Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 9 - Chapter 7

Chapter 9 - Chapter 7

Halo pembaca! Mumpung weekend, saya akan melanjutkan cerita ini. Silahkan berbuat kebaikan dengan cara vote cerita ini, terimakasih. Selamat membaca!

NOTE:

Tambahan poin baru pada status, Dex atau Dexterity. Status ini berpengaruh kepada akurasi serangan dan meningkatkan damage pada serangan fisik jarak jauh, seperti panah.

_______________________________________

"Sylaaaaaa... Dan....... Ren!!! Kenapa kalian berdua nindih aku sih???"

Seingatku, tadi malam, aku dan Syla memang tidur di lantai yang sudah diberi alas sprei dan selimut oleh Syla, karena Syla merengek minta aku tidur dengannya. Tapi yang aneh, kenapa rubah bau ini juga ikut tidur di lantai tempat kami tidur? Dan lagi, mereka berdua sama-sama menindihku!

Badanku terasa pegal semua. Rasanya tidur semalaman menjadi tak berguna. Sejak semalam, tidurku tidak pernah nyenyak. Ditindih, ditendang, ditampar... Oleh Syla. Mungkin dia juga kurang nyenyak karena tidur di lantai memang kurang nyaman. Jadinya malah tidak henti-henti mengubah posisinya dan jadi sering membuat tidurku terganggu.

Okelah, Syla dikesampingkan. Tapi, Ren. REN. Rubah kecil ini, sekarang payudaranya sedang menindih wajahku dan menutupi lubang hidungku. Untungnya payudara Ren tidak begitu besar seperti Syla. Kalau sampai sebesar itu, bisa-bisa pagi ini aku hanya tinggal sebongkah daging tak bernyawa.

"Heehee... Unyam nyam nyam... Heehee enak... Arka... Mau lagi..."

Mimpi apa si rubah bau iler ini?

"Umm... Kenapa sih, Ar..." Ucap Syla sambil berusaha mengangkat tubuhnya untuk bangun.

"Hiiiiikkk!! Aw aw aw! Tangan! Syla tanganmu awas!"

Saat berusaha mengangkat tubuhnya, tangan Syla menekan ke arah Hercules Junior yang masih dalam kondisi 'morning glory' dan berdiri tegak menantang. Yang kurasakan? Ngilu-ngilu geli dan kaget.

"Eh? Eh! Upss! Hehehe..."

Syla tidak terlihat begitu terkejut dan panik. Jangan-jangan, dia sudah biasa 'bermain-main' dengan Hercules Junior saat aku sedang tidur? Wanita dark elf licik ini...

"BANGUN KALIAN BERDUA BANGUUUUNNN! Awas awas minggir semua!"

"Wa! Wawawa! Maafkan aku Tuan Arkana! Tadi malam aku kedinginan!"

"Aaaahh berisiiik Arkaaa..."

Aku tidak kuat kalau setiap pagi harus begini terus...

***

Skip keributan di pagi ini. Saat ini kami baru selesai sarapan di tempat kemarin. Dan terpaksa aku mentraktir rubah kecil ini karena dia tidak punya uang lagi. Awalnya aku tidak percaya, tapi setelah kugeledah seluruh tubuhnya, sambil sesekali curi-curi pegang bagian dadanya hehehe, memang tidak ada uang yang tersisa padanya. Dan dadanya lumayan padat dan kenyal. Hehe dasar setan di otakku, bisa saja kamu ya. Thanks brother!

Kami pun bergegas menuju guild. Mengenakan equipment lengkap, dan dengan gerobak Ren yang sudah diisi dengan bermacam-macam potion yang dibutuhkan dengan jumlah yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya. Ada HP Potion, MP Potion, Stamina Potion, dan Antidote.

HP Potion hanya bisa menyembuhkan luka-luka gores dan lecet saja. Luka yang besar atau dalam, tidak bisa disembuhkan dengan HP Potion. Tapi harus dibawa ke bangunan religius setempat untuk mendapatkan light magic heal atau recovery tingkat menengah keatas.

MP Potion untuk mengisi sedikit Mana agar tidak pingsan karena kehabisan Mana, Antidote untuk berbagai jenis racun. Stamina Potion, seperti energy drink di duniaku sebelumnya, untuk meningkatkan stamina agar fisik tidak cepat lelah.

Aku juga sudah membelikan Ren beberapa bola logam sebesar bola tenis yang bobotnya lumayan berat. Kata penjualnya, itu adalah peluru meriam. Hanya berjaga-jaga jika dia membutuhkan sesuatu untuk menyerang atau melindungi dirinya, dia bisa melempar itu dengan skill merchant yang dimilikinya.

Syla berjalan di sampingku, tentu saja, tidak akan pernah lupa untuk menggandeng tanganku. Ren mungkin masih segan, jadi dia berjalan sedikit di belakang kami.

