Halo semua, gas lagi ya... Silahkan berbuat kebaikan dengan cara vote cerita ini, terimakasih. Selamat membaca, selamat menikmati!
_______________________________________
"Hoooaaahhhhmmmm~"
Cahaya mentari menembus jendela kamar tempatku tidur semalam. Menembus celah-celah antara daun dan ranting pepohonan raksasa di sekitar istana, seakan tampak berkedip-kedip karena pergerakan dedaunan yang tertiup angin.
"Scrubs ini, nyaman juga buat tidur. Dan belum ilang. Berarti ini bener-bener permanen. Hoaahhhhmm."
Setelah beberapa kali menguap, aku putuskan untuk bangun dari tempat tidurku.
"Eh? Kok rasanya badanku jadi berat ya? ...Tu-tunggu."
Seketika bulu kudukku berdiri, merinding. Ini... Ini bukan seperti yang kubayangkan, kan? Ini bukan seperti scene di anime ecchi dimana sang MC bangun tidur dan menemukan wanita di balik selimutnya, kan?
Tanganku gemetar.
"Plis, jangan. Aku belum siap buat yang beginian."
Syla? Maid? Jangan... Jangan, please, jangan...
Tangan kananku yang gemetar ini kugerakkan menuju ujung selimut yang berada di sebelah kiriku. Kucubit ujungnya, perlahan kuangkat, dari arah kiri, ke arah kanan tubuhku. Selimutnya mulai terangkat, perlahan, memperlihatkan isi gundukan yang ada di sebelah kiri tubuhku.
"... Ah. Guling..."
Ada sedikit perasaan lega di hatiku. Tapi ini belum selesai. Selimutnya masih kubuka perlahan, memperlihatkan badanku yang tertutup selimut. Dan...
"TA- TANGAN! TANGAN SIAPA INI..." Ucapku dengan berbisik kuat.
"Ummhh..."
Seakan-akan tidurnya terganggu oleh suaraku, sang pemilik tangan yang sekarang sedang melingkari dadaku ini merespon dengan mengeluarkan suara yang... Seksi.
"E-e-eh..."
GAWAT! Apa yang gawat? Hercules Junior yang sedang dalam kondisi 'morning glory', mendengar suara itu, ikut merespon dengan denyutan yang semakin kuat.
Aaah sudahlah! Aku tak peduli lagi! Kalau dibiarkan terus bisa-bisa naluri hewaniku yang mengambil alih kesadaranku.
*Brrrebb*
Kubuka selimutku dengan menghentakkannya sehingga tubuh seorang gadis dark elf, seorang gadis yang aku tahu persis, dapat terlihat semuanya. Mengenakan piyama tipis berwarna putih, masih tidur dengan nyaman di sisi kanan tubuhku sambil memelukku layaknya guling.
"Syla! Bangun Syla!"
"Umhhh..."
"Banguuuuun!"
"Hm?... EH ADUH EH ARKA!"
Aku memegang dan menggoyang-goyangkan bahunya Syla, sambil meneriakinya untuk bangun. Gadis itu terbangun, lalu bingung sesaat. Dan setelah nyawanya terkumpul, dia langsung kaget dan terlihat panik. Lalu langsung bangun dan duduk bersimpuh di atas kasur, masih di sebelah kananku, menghadapku, menunduk malu.
"Syla..."
"Uu..."
"Syla!"
"Ha-! iya! Maafin aku maafin aku!"
"Tolong, jelasin, kenapa kamu bisa ada di tempat tidurku? Bukannya tadi malem kamu tidur di kamarmu?"
"Eee... Itu... Ta-tadi malem, aku nggak bisa tidur..."
"Trus?"
"Eh- a-aku kepikiran Arka terus. Aku nggak tau kenapa aku jadi gini. A-aku pengen cepet-cepet ketemu A-Arka lagi..."
Ini gawat. Ini serangan akut. Hatiku belum siap menerima fakta ini. Selama 22 tahun hidup, aku hanya pernah terobsesi dengan waifu 2D, sedangkan hal yang terjadi sekarang adalah tabrakan maut antara 2D dan 3D. Tapi aku tetap berusaha sok cool dan mempertahankan ketenanganku untuk saat ini.
"Jadi... Aku... Ke kamarmu. Pi-pintunya... Nggak dikunci..."
Haaa... Berarti menurutmu, ini adalah kesalahanku juga karena aku tak mengunci pintu? Itu bukan logika yang tepat, Syla...
"Trus?"
