Vote kalau suka, komentar kalau ada yang ingin disampaikan. Selamat membaca!
_____________________________________________
"Yuk, kita cari tempat buat buka Exoskeleton kita." Kata Arka setelah puas bermain dengan payudara wanita berkulit coklat dan berambut pirang itu.
'Ayo naik ke punggung Ruby!' Ruby menanggapi perkataan Arka melalui telepati.
"Arka jadi mau ke ibukota kerajaan ini?" Tanyaku mengkonfirmasi rencana Arka sebelumnya.
"Jadi, Ren. Aku mau bilangin raja mereka supaya anaknya jangan dibiarin kurang ajar seperti waktu itu."
"Sampe segitunya, Ar?"
"Iya, Syl. Biar mereka nggak macem-macem lagi sama kita."
"Aahh... Kepribadian yang kuat dan kasar seperti itu... Aku sukaaahhh~"
"Hihihi... Kakak Cyane lucu..." Aku geli setiap mendengar dan melihat Cyane berbicara tentang Arka, sangat komikal!
Arka memang sedikit temperamen dan berlebihan kalau sudah ada yang menghina, apalagi mencelakai kami. Bahkan sekarangpun, dia sedang mencoba menantang sebuah kerajaan terbesar di Benua Zegga, yang terkenal memiliki kekuatan militer tertinggi.
Terutama Pasukan Udara mereka yang diperkuat dengan banyak Minor Dragon yang sudah dilatih. Kekuatan seorang Dragoon dengan naganya setara dengan seribu pasukan biasa. Dan totalnya, Kerajaan Sandoria memiliki 1.000 Dragoon siap tempur.
Tapi, mengetahui kekuatan dan kemampuan Arka, tidak heran kenapa dia berani menantang Kerajaan Sandoria seorang diri. Karena, dia adalah penakluk Undead Tower dan pewaris kekuatan Vioraze, True Dragon of the Darkness.
Aku sendiri, tidak membenci hal tersebut dari Arka. Bahkan faktanya, aku malah senang sekali. Karena ini berarti Arka sangat peduli dan memperhatikanku. Arka melakukan hal ini karena Pangeran Lardyn berusaha mencelakaiku dengan pasukannya.
"Cy, kamu hanyutin kemana Pangeran Tai Babi itu?" Tanya Arka.
"Dia berada di sana, Tuan." Jawab Cyane.
Melihat arah dimana jari Cyane menunjuk, Arka langsung menghampirinya dan membawa Pangeran tersebut.
"Nih, tolong liatin dulu sampah ini." Kata Arka sambil menjatuhkan Lardyn ke tanah.
Setelah itu, Arka langsung terbang dengan cepat. Entah kemana, dia tidak memberi tahu kami. Tapi setelah 5 menit kemudian, Arka kembali.
"Tadi aku nanya ke penduduk sekitar, dimana lokasi istana kerajaan ini. Ternyata lokasinya nggak jauh. Kita tinggal ngikutin jalan besar yang menuju ke arah timur. Yuk, Ruby, kita terbang."
"Graarr..."
'Okay!'
Ruby menjawab dengan suara naganya dan telepati sekaligus. Kami langsung naik ke punggung Ruby dan lepas landas dengan kecepatan terbang maksimal Ruby. Tidak jauh jaraknya, apalagi dengan kecepatan terbang Ruby yang membuat mata jadi perih.
Syla, merasakan terpaan angin yang kuat, langsung mengeluarkan magic miliknya, Castle of Refuge. Skill barrier yang melingkupi sekeliling Ruby, Sehingga kami semua terhidar dari kencangnya angin yang menerpa.
Kami sudah terbang di wilayah langit sebuah ibukota kerajaan.
"Ruby, kita mendarat di lapangan di dalam area istana itu."
"Grorr..." Ruby mengeluarkan suara pelan, menandakan ia mengerti.
***
Istana Kerajaan Sandoria, merupakan istana yang memiliki sistem pertahanan terkuat di Benua Zegga. Tembok tebal dan tinggi yang membentengi istana tersebut selalu dijaga oleh ratusan Archer.
Setiap jarak 20 meter, luas permukaan tembok tersebut melebar, membentuk lingkaran. Di tengah lingkaran tersebut terdapat Ballista. Ballista adalah alat untuk menembakkan anak panah yang berukuran sebesar tombak.
Tidak heran kenapa hal seperti itu ada di Kerajaan Sandoria. Kerajaan itu sendiri menjadi kerajaan yang paling besar di Benua Zegga karena kekuatan militer mereka yang luar biasa.