"Arka Arka... Nanti kalo ada orang jahat, tinju lagi ya kayak kemaren... Jedaaarrr! Gitu! Yah yah!"

Syla berbicara penuh semangat sambil menirukan gerakan meninju yang kulakukan kemaren.

"Ya berdoa aja supaya ada om-om mesum yang mau colek kamu hari ini."

"Ya nggak pake itunya juga kali, Arkaaa..."

"Tu- Arka kemaren sangat hebat! Aku kagum melihatnya!"

Dan Ren masih sering keceplosan hampir mengucapkan kata 'tuan'. Rasanya aku ingin mencubit pipinya, menggemaskan sekali rubah kecil ini. Dan mengelus ekornya. Sepertinya bulu ekornya sangat lembut. Dan juga meremas... Ah, lupakan.

Tanpa kami sadari, kami sudah berdiri di depan pintu guild. Dan seperti kemarin, guild terdengar begitu meriah seperti ada pesta di dalamnya. Setidaknya sampai beberapa detik lagi...

*Greeeek* Pintu guild kami buka, dan kami bertiga masuk ke dalam untuk mengambil sebuah misi.

"..."

"..."

"..."

Semua tiba-tiba menjadi hening. Aku sangat tidak suka aura yang tidak menyenangkan ini. Tapi aku berusaha mengacuhkannya, tetap berjalan menuju papan misi.

"Syl, mana yang bagus menurut kamu?"

"Hmm... Terserah Arka aja."

"... Ini ada misi mengirim barang ke desa terdekat."

"Ah nggak seru. Yang lain aja."

"Mencari hewan peliharaan yang hilang?"

"Nggak mau ah."

"Ok, gimana kalo misi membunuh beberapa ekor goblin?"

"Yah... Nggak ma-"

"JADI MAU KAMU APA?! TADI KATANYA TERSERAH, TERUS INI ITU NGGAK MAU! MAU KAMU APA SYLA???"

*Ngeeekk* *grreeettt* *shiiink*

Semua orang di sekitar kami langsung berada dalam posisi bertarung setelah mendengar aku berteriak kepada Syla. Mereka pikir aku mau mengamuk jadi mereka bersiap untuk melawan.

"He-hehehe... Iya udah itu aja goblin... Hehehe jangan marah Arka, nanti gantengnya ilang..."

"Ok. Aku balik ke mode ganteng lagi deh."

"Bweeehhh... Najisss!"

Misi membunuh goblin sudah kucabut. Lalu kuberikan ke resepsionis. Setelah membaca misi yang kami pilih, resepsionis menjelaskan lagi secara singkat tentang misinya.

"Selamat pagi, saya Tresa, saya bertugas sebagai resepsionis untuk manajemen misi di guild ini. Baiklah Tuan Arkanava, anda akan mengambil misi membunuh goblin. Terdapat sekitar tiga ekor goblin yang terlihat sedang berada di pinggiran Hutan Zurg. Diduga beberapa goblin tersebut merupakan buangan dari sarangnya. Untuk hadiahnya, 1 Balvaran Silver (BS) diberikan setelah membawa bagian tubuh dari goblin tersebut sebagai bukti telah membunuhnya. Bagaimana Tuan Arkanava?"

Tresa. Berbeda dari yang kemarin di bagian resepsionis pendaftaran dan administrasi. Nona ini bertugas untuk manajemen misi di guild ini. Mungkin kami akan sering berhubungan dengan Tresa.

"Ok, kami ambil itu Nona Tresa."

"Baik, semoga selamat dan misi berjalan lancar."

"Terimakasih."

Hmm... Hadiahnya 1 BS. Biaya penginapan sudah 5 Balvaran Copper (BC) per kamar, sarapan gratis. Makan siang 2 BC dan makan malam juga 2 BC untuk bertiga. Kami hanya bisa menabung 1 BC dalam sehari. Sedihnya menjadi petualang rendahan.

Mungkin aku bisa menghemat dengan mencari makan siang dari alam liar. Memanfaatkan skill Appraisal dan Cooking yang dimiliki oleh Ren. Bisa dicoba...

"Yuk Syl, Ren."

"Okay!"

"Tapi, bukankah kita mau membuat party dulu?"

"Ooohh iya! Gimana caranya, Ren?"

"Kita ke resepsionis administratif dulu..."

Membalik badan, kami yang tadinya sudah berencana keluar, kembali lagi ke resepsionis, kali ini yang di sebelah yang tadi.

"Selamat pagi, saya resepsionis administratif, Frei. Ada yang bisa saya bantu?"

"Pagi Nona Frei. Kami ingin mendaftarkan party kami."

"Baiklah, tunggu sebentar........ Silahkan diisi formulir ini."

Aku isikan formulir itu dengan data sesuai dengan yang tertera di plat petualang kami bertiga. Simple, tidak banyak yang harus diisi. By the way, terima kasih kepada skill Multiverse Language, aku bisa menulis dengan menggunakan abjad lokal dengan lancar.