"A-aku masuk... Aku lihat wajahmu waktu lagi tidur... Sangat menenangkan... Aku nggak sadar, ti-tiba-tiba aku udah berbaring di sampingmu sambil ngeliatin wajah tidurmu. Trus, yang berikutnya aku tahu, ya pas kamu bangunin aku barusan. Maafin aku, Arka!"
Syla meminta maaf sambil menunduk, wajahnya merah padam, ia memejamkan matanya kuat-kuat, seakan-akan dia sudah berada di tepian batas menahan tangisnya. Setitik kecil air mata sudah tergenang di sudut matanya.
"... Hmmh... Syla... Syla."
"...I-iya!"
"Tenang dulu, tenang. Aku nggak marah kok. Kamu jangan nangis..."
"Hu-... HUUUAAAAAA!"
Fuck. Kenapa dia malah nangis?! Aku panik. Bagaimana kalau semua orang yang mendengar tangisannya jadi salah mengira? Bagaimana jika semua orang berpikir kalau aku telah melakukan suatu hal yang buruk kepada Syla?
"Ubh-bbbbffffffffhhh!"
"Diem. Syla, diem."
Aku langsung mendorongkan tanganku untuk menutup mulutnya dengan kuat sampai Syla terbaring di kasur, dengan mulut tertutup oleh tanganku. Dia masih berusaha menangis, tapi kutahan dengan kuat. Sampai hanya sedikit saja suara yang masih terlepas.
"Umpff... Mhm."
Aku, menindihnya sambil menutup mulutnya. Syla, terbaring di kasur, dia mengangguk sedikit, lalu tampak sudah mulai tenang. Perlahan kukurangi tenaga dorongan tanganku ke mulutnya, dan perlahan kulepaskan.
"A-Arka..."
Syla memanggilku dengan setengah berbisik, sambil wajahnya sedikit menunduk ke arah kanan bawah, tetapi kedua matanya terkunci ke arah mataku. Sisa air mata yang tadi masih membasahi kulit pipinya yang berwarna coklat kemerahan. Perlahan, Syla memejamkan kedua matanya, lalu mengangkat dagunya mendekati wajahku. Seakan-akan menyerahkan kepolosan bibirnya kepadaku.
*Jegrekk!* Pintu terbuka dengan cepat.
"SYLA! ADA AP-!... Maafkan kelancanganku..."
*Ceklek...* Pintu ditutup perlahan.
"..."
"..."
Aku terdiam, Syla pun tak bersuara. Aku masih menoleh ke arah pintu. Kemudian aku alihkan pandanganku ke Syla yang masih berada di bawahku dengan tatapan kosongnya. Kulihat lagi ke arah pintu. Lalu kulihat ke arah kakiku.
Ternyata, posisiku saat ini adalah posisi yang sama persis dengan yang ada di scene ecchi. Sang wanita berbaring terlentang, sang pria menindih wanita itu dengan posisi setengah merangkak.
Dan yang membuatnya lebih meyakinkan lagi, dagu Syla masih dalam posisi diangkat mendekati wajahku. Seolah-olah kami sedang dalam proses menuju berciuman.
"He.....HEEEEEEEEHHH!!! Tunggu! Tunggu Yang Mulia Ratu! Ini salah pahaaaaaamm!!!"
***
"Pagi yang ceria... Tuan Putri memang selalu membawa keceriaan di istana ini. Aku tak bisa membayangkan jika nanti Tuan Putri akan pergi meninggalkan istana ini untuk hidup bersama seorang pria yang dicintainya..."
Gumam seorang maid yang sedang bersih-bersih di lorong sekitar kamar yang kutempati. Dia adalah salah satu dari sekian banyak maid loyal yang mengabdikan dirinya untuk melayani keluarga Kerajaan Acresta. Well, tapi dia bukan tokoh yang penting...
***
Singkat cerita, aku berhasil menjelaskan semua yang sebenarnya terjadi kepada Ratu Virtena dan Raja Rubion. Tapi tetap saja, masih ada residu perasaan malu yang kurasakan. Setelah itu, kusampaikan keinginanku agar aku bisa tinggal di penginapan umum saja, dengan alasan aku ingin lebih banyak mengobrol dan menikmati suasana di wilayah Kerajaan Acresta.
Raja Albion memahami keinginanku itu. Dan ia melepas putrinya agar putrinya dapat menemaniku kemanapun aku pergi nanti. Dia memberikan kalung dengan liontin berupa logam berwarna krom dengan ornamen khas kerajaan, yang menunjukkan bahwa aku adalah tamu kerajaan. Yang nantinya, aku hanya akan memasukkannya ke dalam bajuku agar tidak mencolok di mata rakyat Kerajaan Acresta. Aku hanya akan menunjukkannya di saat perlu saja.