Selama ratusan tahun, Kerajaan Sandoria selalu menjadi kerajaan yang paling ditakuti dan paling disegani. Raja kerajaan itu sendiri, yaitu Raja Krodes, memiliki kepribadian yang keras. Mindset militer sudah tertanam dan mengakar di dapam dirinya sejak dia masih muda.
Dan kini, tiba-tiba seekor naga memasuki area di dalam istana tanpa ada peringatan sebelumnya. Seharusnya, jika ada bahaya yang datang mengancam, sudah ada petugas yang melapor. Namun kali ini, sepertinya Naga Merah bergerak jauh lebih cepat daripada alur pengiriman informasi kerajaan.
Megah dan anggun yang bercampur dengan aura mengerikan. Seperti itulah sosok Ruby yang sedang menurunkan ketinggian terbangnya secara perlahan, di lapangan pelataran istana.
"Nagaaa! Persiapkan senjata! Sampaikan informasi permintaan bantuan kepada Pasukan Udara! Laporkan kepada Komandan!" Teriak seorang Kapten yang bertugas sebagai Penanggungjawab Pasukan Penjaga Istana.
"""Siap!"""
Semua Pasukan Penjaga Istana langsung menyiapkan busur dan panah mereka. Petugas Ballista juga segera mengambil posisi menembak.
Setelah Ruby sampai pada jarak tembak mereka, semua proyektil dilepaskan ke arah Ruby. Semua tembakan dilepas dengan kekuatan penuh.
*Ding tring ting ting teng ding teng*
Sesaat sebelum semua proyektil menyentuh kulit Ruby, tameng magis yang berwarna transparan mementahkannya. Syla yang telah memasang Castle of Refuge, memperkuat barrier tersebut hingga memiliki kekuatan 100 kali lipat setelah melihat tingginya agresi militer kerajaan.
Sekarang, Ruby beserta semua orang yang menungganginya sudah 1.000% aman dari serangan apapun yang dilancarkan oleh Tentara Kerajaan Sandoria.
Ketika Ruby sudah sampai di area dalam istana, puluhan Mage sudah standby di depan istana, lengkap dengan tongkat sihir mereka yang sudah di-charge semaksimal mungkin sehingga mengeluarkan cahaya yang sangat terang dari kristal yang ada di magic rod mereka.
Pasukan Royal Mage.
Di saat Ruby sedang melayang di udara, bersiap untuk mendarat, semua Royal Mage menembakkan skill terkuat mereka masing-masing secara serentak dengan maksud untuk membunuh Naga Merah di hadapan mereka dengan sekali alunan magic.
"Sekarang!" Perintah seseorang dengan pakaian yang berbeda di antara barisan puluhan Royal Mage.
*Boom boom blaarr blegaarr jedaarr*
Dalam sekejap mata, ledakan akibat benturan berbagai macam magic tingkat atas yang ditembakkan para Royal Mage telah menyelimuti dan menelan sosok Naga Raksasa itu hingga tak lagi dapat terlihat wujudnya dari daratan. Yang terlihat hanyalah ledakan besar dari berbagai elemen magic.
Pemimpin Pasukan Royal Mage, tersenyum puas melihat hasil kerjasama pasukannya. Akan tetapi, senyum di wajahnya langsung berubah kaku dan kelu setelah melihat empat kaki naga yang keluar dan turun dari ketinggian dimana ledakan barusan terjadi.
Semakin lama, semakin banyak bagian tubuh naga tersebut yang terlihat menuruni kembang api magic yang tadi melingkupinya.
Ruby semakin menurunkan ketinggian terbangnya hingga akhirnya mendarat dengan cukup lembut di lapangan pelataran istana. Hanya menyebabkan beberapa retakan yang besar saja, bukan masalah.
"Serang lagi dengan kekuatan penuh!"
*Debuumm dhuaarr boom booom booom blegaaarrr*
Kali ini, serangan yang dilancarkan menjadi sedikit lebih kuat. Ledakan yang timbul kembali melingkupi seluruh tubuh Ruby. Menelan wujud Ruby bulat-bulat. Gelombang serangan kali ini pebih lama. Mereka mengerahkan hampir seluruh mana yang mereka miliki.
Setelah beberapa menit berlangsung, alunan melodi serangan magic perlahan-lahan menjadi sayup. Jumlah Pasukan Royal Mage yang masih memiliki sisa mana di dalam dirinya semakin berkurang. Dan akhirnya serangan magic maha dahsyat yang mereka lancarkan pun berhenti.
Semua Royal Mage tampak kelelahan. Untuk mengejar nafas mereka sendiri saja sudah kepayahan.