"Ini, Nona Frei."

"Terimakasih Tuan Arkanava. Untuk nama party-nya, Dark Edge, benar?"

Oh shit. Kenapa aku geli sendiri mendengarnya diucapkan oleh orang lain ya? Tapi, melihat ekspresi Syla dan Ren yang terkagum-kagum seperti itu, ya sudahlah. Mungkin ini pilihan yang tepat. Setidaknya untuk kedua gadis aneh ini.

"Benar."

".... Ok. Data party Dark Edge sudah saya masukkan ke database guild. Selamat berpetualang!"

"Terimakasih Nona Frei."

Seketika, suatu hal terjadi pada kedua gadis ini. Tubuh mereka dilingkupi dark magic persis seperti energi dark magic yang kumiliki.

"Eh? Apa ini? Arka..."

"Wawawa..."

Dark magic menyelubungi tubuh mereka, sangat tipis sehingga orang-orang di sekitar kami tidak dapat melihatnya. Dark magic yang sangat familiar. Dan benar saja, dark magic itu berasal dariku. Kuperhatikan dari mana arah aliran dark magic itu, dan ternyata berasal dari sekujur tubuhku yang juga terselubungi oleh dark magic tipis.

"Perlihatkan status."

******

Nama : Arkanava Kardia

Ras : Manusia

Kelas : Darkness Doctor (Hero)

Level : 54 (Iron)

Str : 59 +101

Int : 999 (Max) +20 +101

Dex : 53 +101

Agi : 45 +101

Vit : 54 +101

Blessings

1. Nyx's Blessing : Memiliki potensi dark magic yang sangat tinggi.

2. Multiverse Language : Dapat memahami dan berbicara dengan menggunakan semua bahasa yang ada di seluruh alam semesta.

3. Dark Heart : Kemampuan memanipulasi energi dark magic di dalam tubuh untuk menjadi apapun yang diinginkan.

4. Dark Alliance : Semua anggota party termasuk pemilik blessing ini, mendapatkan tambahan seluruh status sebanyak 10% dari total magic power pemilik blessing.

Skills

1. Darkness Grip : Manipulasi dark magic untuk mencengkram target dari jarak hingga 10 meter.

2. Darkness Creation : Manipulasi dark magic untuk menciptakan sebuah benda.

3. Darkness Sense : Manipulasi dark magic untuk meneruskan panca indera pemiliknya.

4. Darkness Enhancement : Manipulasi dark magic menyelubungi seluruh tubuh dengan lapisan energi dark magic untuk meningkatkan Str, Agi, dan Vit secara sangat drastis sesuai dengan kekuatan dark magic itu sendiri.

5. Defective Natural Element Magic : Kemampuan natural magic yang rusak dan tak dapat dikembangkan.

6. Basic Swordplay - Katana.

7. Advanced Medicine.

******

"Hohoho..."

"Arka... Ini kenapa?"

"Awawawa..."

Blessing yang baru muncul setelah aku membentuk sebuah party, Dark Alliance, merupakan cheat yang lumayan mengerikan. Aku memiliki total 1019 Int, yang berarti magic power. Dan 10% dari 1019 Int, yaitu 101 poin, menjadi nilai tambahan ke Str, Int, Dex, Agi, dan Vit seluruh anggota party, termasuk aku.

Berarti sekarang aku memiliki status setara dengan petualang level 150-an, tentu saja di luar fakta bahwa Int-ku abnormal. Untuk Syla dan Ren, buff dari blessing Dark Alliance ini memberikan mereka tambahan kekuatan seperti mendapatkan kenaikan 100 level. Hahaha... Mungkin untuk kekuatan mentahnya saja, mereka sudah sekuat petualang plat Diamond sekarang. Hanya teknik, skill, dan pengalamannya saja yang masih kalah.

Dan kekuatanku sendiri sebenarnya tidak banyak berubah. Karena praktisnya semua statusku bisa kubuat meningkat sampai semuanya setara dengan kekuatan magic power-ku, semuanya dapat memiliki poin di atas seribu. Ya, tentu saja dengan Darkness Enhancement. Aku memang keren.

"Syla, Ren, nanti aku bakal jelasin semuanya. Tapi buat sekarang, yang perlu kalian ketahui adalah... Kekuatan kalian meningkat setara dengan peningkatan 100 level."

"Wow! Tinggi banget! Tapi janji ya nanti Arka ceritain semuanya."

"Iya, janji."

"Wawawa... Sekarang aku jadi sangat kuat!"

"Ok udah dulu ngobrolnya. Ayo kita mulai misi sekarang. Nanti kesiangan kalo kelamaan disini."

"Ok."

"Baik!"

Kami pun bergegas keluar dari guild. Namun, belum sampai kami ke pintu keluar guild, tiba-tiba tiga orang petualang menghadang kami. Mereka bertiga memiliki plat Silver. Apa ini? Temannya si pecundang mencoba merebut kembali harga diri mereka yang telah kuinjak-injak kemarin? CIHHH!