Aku merasa tidak nyaman jika semua orang jadi bersikap terlalu menghormatiku.
Niatku seperti itu. Namun yang sekarang terjadi...
"Arkaaa! Ayo kita kesana, kutunjukin sesuatu!"
"Yaaa." Jawabku dengan datar sambil menahan malu.
Seorang gadis dark elf dengan kulit coklat, memeluk lengan kiriku sambil menarikku kesana kemari. Membuat semua orang di sekitar kami tersenyum sambil menundukkan kepalanya untuk menghormati Syla. Gadis ini...
Syla, dari sejak kejadian tadi pagi, sikapnya berubah total terhadapku. Dia menjadi tidak sungkan untuk menggandengku, bahkan sesekali memelukku. Ini membuatku merasa kurang nyaman dan malu karena dilihat oleh banyak orang. Dan yang tidak pernah hilang dari wajahnya sejak tadi adalah, senyuman super cute khas Sylaria Wyndia Acresta. Dia terlihat sangat bahagia. Entahlah.
Tadi pagi, setelah sarapan bersama raja dan ratu, aku berpamitan untuk meninggalkan istana dan mencari penginapan yang biasa saja. Tidak lupa sebelumnya kuceritakan tentang sisa Helvaran yang masih ada di hutan, agar Raja Rubion dapat memanfaatkannya untuk kebutuhan kerajaan.
Tapi setelah melangkah keluar dari istana, sebelum mencari penginapan, aku meminta Syla untuk menunjukkan tempat dimana aku bisa menjual 'gading' Helvaran. Ya, bagaimana aku mau membayar penginapan jika uang saja tidak punya.
Syla menunjukkanku sebuah lokasi yang terlihat seperti pasar. Banyak material-material yang diperjualbelikan di sini. Entah itu material dari monster, material hasil tambang, atau material yang disintesis buatan. Kami berjalan mencoba menawarkan gading ini, tapi tampaknya semua pedagang memberikan referensi satu tempat yang sama untuk kami melakukan transaksi jual beli material mahal.
Syla tampak sangat bahagia. Yah, sudahlah. Kubiarkan saja tetap seperti ini untuk sekarang. Aku juga senang, di saat payudara Syla menekan ke lenganku, atau lenganku terselip di belahan dadanya, entah dia sengaja atau tidak, yang pasti aku menikmatinya. Aku juga pria normal heterosexual.
Kami sampai di bangunan yang paling mencolok di tengah-tengah pasar ini. Tanpa ragu, kami memasukinya.
"Selamat datang Tuan Putri Sylaria! Apakah gerangan yang membawa Tuan Putri ke gubuk kami yang kotor ini?"
Blehhh... Basa basi seperti ini yang membuatku muak. Aku tidak menyukai orang-orang yang 'merendah untuk meroket' seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, beginilah society.
"Arka..."
"Ini."
*Dugg*
Tanpa banyak bicara, kuletakkan gading Helvaran yang kusimpan sebelumnya, di atas meja si pedagang. Si pedagang basabasi itu tampak terkejut.
"I-ini...?"
"Sesuatu seperti gading yang keluar dari rahang seekor kadal raksasa, Helvaran. Aku ingin menjual ini."
"Tunggu sebentar, Tuan. Berikan kami waktu agar kami bisa taksir nilai material ini. Mungkin, jika berkenan, Tuan dan Tuan Putri bisa melihat-lihat sebentar di sekitar sini agar tidak bosan menunggu."
Si pedagang basabasi itu dengan cepat mengembalikan ketenangannya. Sambil membawa gading Helvaran ke bagian belakang tokonya, pedagang itu melirik ke arah sarung Kuroshi, terutama ke arah gantungan yang terbuat dari bola mata Helvaran. Lalu dia tersenyum, aku tak mengerti maksud senyumannya.
Ngomong-ngomong soal bola mata Helvaran, Syla membuat bola mata Helvaran miliknya menjadi liontin pada kalung yang terbuat dari adamantium, dengan bantuan blacksmith di istana. Bola mata Helvaran berukuran hanya sebesar bola pingpong, membuatnya masih estetis jika dijadikan liontin karena tidak terlalu besar. Dengan memancarkan cahaya redup berwarna merah, liontin yang menggantung di atas area belahan dada Syla jadi terlihat sangat indah.
"Arka, Arka, dari tadi paman itu ngelirik ke dadaku terus..."
"Ah, perasaanmu aja."
Syla memakai pakaian yang lumayan tertutup. Walaupun payudaranya besar, tapi tidak terlalu memancing nafsu lelaki karena tertutup pakaian yang longgar. Kemungkinan terbesar adalah, pedagang itu melihat liontin yang menghiasi dada Syla.
