada kepala babi itu. Pernafasanku, untuk sesaat kutahan agar mengurangi goyangan pada bidikan panahku.

Setelah aku yakin bahwa bidikanku sudah akurat, kulepaskan jepitan jariku dari buntut anak panah yang kutarik barusan.

*Syuuuu*

*Jleb*

"Oiiiiiink! Oiiiinkk! Oiiiiiink!"

Bidikanku meleset. Tapi untungnya, masih mengenai perut babi kecil tadi. Babi itu menjerit-jerit beberapa menit sambil berusaha menjauh dari kami. Tapi, belum jauh dia berlari, ia sudah kehabisan banyak darah dan tidak kuat lagi untuk bergerak. Lalu dia pun tumbang.

"Yeah! Berhasil!"

"Hebat, Tuan Putri!"

"Tuan Putri memang sangat berbakat!"

"Luar biasa, Yang Mulia!"

Semua Pasukan Khusus yang menjagaku langsung melemparkan pujian demi pujian kepadaku. Hah. Tapi aku tidak mempedulikan pujian mereka. Aku ingin mengambil hasil buruanku!

Aku langsung meletakkan busur panah ke punggungku, lalu melompat turun dari kuda dan langsung mencabut pedang tipis dan ringan di pinggangku. Aku berlari ke tempat dimana babi yang telah kutembak tadi berada.

Dia terbaring miring dengan anak panah yang tertancap tembus di bagian rusuk, tapi masih bernafas! Sesekali dia masih menendang-nendangkan kakinya. Aku harus mengakhiri penderitaan babi ini segera.

Dengan pedang yang ada di tanganku, aku akan membunuhnya. Ujung pedang ini kuletakkan di bagian lehernya. Lalu dengan satu kali tarikan nafas, kuhentakkan pedang ini hingga ujungnya tertancap sangat dalam di leher sang babi.

Seketika pula, babi itu mati. Tidak ada lagi pergerakan nafas di tubuhnya, tidak ada lagi gerakan-gerakan kaki.

Perburuan Perdana-ku, sukses!

Aku sudah bisa pulang sekarang. Tapi, apa aku akan kembali begitu saja? Hahaha! Tentu saja tidak! Aku belum puas!

"Ayo, kita lanjutkan!"

"""Baik, Yang Mulia Putri Liviara!"""

Kami berjalan lagi mencari target buruan lain. Perburuan masih berlanjut hingga 2 jam pun berlalu tanpa terasa. Hatiku masih membara dengan api semangat.

*Sssrrkkssshhrrk*

Eh? Suara apa itu? Di balik semak-semak di sana! Dan aku melihat ada cahaya di balik semak tersebut!

Setelah kudekati, keluar sosok kucing berwarna hitam dengan ekor, kaki, dan telinga berwarna putih dan bercahaya. Itu... Bukankah itu...

"Luminox?"

"Yang Mulia, hati-ha-- Yang Mulia!"

"Tunggu, Yang Mulia!"

Aku langsung melompat turun dari kudaku dan mengejar Luminox tanpa mempedulikan peringatan dari para pengawalku. Luminox tersebut, melihatku mengejarnya, juga langsung lari! Larinya tidak begitu cepat, sehingga aku masih bisa mengejarnya.

Luminox adalah hewan seperti kucing hitam yang mengeluarkan cahaya putih pada ekor, telinga, dan telapak kakinya. Dia adalah hewan yang sangat, sangat, sangat langka! Entah kenapa aku bisa seberuntung ini. Dan... Aku ingin memeliharanya!

Aku berlari, menebas semak belukar yang menghalangi jalanku. Melompati batang-batang pohon yang tumbang. Aku harus menangkap Luminox! Harus! Aku terus mengejarnya. Lelah tak kurasakan. Entah berapa lama aku berlari mengejarnya.

Hingga dia masuk ke dalam sebuah gua yang gelap. Aku bisa melihat cahayanya di dalam kegelapan gua itu. Tanpa pikir panjang, aku pun masuk ke dalam gua untuk mengejar Luminox. Pokoknya harus dapat!

*Brukk*

"Aduh!"

Aku menabrak sesuatu. Bukan tembok atau batu. Sesuatu yang berbulu tebal. Dan... Besar.

"Ggrrrrrhh..."

"Hii-!"

Apa itu? Monster? Mataku sudah mulai beradaptasi di dalam kegelapan. Aku melihat Luminox sedang berdiri di atas tebing tinggi.

Gawat! Aku harus pergi dari sini! Tapi, aku menginginkan Luminox! Tidak, saat ini keselamatanku lebih penting!

"GGRRAAAAAAAAARH!"

Aku langsung berdiri, membalik badan dan berlari sekencang-kencangnya. Kulihat bayangan gelap itu bangkit dan mengaum keras! Gaung dari gua ini membuat bulu kuduk di tubuhku bergetar dan berdiri semua!

Lari! Lari! Aku terus berlari menuju cahaya dimana jalan keluar gua ini berada.

Bayangan yang sangat besar itu berlari terus mengejarku! Tapi, aku pasti sampai ke luar! Di luar, pasti Pasukan Khusus yang menjagaku sudah menunggu, bukan? Pasti!

Dan akhirnya, aku berhasil menginjakkan kaki keluar gua. Tapi, monster besar itu tiba-tiba melompat ke arahku dan mengeluarkan cakarnya yang tajam untuk menerkamku.

*Craassss!*

"Hakkkk!!!"

*Brukk*

Sakit! Betis kiriku sakit sekali! Cakarnya berhasil menggapai tungkai kiriku! Dan tubuhku terjatuh ke tanah, membuat sekujur tubuh bagian depanku terhempas dan terseret di pasir! Sakiiit!

Monster itu menindih punggungku dengan salah satu kakinya. Dia hanya melihatku sebagai mangsa. Dia akan memakanku!

"Kyaaaaaaaaaaa!!!"

*Syuuuu syuuu syuuuu*

***BERSAMBUNG...***

_______________________________________

Makasih udah baca, gaes!

Jangan pelit-pelit buat nge-vote dan komentar, yak!

Nama penting di chapter ini :

- Komandan Fondo

- Liviara Shirfa Balvara

- Raja Arthos Grein Balvara

- Luminox