"Ada yang bisa kami bantu, Tuan-Tuan sekalian?"

"Kudengar, kau anak baru yang sudah lancang kepada teman kami kemarin."

Seorang berbadan besar dan bertato di seluruh lengannya, membalas ucapanku.

"Sekarang kau harus bertanggungjawab." Temannya yang memiliki fisik tak jauh berbeda dengannya ikut berbicara.

"Ah, kami hanya membela diri kemarin." Kutanggapi dengan santai.

"Wajah itu, ekspresi itu, aku membencinya." Pria berbadan besar ketiga ikut menimpali.

Kalau seperti ini, perkelahian sepertinya sudah tak terhindarkan lagi. Mereka bertiga masing-masing sudah memegang kapak besar, bersiap untuk menyerang.

"Hey kalian bertiga, selesaikan di luar! Dan jangan menyesal kalau kalian nanti babak belur."

"Tu-Tuan Erazor! Baiklah. Hey bocah, ayo kita keluar!"

Erazor? Dia adalah petualang yang menahanku dengan tombaknya kemarin. Tampaknya dia cukup disegani, bahkan oleh para plat Silver.

"Sesuai permintaan Tuan-Tuan sekalian..."

Kami berenam pun berjalan keluar guild. Setelah beberapa langkah keluar dari pintu guild, ketiga pria berbadan besar itu berhenti. Kami pun ikut berhenti. Selayaknya 'flash mob', orang-orang di sekitar langsung membentuk lingkaran besar dengan kami berada di tengahnya.

"Kita selesaikan disini, bocah!"

"Jangan mengadu ke emakmu kalau nanti berdarah ya!"

"Hehehehehee..."

Ya ampun, mereka pikir mereka bisa mengalahkan orang-orang dengan kekuatan melebihi level 100 seperti kami? Aku sendiri dengan tangan kosong sudah cukup untuk menghabisi mere-

"Mundur, Arka! Biar aku aja."

"A-aku juga ingin mencoba kekuatanku!"

"Oi oi oi... Kau bersembunyi di balik ketiak budak-budak wanitamu?"

"Hahaha ini lelucon! Potong saja titit kau!"

"Hehehehe..."

"Syl, Ren. Jangan pakai senjata. Tahan kekuatan kalian. Jangan sampai mereka mati."

"BHUAAAHAHAHAHAHA"

"HAHAHAHAHA!"

"FUHAHAHAHAHAHA!"

Mereka bertiga tertawa. Orang-orang yang baru datang untuk menonton pun ikut tertawa. Tapi, beberapa petualang yang kemarin melihatku menghabisi salah satu petualang plat Silver dengan mudahnya, mereka hanya diam, memasang wajah serius.

Syla maju sampai sekitar hanya berjarak lima langkah di depan tiga pria berbadan besar itu. Princess dark elf ini, tampak begitu percaya diri dan anggun. Memancarkan aura yang membuatnya terlihat sangat kuat dan mengintimidasi. Well, bukan hanya 'terlihat', tapi dia memang sangat kuat sekarang.

Ren berjalan menyusulnya dengan imut dan sedikit ragu-ragu. Ren berhenti di kanan Syla.

"Tuan-Tuan sekalian, aku sarankan agar kalian meminta maaf kepada kedua wanita ini karena telah menyebut mereka 'budak' dan membiarkan kami pergi menyelesaikan urusan kam-"

"DIAM KAU BOCAH !!!"

Pria yang bertato di lengannya mengangkat kapaknya dan berlari melewati Syla dan mengarahkan serangannya kepadaku. Tapi...

"Hei, lawanmu adalah aku!"

Cepat! Gerakan Syla begitu cepat! Dia berbalik badan lalu berlari dengan cepat ke depan pria bertato yang sudah berlari melewatinya. Sekilas tampak ekspresi terkejut pada pria bertato itu.

*BHUGG*

"OHOKK!"

Tanpa ada jeda pada pergerakan Syla, tangan kanannya dikepalkan dan dipukulkan dengan gerakan seperti melakukan uppercut ke arah perut pria bertato itu dan mengangkat tubuhnya ke atas.

Kepalan itu mendarat tepat di epigastrium dan begitu kuat hingga tubuh pria besar itu membentuk huruf V terbalik, dan kakinya terangkat sekitar 10cm dari permukaan tanah, selama tiga detik hingga akhirnya Syla menjatuhkannya ke samping.

"Oggghhh..."

Pria bertato itu hanya mengerang lemah dan tidak bisa bangun lagi. Syla tersenyum sinis.

"KURANG AJAAARRR !!!"

"HEYAAAAHHH !!!"

Dua orang temannya menjadi marah melihat yang terjadi barusan. Mereka berdua berlari ke arah Syla sambil bersiap untuk mengayunkan kapak di tangan mereka. Sebelum sempat mendekati Syla...