"Iiiih. Kok nggak percaya..."
"Udah ah, mending ngurusin yang lain."
"Arka bodoh!"
"Haiss... Yaa yaa..."
Tak lama kemudian, pedagang tadi keluar sambil membawa gading Helvaran. Wajahnya tersenyum sambil berjalan mendekatiku.
"Tuan, terimakasih sudah menunggu. Kami sudah selesai menaksir nilainya. Untuk gading ini, bagaimana jika kami membelinya dengan harga 45 Acrestian Gold?"
Eeeh... Aku tak tahu nilai mata uang disini. Seberapa besarkah nilai 45 Acrestian Gold itu? Tapi perasaanku disini mengatakan bahwa, pedagang sialan ini menawar terlalu rendah, berusaha mencari keuntungan sebesar-besarnya. Di sini aku coba bersikeras sedikit. Bertanya ke Syla juga tak berfaedah, dia putri raja yang bahkan tidak pernah memikirkan berapa harga bahan makanan pokok.
"Terlalu murah."
"Wek-"
"100 Acrestian Gold."
"Tuanku... Kalau 100 masih terlalu berat bagi kami. Bagaimana kalau 80 saja?"
Nah, ketahuan harganya tidak semurah itu. Harganya pasti bisa lebih tinggi lagi kalau aku bersikeras. Tapi aku malas untuk tawar-menawar seperti ibu-ibu di pasar. Dan tawaran terakhirku...
"90. Deal atau lupakan saj-"
"-Deal!"
Langsung dipotongnya. Dasar pedagang mata duitan sialan. Ah terserahlah, yang penting aku bisa memegang uang untuk kebutuhan sehari-hari selama di sini.
Tak berselang lama, paman pedagang itu memberikanku sekantong koin emas. Tentu saja, kuperiksa apakah benar jumlahnya dan koin yang diberikan adalah koin emas Acrestian. Setelah aku yakin, kumasukkan lagi semua koin ke dalam kantongnya dan kami berjabat tangan singkat. Budaya berjabat tangan sepertinya sama dengan di duniaku sebelumnya.
"Bisa numpang toilet?"
"Oh, silahkan Tuanku, ke arah belakang, lalu belok kanan. Di sana ada toilet."
"Ok makasih."
Aku tidak ingin buang air. Aku hanya butuh tempat tertutup untuk melakukan Darkness Creation. Untuk apa? Untuk membuat kantong anti maling anti copet. Karena aku tidak suka dikhawatirkan dengan hal-hal seperti itu.
Kantong penyimpanan koin emas, berwarna hitam pekat tentunya, dan memiliki sistem khusus, yaitu hanya aku yang bisa membukanya, hanya aku yang bisa menempelkannya dan melepaskannya dari ikat pinggangku. Dimana ikat pinggang yang kugunakan ini, juga merupakan hasil dari Darkness Creation.
Setelah keluar dari toilet dan menemui Syla yang menungguku di depan toko, si pedagang itu kembali mendekatiku.
"Tuanku, apakah anda berniat untuk menjual hiasan pada sarung pedang anda?"
"Nggak, terimakasih."
"Baiklah... Jika suatu saat anda ingin menjualnya, mari kita bertransaksi lagi."
"Ok kita lihat nanti."
Aku sudah muak berlama-lama di toko itu melihat muka si pedagang serakah itu.
"Ayo Syla, kita cari penginapan."
"Okay! ...eh, kita?"
"Oh kalo kamu nggak mau ikut aku ya nggak apa-apa. Kamu tidur di istana aja."
"Mauuuuuu mau ikuttt! Hehee..."
"Hahhh... Cape."
Kami pun bergegas mencari penginapan. Aku tak mencari penginapan yang mewah. Cukup yang biasa saja, asalkan tidak kotor. Untuk menghemat budget, aku mencari penginapan satu kamar yang memiliki 2 kasur terpisah.
Saat kami masuk ke salah satu penginapan, seisi penginapan seperti panik dan langsung beres-beres. Ahh... Pasti karena Syla. Apa kusuruh Syla supaya pakai topeng saja ya? Kami tidak jadi menginap di penginapan yang tadi. Aku cari topeng untuk Syla di pedagang mainan anak.
Ada topeng putih dengan muka rata, menutupi hanya separuh wajah. Sepertinya itu topeng yang menyerupai legenda salah satu setan yang terkenal di sini. Aku tak urus itu. Aku beli itu dan kusuruh Syla untuk selalu memakainya setiap keluar dari kamar.
Akhirnya, kami merasakan kehidupan yang sedikit lebih nyaman. Dengan berkurangnya jumlah orang yang menunduk setiap kami berjalan.