"Hahh... Hahahahhh... Rasakan! Hahh... Inilah kekuatan Pasukan Royal Ma--"
Ketua mereka tidak mampu melanjutkan kalimat sesumbarnya. Karena setelah kabut asap dan debu mulai menipis, dia dapat melihat siluet samar dari Naga Merah yang mereka serang. Masih di sana, berdiri gagah dengan keempat kakinya.
Dan ketika semua yang menghalangi pandangan telah lenyap tertiup angin, semua Tentara Kerajaan Sandoria, termasuk Pasukan Royal Mage, dapat melihat dengan jelas sosok Naga Merah Raksasa itu.
Naga itu... Sama sekali tidak terluka. Padahal, seluruh proyektil yang mereka bawa telah habis ditembakkan. Hampir seluruh mana yang mereka miliki pun sudah digunakan.
Kengerian, kepanikan, dan rasa takut mulai merasuki jiwa para tentara dan Royal Mage. Tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan untuk melawan naga itu. Tapi masih ada satu harapan terakhir.
Ya... Para Ksatria Naga dari Pasukan Udara yang menjadi ujung tombak dari kekuatan militer Kerajaan Sandoria.
"Grraaaaaaarrrr!"
"Grrroooaaaarrr!"
"Grrrrraaaaaaarrrh!"
Harapan kembali mengalir menghangatkan perasaan mereka yang sempat lenyap untuk beberapa saat barusan. Mereka yakin bahwa Pasukan Udara Kerajaan Sandoria mampu menaklukkan Naga Merah ini.
Ksatria Naga telah datang! Satu ekor naga saja tidak akan mampu melawan seratus ekor naga walaupun lebih kecil! Apalagi ditambah kekuatan para ksatria yang menungganginya!
Begitu pikir mereka.
Sungguh pemikiran yang naif dan bodoh. Tahu apa mereka soal naga? Hanya Dragoon (Ksatria Naga) yang benar-benar memahami sifat dan perilaku naga. Bukan mereka tentara biasa dan penyihir kerajaan.
Para Dragoon terbang menunggangi masing-masing naga mereka menuju lokasi dimana terlihat seekor Naga Merah Raksasa sedang berdiri gagah di tengah lapangan pelataran istana yang kini telah menjadi kawah akibat semua serangan sebelumnya.
Di atas punggung naga, mereka merasakan sebuah keraguan. Apa yang membuat mereka ragu?
Adalah fakta bahwa Naga Merah tersebut, paling rendah merupakan naga yang masuk dalam kategori monster kelas C. Sedangkan Minor Dragon yang mereka tunggangi, sekuat apapun, hanyalah monster kelas D.
Mereka paham betul tentang hierarki para naga. Naga mereka tidak akan berani menantang Naga Merah di depan mereka. Lantas, apa yang harus mereka lakukan?
Tetap, mereka akan tetap berusaha menyerang menggunakan kekuatan naga mereka ditambah kekuatan mereka sendiri.
"""Wind Blade!"""
"""Dragon Breath!"""
Seratus personil Pasukan Udara memulai serangan dari jarak jauh. Sebagian menggunakan Wind Blade yang sudah mengalami peningkatan kekuatan hingga setara dengan magic tingkat menengah. Sebagian lagi memerintahkan naga mereka untuk menembakkan breath attack.
Puluhan sabit tajam yang terbuat dari kompresi tinggi magic angin, terbang melesat dari tangan para Dragoon menuju target mereka, Sang Naga Merah.
Namun...
"Grrrr..."
"Ggrrruu..."
"Gruurruu..."
"Grrrh..."
Serangan yang mengarah ke Naga Merah itu hanyalah magic angin, Wind Blade. Dan langsung tertepis sebelum mampu menyentuh kulit Naga Merah. Tetapi, tidak satupun dari naga yang mereka tunggangi itu ada yang menembakkan breath attack mereka.
Mereka hanya mengeluarkan suara-suara takut dan suara menggeram lemah. Lalu sesaat setelah serangan jarak jauh para Dragoon berakhir,
"GRRRRROOAAAAAAARRRRRHHH!!!"
Naga Raksasa tersebut mengaum keras. Dragon Roar! Teriakan naga yang melepaskan energi magic sangat besar. Setara kekuatan Dragon Roar yang bisa dihasilkan oleh seekor monster naga kelas B.
Dragon Roar tidak memberikan damage. Namun langsung menyerang jiwa musuhnya. Orang yang tidak memiliki hati dan jiwa yang cukup kuat, pasti langsung pingsan. Pantas saja banyak tentara yang pingsan di tempat setelah mendengar auman Ruby.