"Hyaaaaa! Uah!"

Ren, melompat tinggi. Bukan lompatan wajar yang bisa dilakukan seorang merchant. Ren mendarat di punggung salah satu di antara dua orang yang tersisa dan melingkarkan kakinya di badan pria itu agar tidak terjatuh.

"Hya hya hya hya!"

Ren langsung memukul-mukul kepala pria yang dihinggapinya. Pukulan random, asal pukul, tapi kuat. Lucu, imut, tapi mematikan. Rubah kecil ini memang menggemaskan.

Hanya dengan beberapa kali pukulan random oleh Ren, pria itu langsung KO dan tidak sadarkan diri. Tinggal satu orang tersisa, yang sedang berlari ke arah Syla. Setelah melihat teman di sebelahnya KO oleh wanita rubah kecil, nyalinya menjadi ciut. Tapi, sudah terlambat.

*PLAAAKKK*

Telapak tangan mulus milik Syla sudah berada di pipinya. Dengan suara yang meledak, tamparan Syla terbenam dalam di pipi pria itu, membuat seluruh tubuhnya berputar di udara, lalu terjatuh dan pingsan.

*Plok plok*

Syla menepuk telapak tangannya untuk membersihkan tangannya yang sebenarnya tidak kotor.

"Permintaan maaf kalian, sudah kami terima." Kataku sambil tersenyum dan beranjak meninggalkan lokasi perkelahian bersama Syla dan Ren.

Kami berjalan menembus kerumunan penonton yang perlahan terbuka dan memberi kami jalan, dengan wajah sok cool. Syla dan Ren juga. Mungkin mereka belajar dariku dan menirukannya.

Peristiwa tadi langsung menjadi buah bibir di seluruh penjuru Kota Dranz, sebagai 'Dark Edge's First Blood'.

***

"Gila, Ar! Aku jadi kuat banget!"

"Aku juga tiba-tiba menjadi tambah kuat!"

"Kamu tadi tinggi banget lompatnya, Ren!"

"Iya Syla, aku juga tidak menyangka! Aku lompat seperti 'uwaaaaa' gitu terus mendarat di punggungnya kayak 'booong' gitu! Waaaaw!"

Semenjak keluar dari gerbang Kota Dranz dan setelah orang-orang di sekitar kami menjadi sepi, kami melepaskan topeng sok cool yang dari tadi terpasang di wajah kami. Kedua gadis ini langsung berisik mengekspresikan perasaannya atas perkelahian tadi. Tapi itu lebih tepat jika disebut pembullyan daripada perkelahian.

Setelah berjalan selama lima jam, akhirnya kami sampai di pinggiran Hutan Zurg. Kami berjalan menuju titik yang ditunjukkan pada lembaran misi yang kami bawa. Lokasinya tidak jauh lagi. Kami mulai hening dan fokus pada pencarian goblin. Hanya berbisik jika benar-benar perlu berbicara.

"Heee laperrr..."

"Arka mau kubuatkan makan?"

"Eh? Pake apa bikinin makannya?"

"Aku bisa buatkan makanan dari bahan-bahan makanan yang aku kumpulkan selama kita berjalan tadi."

"Ok. Kalo gitu kita istirahat dulu. Lokasi kita udah deket dengan goblinnya, tapi aku laper. Mending kita lanjutkan pencariannya habis makan."

Ren mengumpulkan buah-buahan, dedaunan, dan batang tanaman yang bisa dimakan selama perjalanan tadi. Dan sekarang dia mempersiapkan semua bahan makanannya untuk makan siang kami.

Tak kusangka sebelumnya, ternyata Ren sangat pandai dalam mengolah bahan makanan yang ada menjadi hidangan yang menarik. Cara dia memotong, mencampur, dan mengolah semua bahan yang ada, cara dia mencicipi hidangannya, dan cara dia menghidangkan kepada kami, benar-benar mengingatkanku kepada ibuku.

Wanita seperti ini, dapat mencuri hati seorang pria dengan menggunakan makanan yang dihidangkannya.

"Makasih ya hidangannya, Ren. Enak banget! Aku beruntung udah ngizinin kamu gabung ke party-ku."

"Hehehee iya Arka, aku juga terima kasih..."

"Umffh ummmffhhh!"

"Syla, telen dulu. Jorok banget sih."

Selesai makan siang, kami melanjutkan perjalanan dan sekitar setengah jam kemudian, akhirnya kami menemukan lokasi dimana tiga ekor goblin tersebut tinggal. Mereka membuat pondok dari daun dan ranting, cukup untuk mereka bertiga.

Hanya goblin. Dibanding kekuatan kami, mereka tidak ada apa-apanya. Di dalam otakku, ada tiga alternatif cara untuk membunuh mereka.