***
Tiga hari berlalu begitu saja. Aku pergunakan waktuku di sini untuk mengobrol dengan banyak orang di sini sambil mengumpulkan informasi dasar yang wajib diketahui di dunia yang baru ini. Dan belakangan baru kusadari kalau 90 Acrestian Gold, disingkat AG, itu merupakan jumlah yang lumayan besar. Aku bisa bermalas-malasan dalam kemewahan selama tiga bulan tanpa perlu bekerja.
Dengan 1 AG sehari saja, aku bisa menyewa penginapan termewah, makan steak pagi siang malam, menikmati minuman keras free flow. Eh? Minuman keras? Alkohol, disinfectant. Ah! Aku butuh alkohol konsentrasi tinggi! Karena aku butuh larutan disinfectant untuk membersihkan luka supaya tidak infeksi. Berhubung sesuatu yang seperti povidone iodine (bet*dine) mustahil untuk ditemukan di sini, alkohol malah sangat mudah ditemui.
***
Sambil menikmati kehidupan di wilayah Kerajaan Acresta, aku mencari minuman keras dengan kadar paling tinggi yang dijual bebas di sini. Setelah tiga hari berpindah-pindah tempat bersantai sambil minum miras, akhirnya kutemukan. Dengan merk dagang Gorev, miras ini memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi, sekitar 70%. Pas dengan alkohol yang biasa digunakan sebagai disinfectant dan handrub.
Aku membeli sebotol Gorev ukuran kecil, sekitar 200ml. Menurut info dari bartendernya, Gorev ada dijual dimana-mana, terutama di kota para manusia, di sana mudah didapat, dan relatif murah untuk sekelas minuman beralkohol dengan kadar 70%. Aku beli ukuran kecil supaya mudah dibawa kemana-mana.
"Haarrkaahh... Pewuukk..."
"Baru minum secangkir udah mabok."
"Aguu mo pewuuk harkaah..."
Syla sudah terlalu mabuk. Apakah semua dark elf tidak kuat dengan alkohol? Atau hanya Syla saja? Sekarang, aku dan Syla sedang menikmati musik dan minuman di salah satu tempat hiburan, seperti pub, dan Syla sudah tidak bisa kontrol dirinya lagi. Haaahhh... Sepertinya aku harus menggendongnya lagi ke penginapan.
Besok, genap seminggu aku berada di Kerajaan Acresta. Dark elf di sini ramah-ramah. Tidak seperti yang dideskripsikan di beberapa anime dan game. Berarti sudah enam malam kami berada di sini. Dan sudah enam malam juga aku menggendong pulang Syla ke penginapan dalam keadaan hampir tak sadarkan diri karena dia mabuk.
"Syla, yuk balik ke penginapan."
"Eendooong~"
Dari tadi, Syla sudah menyandarkan kepalanya di bahu kananku, dan kedua tangannya memelukku dari samping karena dia sudah tak kuat lagi mempertahankan postur tubuhnya untuk tetap tegak. Setelah setiap malam seperti ini, sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan keberadaan gadis cantik berkulit eksotis ini bersama segala tingkahnya yang sering membuatku tersenyum.
"Cewek ini, hopeless banget..."
"Aaaagggaaaagggaahh"
"Dan princess pun mulai meracau..."
Kubaringkan dia di kasurnya. Bajunya tersibak, memperlihatkan perutnya yang rata dan kencang. Such a fine girl... Kurapikan posisi tidurnya, kulepas sepatunya dan pakaian luarnya. Kugantikan dengan piyama yang selalu ia kenakan untuk tidur. Aku juga sudah lumayan terbiasa melakukan ini. Gadis ini, aku tidak bisa melepasnya sendirian di luar sana. Ada sedikit perasaan ingin melindunginya dari dalam lubuk hatiku.
Setelah urusan Syla selesai, aku segera membersihkan tubuhku. Mandi, ganti pakaian, merapikan semua barang-barang milikku dan milik Syla, gadis yang sudah tergeletak tak berdaya di kasurnya. Aku membereskan barang-barang supaya besok pagi tinggal finishing saja, dan tidak terlalu sibuk merapikan banyak hal.
***
Keesokan paginya, hari dimana aku berencana untuk meninggalkan Kerajaan Acresta dan memulai perjalanan menuju Kota Dranz, tumben sekali aku bangun tanpa ada Syla di kasurku. Gadis itu, semenjak kejadian di istana, malah menjadikan hal itu sebagai rutinitas. Aku, sebagai pria normal yang mendapat perlakuan seperti itu dari seorang gadis belia, cantik dan sexy pula, hanya bisa menasehatinya secara formalitas saja. Karena aku sendiri juga menikmatinya.