Mereka yang masih bisa bertahan untuk tetap berdiri meskipun kedua kaki mereka sedang gemetar hebat, adalah mereka yang memiliki jiwa yang kuat. Mereka yang sudah banyak menelan asam garam dan getirnya pertempuran. Hanya beberapa saja yang masih bertahan untuk tetap berdiri.
Hal aneh juga terjadi pada naga yang ditunggangi para Dragoon. Mereka langsung terbang menurun dan mendarat di sekitar Naga Merah tersebut. Lalu, mereka meringkuk dan meletakkan kepala mereka di tanah.
Banyak dari Dragoon itu sendiri belum pernah melihat perilaku seperti ini dari naga yang ditungganginya sebelum kejadian ini. Otomatis, mereka yang belum pernah melihatnya jadi bingung.
Tentu saja, mereka tidak akan berlama-lama terlarut dalam kebingungan yang tak berguna itu. Mereka langsung melakukan sesuatu yang sepertinya sudah merupakan SOP (Standard Operating Procedure) seorang Dragoon jika naga mereka tak mampu lagi untuk menyerang.
Benar, mereka mengeluarkan skill Flight dan mulai menyerang.
"Ah... Kalian ini ngerepotin aja... Devil's Glare."
Arka mengucapkan skill-nya dengan berbisik sehingga tak ada yang mendengar. Devil's Glare adalah skill curse yang memberikan efek 'fear' dan sekaligus 'stun' pada target yang diliriknya.
Sekitar seratus personil Pasukan Udara yang akan dan baru saja melayang meninggalkan naganya, langsung jatuh berlutut. Ada yang merangkak. Mereka tak sanggup berdiri lagi.
Tekanan rasa takut yang diberikan Dragon Roar milik Ruby sudah membuat mereka gemetar. Setelah terkena Devil's Glare dari Arka, mereka semua, tanpa terkecuali, jatuh dalam kondisi ketakutan yang maha dahsyat. Jiwa mereka seperti sedang berada tepat di depan gerbang kematian.
"SUDAH SELESAI BELUM !?!?"
Suara seorang lelaki di antara sekelompok sosok yang seluruh tubuhnya terbalut pakaian ketat berwarna hitam pekat, meneriakkan pertanyaan yang bercampur dengan nada meremehkan.
Tidak ada yang menjawab. Semua Pasukan Kerajaan Sandoria hanya bisa terdiam dan gemetar. Pertanyaan yang simple itu, membuat mereka merinding. Mereka tak kuasa menahan rasa takut akan kematian mereka yang sudah berada di depan mata.
"Kalo sudah selesai... Hup!"
Melihat tak ada satupun orang yang menjawab pertanyaannya, pria bertopeng yang bertinggi badan 160 centimeter itu melompat ringan, turun dari punggung Sang Naga Raksasa. Menggendong seorang pria yang tak sadarkan diri di bahunya.
Lalu ia berjalan ke arah dimana para Royal Mage berada. Sebagian kecil dari Royal Mage masih berdiri, sekuat tenaga menahan lututnya yang terasa lemah dan longgar. Mereka masih kuat untuk berdiri karena Arka tidak menyerang mereka dengan Devil's Glare.
Dan salah satunya yang masih berdiri adalah Royal Mage dengan jubah yang berbeda dari yang lainnya. Yang terlihat sebagai pemimpin Pasukan Royal Mage.
"... Mari kita mulai berbicara." Ucap Arka sambil menjatuhkan Pangeran Lardyn yang masih pingsan, ke lantai.
*Bruggg*
"Pa-Pa-Pangeran Lardyn!"
"Panggilkan raja kalian! Aku ingin berbicara baik-baik dengannya!" Kata Arka, padahal mana ada orang mau berbicara baik-baik dengan cara seperti itu.
Pria berpakaian serba hitam tersebut menyebutkan keinginannya untuk bertemu dengan Raja Kerajaan Sandoria dengan lantang. Pemimpin Royal Mage meragu. Dia mengatakan bahwa ingin berbicara baik-baik, tapi apakah benar? Kalau dilihat, dari awal memang mereka sama sekali tidak membalas serangan dari mereka.
"Aku adalah Raja Jurizec! Raja Kerajaan Sandoria! Katakan maksud dan tujuanmu datang kemari!"
Seorang pria berusia sekitar 50an tahun keluar dari balkon istana dengan mengenakan mahkota yang terbuat dari emas dan jubah mewah selayaknya seorang raja.
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terima kasih sudah baca!
Nama penting di chapter ini :
- Raja Jurizec