Pertama, kami serbu frontal. Tanpa banyak strategi juga pasti kami menang. Kedua, dari kejauhan, Syla bisa menembak kepala mereka bertiga sekaligus. Pasti Syla bisa, karena Dex-nya sangat tinggi setelah mendapat buff dari blessing Dark Alliance.

Dan yang ketiga, aku bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan kekuatanku yang sesungguhnya, kekuatan dark magic yang diberikan oleh Dewi Nyx, untuk membunuh ketiga goblin itu sekaligus, sambil memperlihatkannya kepada Syla dan Ren. Tujuanku adalah agar lebih mudah untuk menjelaskan semuanya nanti. Seeing is believing, no pic = hoax.

Jadi kupilih metode ketiga.

"Syl, Ren, perhatikan ini. Ini yang ingin kujelaskan kepada kalian tadi."

Kupilih skill yang kugunakan untuk membunuh Helvaran dulu. Darkness Grip. Untuk persiapan, kuposisikan diriku di tempat terbuka agar goblin-goblin itu bisa melihatku, dengan harapan bahwa mereka akan menyerangku.

Benar saja. Setelah melihatku, mereka langsung mengambil kapak batu mereka dan menyerangku. Ahh... Sudah lama aku tidak mengeluarkan skill ini...

"Darkness Grip"

"Kiiiik! Kiikiiiik!"

"Kieeek kekikiik!"

"Kiiiiiiiiiik!"

Asap hitam spiral keluar dari tangan kananku. Melilit ketiga goblin itu sekaligus. Kali ini, aku tidak membunuh dengan Darkness Grip. Tapi aku mengkombinasikan Darkness Grip dengan Darkness Creation. Bagaimana?

Disaat Darkness Grip sudah mengunci semua pergerakan ketiga goblin tersebut, kukeluarkan Kuroshi dari sarungnya dengan tangan kanan. Dengan Darkness Creation, kutambahkan energi dark magic kepada Kuroshi sehingga ukurannya memanjang sampai lima meter dan sudah dapat menjangkau ketiga goblin dari posisiku saat ini.

Tangan kiri yang mengunci, tangan kanan yang menebas. Ok, eksekusi.

*Shiiish*

*Crrroosssssssss*

Dengan sekali ayunan santai Kuroshi, ketiga kepala goblin itu langsung terpenggal. Arteri carotis mereka ikut terpotong dan menyemburkan darah dari lokasi penggalan kepalanya. Darah yang menyembur itu memiliki tekanan yang berirama, mengikuti detak jantung karena walaupun kepalanya dipenggal, jantungnya masih tetap berdetak sampai seluruh jaringan pada jantung tersebut mati karena kekurangan pasokan oksigen dan kehabisan darah.

Tiga buah kepala goblin yang menggelinding di tanah setelah kupenggal itu rencananya nanti akan dibersihkan sedikit dan kami bungkus, lalu akan kami bawa ke guild sebagai barang bukti misi telah selesai.

"Arkaaa! Itu tadi apa???"

"A-Arka..."

"Gimana, kalian udah liat kan? Dark magic yang kumiliki?"

"Ka-kamu keturunan mo-mo-monster ya? Atau keturunan Iblis?"

"Arka, kamu harus jelasin semuanya, dari awal sampe detik ini, seeemuanya!"

"Ok, tenang, aku akan jelaskan seeemuanya sambil perjalanan kembali ke Kota Dranz. Nih, Ren, angkut dulu kepala goblin ini."

Misi selesai. Kami memulai perjalanan pulang untuk melapor dan mendapatkan bayaran atas misi membunuh goblin ini. Syla dan Ren masih menuntut penjelasan atas apa yang mereka lihat tadi.

Hasilnya, sepanjang perjalanan, aku menjelaskan tentang diriku sebelum ke dunia ini, lalu bagaimana aku bisa berada di dunia ini, kemudian berkah yang diberikan Dewi Nyx kepadaku. Lalu aku menjelaskan skill apa yang kugunakan tadi. Berikutnya, aku menjelaskan tentang buff untuk semua party member yang diperoleh dari salah satu blessing yang baru saja muncul pada statusku sesaat setelah mendaftarkan party di guild tadi pagi.

Awalnya, mereka masih ragu dan curiga terhadap penjelasanku. Tapi setelah semua pertanyaan yang mereka ajukan padaku, kujawab satu per satu, kini mereka sudah mulai memahami tentang semua yang terjadi padaku. Aku juga mengingatkan bahwa rahasia tentang kekuatanku yang sesungguhnya ini harus dijaga. Agar kami semua tidak terjerumus ke dalam tuduhan dan fitnah yang malah akan merepotkan kami.

Selain itu, kini mereka juga mengetahui bahwa aku adalah mahasiswa kedokteran sebelum dikirim ke dunia ini. Awalnya mereka bingung, tapi kucoba menjelaskan dengan perumpamaan yang lebih mudah dimengerti. Mereka tahu tentang sekolah, seperti sekolah magic. Nah, mirip seperti itu, tapi yang dipelajari bukan magic, melainkan ilmu kesehatan dan penyembuhan yang sifatnya non magic.