"Kemana ya anak itu..."
Aku melihat sekeliling kamar. Ternyata sisa barang-barang Syla sudah ter-packing ke dalam tas kulit yang sepertinya merupakan tas kesayangannya. Ya sudahlah. Sebaiknya aku mandi dan bersiap-siap ke istana, berpamitan kepada raja dan ratu sebelum meninggalkan kerajaan ini.
Setelah selesai mandi dan memakai pakaian lengkapku, Kuroshi di pinggang kiri, minor set yang sudah kubungkus di dalam kain yang dilipat dan digulung yang merupakan hasil Darkness Creation, kuikatkan di ikat pinggang di atas gluteus kiri. Dan 'dompet' anti maling anti copet, kutempelkan di ikat pinggang, di atas gluteus kanan.
Kemudian aku menurunkan barang-barang dan menitipkannya ke penjaga penginapan. Rencanaku, setelah selesai berpamitan di istana, aku akan kembali lagi untuk mengambil barang-barangku. Penginapannya berada di antara istana dan gerbang untuk keluar dari wilayah kerajaan.
Sesaat sebelum aku melangkahkan kaki keluar dari penginapan,
"Arkaaa!"
Kudengar suara Syla memanggilku dari kejauhan. Dia berlari ke arahku sambil membawa busur panah yang belum pernah kulihat sebelumnya. Bentuknya sangat indah, dihiasi ukiran dengan ornamen yang sangat menawan. Warnanya putih kekuningan, seperti gading. Gading Helvaran? Most likely.
"Arka, aku punya busur panah baru! Hehee..."
"Jangan bilang, dari gading Helvaran?"
"Iya dooong! Aku seneng banget tauuu... Soalnya, ini... ~pemberian dari calon suamiku~"
Bagian terakhir dari kata-katanya diucapkan dengan suara yang sangat kecil, sehingga tak satupun kata yang dapat kudengar di bagian itu.
"Ha? Apa?"
"Nggak ada apa-apaaa... Hihii..."
"Halah. Ya udah, yuk."
"Sini, tangannya," kata Syla sambil menengadahkan tangannya
"Ogah."
"Iiih."
Tetap saja Syla menarik tangan kananku lalu menggandengnya sepanjang perjalanan. Aku sudah menyerah untuk melarang dan menolaknya. Karena kalau aku menolaknya, dia akan membuat kehebohan di tempat itu juga, dan itu pasti akan sangat membuatku malu. Jadi, biarkan saja, terserah dia lah.
Kami berjalan kaki sampai di depan gerbang istana. Pasukan penjaga gerbang langsung hormat, lalu membukakan gerbang untuk kami. Kami langsung masuk ke istana, menunggu di ruang keluarga sebentar, mengobrol sebentar, lalu berpamitan. Acara berpamitan hanya berlangsung singkat, tidak banyak juga yang bisa kami jadikan bahan obrolan.
Raja Rubion mengajakku berbicara empat mata di ruangan terpisah. Inti pembicaraannya hanya tentang menitipkan anaknya kepadaku, jangan lupa mengirimkan surat untuk memberitahu kabar kami, dan jangan sungkan untuk meminta bantuan jika membutuhkan bantuan. Aku menyanggupi itu semua.
Lalu kami berpisah, aku dan Syla kembali ke penginapan untuk mengambil barang. Raja Rubion menawarkan kuda untuk mempermudah perjalanan kami. Tapi aku sombong, dan menolaknya dengan halus. Karena aku ingin leveling.
"Aku bakal kangen sama orangtuaku..."
"Kalau kamu udah nggak kuat nahan kangenmu, kamu bisa pulang kapanpun kok."
"Tapi aku mau ikut Arka, kemanapun Arka pergi."
"Yaa terserah kamu aja..."
"Arka jelek!"
"Kalo jelek, jangan pegang."
"Tetep mau pegang pokoknya, weeekk!"
Sambil melakukan obrolan ringan, kami melangkah menuju gerbang keluar dari wilayah kerajaan. Syla terlihat sangat bersemangat dan begitu bahagia.
Selama seminggu di Kerajaan Acresta sambil mempelajari pengetahuan dasar di dunia ini sekaligus mengumpulkan informasi-informasi penting, inilah adalah beberapa hal yang sudah aku pahami.
MAGIC.
Magic memiliki 6 elemen, yang terbagi menjadi empat elemen natural dan dua elemen khusus. Elemen natural adalah fire, water, wind, dan earth. Elemen khusus adalah light dan dark. Fire kalah dengan water, water kalah dengan wind, wind kalah dengan earth, earth kalah dengan fire. Untuk light dan dark, secara umum keduanya lebih kuat daripada keempat elemen natural, hanya saja semua kembali kepada individu yang menggunakannya.
Elemen natural bisa dipelajari sendiri dan bisa dipelajari di sekolah magic. Sedangkan elemen light sifatnya eksklusif, hanya diajarkan secara turun-temurun dari seorang pendeta atau ulama suatu organisasi religius, kepada penerus mereka. Oleh karena itu, pengguna light magic sangatlah langka. Sedangkan untuk dark magic, biasanya digunakan oleh bangsa setan dan iblis. Dark magic tak bisa diajarkan. Dark magic akan muncul sendiri secara alami dari dalam diri setan dan iblis, muncul begitu saja, selayaknya manusia bernafas.
Dan di sini, aku, manusia yang memiliki energi dark magic yang sangat tinggi, bisa terjebak dalam masalah besar jika aku tidak berhati-hati dalam menggunkannya. Bisa-bisa aku dituduh keturunan iblis, dan dieksekusi hukuman mati, dengan dibakar sampai mati. Hahhh...
MONSTER.
Ada pembagian monster berdasarkan potensi kekuatannya. Yang paling tinggi adalah S, dan yang paling rendah adalah F. Untuk monster kelas F, hanyalah monster kecil dan lemah yang dapat dibunuh dengan mudah bahkan oleh segerombolan orang biasa yang tidak pernah berlatih ilmu bela diri. Monster kelas E, biasanya ukurannya lebih kurang sebesar manusia dewasa atau sedikit lebih besar, dan bisa dilawan oleh seorang petualang kelas atas.
Monster kelas D, ukurannya kira-kira sebesar gajah atau lebih besar dari itu. Untuk membunuhnya biasanya dibutuhkan party berisikan lima atau enam orang petualang kelas atas. Wyvern dan Minor Dragon masuk dalam daftar teratas di kelas ini. Monster kelas C, biasanya sudah memiliki ukuran yang sangat besar. Untuk membunuhnya, dibutuhkan dua puluh atau lebih petualang kelas atas yang sangat berpengalaman. Common Dragon masuk pada peringkat teratas di kategori ini.
Untuk kelas B, A, dan S, ada sedikit pengecualian. Di sini ukuran monster tidak diperhitungkan. Hanya kekuatannya saja yang membedakan. Untuk monster kelas B, penaklukannya dibutuhkan satu pasukan tempur kualitas terbaik yang berisikan 50.000 hingga 100.000 personil, dan kekuatan monster itu bisa meratakan satu kota besar dalam sehari. Monster ini lumayan langka dan jarang ditemui. Helvaran merupakan salah satu monster kelas B. Lucky me...
Untuk monster kelas A, kekuatannya bahkan bisa menghancurkan sebuah kota besar dalam hitungan detik hingga menit saja. Kemunculan monster tipe ini biasanya membekaskan kisah malapetaka dengan jumlah korban yang masif. Keberadaan monster kelas A ini sangat dirahasiakan, dan sengaja tidak diusik. Jumlah monster kelas A hanya lima saja di seluruh planet ini. Empat dari lima monster kelas A merupakan True Dragon. Satu sisanya adalah Demon Lord.
Dan untuk kelas S, kemunculannya bisa dianggap sebagai kiamat, kehancuran dunia, kemusnahan makhluk hidup di planet ini. Dalam seribu tahun terakhir belum pernah tercatat oleh sejarah tentang kemunculan monster kelas S. Seribu tahun, adalah sejarah paling tua yang pernah tercatat. Belum ada sejarah yang mencatat tentang apapun yang melebihi seribu tahun lalu. Untuk saat ini, monster kelas S hanya ada di dalam legenda atau dongeng. Bahkan, sebagian orang menganggap monster kelas S ini sebenarnya memang tidak ada. Tapi, siapa yang bisa menjamin?
Hewan yang sangat lemah dan tidak agresif, tidak dimasukkan dalam kategori monster, melainkan hanya dianggap hewan biasa. Dan ada beberapa pengecualian pada monster-monster yang memiliki kekuatan besar di balik ukuran tubuh yang tidak terlalu besar.
NILAI TUKAR MATA UANG
Acrestian Gold (AG), Silver (AS), dan Copper (AC), adalah mata uang yang bernilai paling tinggi di benua ini untuk jenis logam yang setara. Kenapa? Tentu saja karena ukurannya yang jauh lebih besar. Dibandingkan mata uang kerajaan terdekat saja, Elysian Gold (EG), ukuran AG masih dua kali lebih besar. Dibanding Balvaran Gold (BG), ukurannya tiga kalinya.