"Anu... Arka... Kalau begitu, kamu bisa menyembuhkan lenganku? Ini... Tadi tertusuk duri saat sedang mengambil buah-buahan, terus sepertinya ini masih ada duri di dalamnya."

"Kenapa kamu nggak bilang dari tadi? Mana coba liat."

"Aku sebenarnya tidak ingin merepotkan kalian..." Kata Ren sambil menjulurkan lengannya ke arahku.

"Kalo sampe infeksi karena dibiarin, malah bakal lebih ngerepotin lagi. Apalagi sekarang kita udah se-party." Aku mengomel sambil memeriksa kondisi luka di dorsal antebrachium kanan Ren.

Vulnus punctum. Terdapat corpus alienun di bagian dalam lukanya. Sepertinya memang ada patahan duri yang tertinggal. Aku coba sedikit menekan untuk mendorong durinya supaya bisa keluar, tapi tidak mau keluar.

"Aw! Uuuu... Sakiiit..."

Dan masalah berikutnya, Ren kesakitan. Aku harus memikirkan bagaimana cara untuk memberikan anestesi lokal. Karena rencanaku berikutnya adalah melakukan incisi kecil untuk dapat mengekstraksi corpus alienum di dalam luka tusukan itu.

Lidocaine... Mustahil. Aku harus menggunakan anestesi lokal yang bisa didapat di alam, atau dengan magic. Apa ya? Andai saja aku dulu rajin belajar dan membaca textbook kedokteran, bukan malah banyak bermain game online, pasti aku tidak segoblok ini.

Hmmm apa ya... Untuk mengurangi sensasi rasa nyeri yang dikirimkan oleh saraf tepi ke saraf pusat, yaitu otak, maka harus diberi sensasi lain yang dapat menghambat intensitas sensasi nyeri yang dikirim.

Bisa dengan usapan atau elusan. Tapi kalau diusap-usap terus, bagaimana aku mau incisi lukanya? Dan beresiko infeksi. Dengan sensasi panas? Kasihan nanti Ren tambah kesakitan. Dingin? Hmm... Bisa juga. Ini bisa dicoba. Tapi, dingin? Es? Aku tidak bisa menciptakan water magic setingkat es. Water ball saja tidak mampu. Eh, tapi... Syla!

"Syl, kamu bisa membuat bola es kecil pake magic-mu?"

"Kalo bola es kecil aja, bisa sih, Ar... Emang mau buat apa?"

"Nice! Kamu liat aja nanti, Syl. Dan Ren, aku mau ambil duri yang ketinggalan di dalem kulitmu ya. Nanti aku sayat kecil baru diambil."

"Apa tidak masalah? Tidak sakit?"

"Iya, sakit. Tapi nanti aku kurangin sakitnya biar nggak terlalu sakit."

"Ba-baiklah..."

Pertama, kusiapkan minor set yang selalu kubawa dan disimpan di dalam gulungan yang terbuat dari dark magic, menempel di ikat pinggangku. Kubuka gulungannya, terbentanglah minor set buatanku. Sudah ada juga beberapa kassa yang kubuat dari dark magic.

Berikutnya, aku harus bersihkan sekitar lukanya dulu dengan cairan disinfektan. Untung aku selalu bawa Gorev, minuman beralkohol 70% yang memang sengaja kubawa setiap bepergian untuk digunakan sebagai cairan disinfektan. Kusiram dulu lukanya dengan air minumku. Kemudian kutuangkan Gorev di lukanya. Dan juga kutuangkan di tanganku untuk handrub.

"Aw..."

"Maaf ya, Ren."

Mungkin sebaiknya kuberikan anestesi lokal dulu sebelum disinfektan ya? Supaya Ren tidak kesakitan karena lukanya disiram alkohol. Aduh, aku lupa urutan prosedurnya yang benar bagaimana!

"Syla, tolong bikinin bola es."

"Siap bos! ... Nih!"

"Thanks ya."

Wow, chantless magic. Ternyata Syla juga bisa mengeluarkan magic tanpa perlu mengucap mantra.

"Ren, aku dinginin dulu ya lukanya..."

"Iya... Hii-"

"Tahan dikit ya, Ren."

"Um..."

Setelah sekitar satu menit kutempelkan bola es di lengan Ren, aku tes efek anestesinya dengan pinset.

"Sakit, Ren?"

"Tidak."

"Ini?"

"Sakit, sedikit."

Sepertinya efek anestesi segitu sudah lumayan efektif walaupun tidak sekuat efek lidocaine yang biasa kugunakan dulu. Ok, kutempelkan lagi selama satu menit untuk lebih meyakinkan.

"Ren, ini aku sayat dikit ya..."

"I-iya..."