Di sini, perhitungan penukaran mata uang sangat simple, karena hanya mengukur perbandingan beratnya. Logam yang dijadikan mata uang adalah logam murni. Gold, menggunakan emas murni. Begitu pula dengan Silver dan Copper. Jadi yang membedakan hanyalah beratnya dan cetakannya. Nilai per gramnya sama dimana-mana.
Untuk konversi antara Gold, Silver, dan Copper juga tidak begitu rumit. 1 AG setara 10 AS, 1 AS setara 10 AC. Begitu juga dengan EG dan BG. Simple, tidak memusingkan seperti di duniaku sebelumnya.
TINGKATAN PETUALANG
Dari info yang berhasil kukumpulkan, tingkatan petualang dibagi menjadi Iron, Copper, Silver, Gold, Diamond. Iron yang terendah, Diamond yang tertinggi. Penanda tingkatan ini berupa plat kecil yang bertuliskan identitas si petualang itu sendiri. Petualang diperbolehkan untuk menempel plat tersebut di bagian tubuh manapun yang mereka mau, asalkan tempatnya dapat dilihat dengan mudah dan jelas. Tidak boleh disembunyikan.
Plat Iron berwarna keabu-abuan, plat Copper berwarna kecoklatan, plat Silver berwarna silver, plat Gold berwarna keemasan, plat Diamond terbuat dari kristal bening dan berkilauan memantulkan cahaya. Semua petualang harus memulai karirnya dari Iron. Sekuat apapun dia, tidak bisa serta-merta melompati urutan tingkatan tersebut.
Apa keuntungan memiliki plat dengan tingkatan lebih tinggi? Semakin tinggi tingkatan platmu, akan semakin banyak pilihan misi yang bisa diambil. Contohnya, plat Iron hanya bisa mengambil misi untuk plat Iron saja, sedangkan plat Diamond dapat mengakses semua misi dari Iron sampai Diamond. Untuk Copper, dapat mengakses misi tingkat Iron dan Copper, dan seterusnya. Selain itu, semakin tinggi tingkatan plat petualang, semakin banyak diskon yang ditawarkan di manapun mereka bertransaksi.
Sementara baru itu saja informasi yang berhasil aku kumpulkan. Untuk informasi lebih lanjut, mungkin akan kucari di Kota Dranz.
***
Kami sudah berjalan selama satu hari satu malam, tidak jarang kami bertemu monster dan membunuhnya, sekaligus mengumpulkan material untuk dijual di Kota Dranz. Aku melihat kekuatan Syla sudah meningkat lumayan jauh semenjak terakhir kali bertarung melawan monster bersamanya, saat kami baru bertemu dulu.
Mungkin ini efek dari Helvaran Bow, dari gading Helvaran, dan Helvaran Pendant, dari bola mata Helvaran, yang digunakan Syla. Helvaran Bow memiliki efek meningkatkan 25% damage dan meningkatkan 25% critical rate.
By the way, aku bertarung hanya dengan menggunakan Kuroshi. Aku tak menggunakan Darkness Grip sama sekali. Syla masih belum tahu tentang ini. Pernah ia bertanya,
"Arka, pakaianmu terbuat dari apa sih? Kok bisa kuat banget nahan semua serangan dari monster, kayak pake plate armor tebal aja. Padahal kan bahannya lembut banget ini..." Tanya Syla sambil memegang ujung bajuku.
"Pakaian pemberian Dewi Nyx."
Kujawab dengan santai. Syla pun tak banyak bertanya lagi walaupun ekspresinya seakan mengatakan 'hah, udah kuduga kamu bakal jawab gitu', ke arahku. Well, aku tidak berbohong. Karena pada dasarnya, semua kekuatan magic-ku adalah pemberian Dewi Nyx.
Sekarang, kami sudah keluar dari area Hutan Zurg, dan dari kejauhan, terlihat sebuah kota, dengan tembok yang cukup tinggi mengelilinginya.
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terimakasih sudah membaca. Tidak banyak yang terjadi di chapter ini. Sebagian besar cuman mengumpulkan informasi saja. Tapi menurut saya, informasi di chapter ini sangat penting untuk melanjutkan ceritanya.
Nama penting di chapter ini:
Gorev Alkohol
Kemungkinan saya akan vakum sebentar karena sudah mulai banyak urusan kerjaan.
NB: Chapter berikutnya (Ch. 5,5) adalah chapter hentai. Anak di bawah umur 21 tahun disarankan untuk skip. Isinya tidak akan mengganggu jalan cerita walaupun di-skip.