Kulepaskan tempelan bola es itu dan kuletakkan di lembar pembungkus minor set ku. Lalu kuambil bisturi dengan tangan kanan, pinset kupegang dengan tangan kiri. Berikutnya kusayat sekitar 5mm pada vulnus punctum sampai corpus alienum di dalamnya terekspos.

Kulihat Ren, ekspresinya menunjukkan jika dia sudah mulai merasakan sakit. Mungkin sebelum kulanjutkan, perlu kutempelkan lagi bola es ke luka sayatnya. Untuk mengurangi nyeri sekaligus mengurangi pendarahan.

Kulepas kembali bola es nya. Lalu dengan pinset, kucoba untuk membuka sayatannya agar lebih mudah untuk melihat dan menjangkau corpus alienum. Kemudian dengan bisturi yang tadi, aku congkel corpus alienum tersebut untuk mengekstraksinya. Ok, dapat. Lalu kuambil kassa yang terbuat dari dark magic untuk membersihkan darahnya.

Setelah kuperiksa ulang, ternyata lukanya sudah bersih. Sementara masih kutekan kassa itu di lukanya untuk menghentikan pendarahan. Tidak berapa lama, pendarahan pun berhenti. Di sini, biasanya aku berikan salep antibiotik atau kassa antibiotik, tapi tentu saja saat ini aku tidak punya itu semua.

Jadi, kusiramkan lagi Gorev, kemudian kusiramkan air minum, lalu kubersihkan dengan kassa baru. Setelah itu, dengan kassa yang lain, kuperban lukanya dan kuikatkan, tidak terlalu ketat supaya aliran darahnya tetap lancar, tapi cukup kuat untuk memberikan tekanan dan supaya tidak mudah lepas.

"Ok, Ren. Udah selesai."

"Makasih, Arka..."

Aku merasa baru-baru ini sikap Ren mulai berubah terhadapku. Tidak terlaku kaku seperti di awal pertemuan kami. Ya, itu hal yang baik.

"Kok ribet banget sih mau ngeluarin duri doang, Ar?"

"Iya, semua prosedurnya itu dilakuin supaya nggak infeksi, terus cepet sembuhnya, dan nggak nyiksa orang yang ditolong."

"Hooo..."

"Yuk jalan lagi. Udah mulai sore nih."

"Okay!"

"Baik!"

***

Di perjalanan kami sama sekali tidak menemukan kesulitan. Monster-monster disini terlalu lemah. Bahkan malah ada yang mati hanya dengan sekali sentil oleh Ren. Memang monster kecil, tapi tetap saja, sekali sentil.

Bahkan, Syla hanya menggunakan satu batang anak panah dari puluhan yang dibawanya. Itupun karena malas berurusan dengan monster babi hutan yang larinya lumayan kencang. Jadi dia gunakan anak panahnya untuk membunuh monster itu dari jauh sebelum monster itu menyadari kehadiran kami.

Setelah hari menjadi gelap, akhirnya kami bisa melihat Kota Dranz dari kejauhan. Indah sekali kota itu jika dilihat dari kejauhan. Terang, sangat terang malah. Bahkan dari jarak sejauh ini, kami bisa melihat betapa terangnya Kota Dranz.

Tapi, apa benar Kota Dranz seterang ini? Perasaanku kenapa tidak enak begini?

"Syla, Ren, kalian lihat Kota Dranz. Apa itu tidak terlalu berlebihan cahayanya sampai seterang itu?"

"Karena kamu bilang gitu... Bener juga ya, Ar. Kok kayak nggak wajar ya terangnya?"

"I-itu..."

Wajah Ren terlihat seperti sangat terkejut, darah di wajahnya memucat.

"Ren, kamu kenapa?"

"Keb-kebakaran... Itu kebakaran! Dan... Itu kebakaran luas! Mung-mungkin... Kota Dranz sedang diserang!"

"Fuck! Serius!?"

***BERSAMBUNG...***

_______________________________________

Halo pembaca! Terimakasih sudah membaca.

Beberapa nama penting dalam chapter ini :

-Resepsionis Misi, Tresa.

-Resepsionis Administratif, Frei.

-Dark Edge.

-Erazor.

Bagi yang bingung dengan nilai magic power atau dark magic yang dimiliki oleh Arka, begini simplenya :

Magic Power = Energi Dark Magic = Intelligence (Int)

Yes, sama. Itu semua nilainya sama.

Satu lagi, bagi yang bingung dengan istilah-istilah bahasa planet lain di chapter ini, silahkan googling yaa...

Medical Terminology

Minor set : peralatan bedah minor.

Disinfektan : membersihkan penyebab infeksi.

Handrub : cuci tangan dengan alkohol.

Vulnus punctum : luka tusukan.

Corpus alienum : benda asing.

Lidocain : salah satu obat bius lokal.

Anesthesia : menghilangkan fungsi saraf agar tidak terasa apapun.