Halo... Cerita ini saya lanjutkan. Mumpung ada waktu senggang dan sedang good mood. Silahkan berbuat kebaikan dengan cara vote cerita ini, terimakasih. Selamat membaca!Semoga terhibur!
_______________________________________
Sesaat, aku ingat lagi apa saja yang sudah terjadi.
Aku sedang perjalanan pulang dari kegiatanku sebagai Koas, lalu tertabrak mobil, lalu meninggal. Tiba-tiba sudah di tempat yang serba putih dan bertemu dengan Dewi Nyx. Sang Dewi memberiku kehidupan kedua. Bukan reinkarnasi, bukan summon. Hanya seperti 'sreettt', 'taddaa', hidup di dunia lain.
Kemudian aku terbangun di tengah hutan di dunia yang lain, bertarung dengan monster kadal raksasa. Dan aku menang. Sekilas memang terdengar sangat konyol. Tapi ini sedang kualami.
Dan sekarang, di hadapanku, terbaring sosok wanita muda, kira-kira usia 16-18 tahun jika ia manusia biasa. Sekilas, tampak seperti wanita latin yang sering berjemur di pantai.
Kulitnya coklat eksotis. Permukaannya kulitnya sangat mulus seperti wanita yang rajin perawatan kulit. Tubuhnya terlihat ramping tapi berisi. Rambutnya berwarna silver dengan siluet pink.
Dia memakai pakaian dari bahan yang sangat halus seperti sutra tebal dengan warna hitam dan berhiaskan bordiran berwarna keemasan. Membawa tas dari bahan kulit yang terlihat seperti tas mahal kalau di duniaku sebelumnya.
Tapi... Ada dua hal yang sangat menarik perhatianku dari fitur fisiknya. Yang pertama, daun telinganya panjang dan lancip. Langsung terlintas di benakku, ELF!
Dan yang kedua, payudaranya yang besar dan menantang, terlihat menonjol di balik pakaian yang dikenakannya. Ini, aku suka.
Otak mesumku bergetar. Kedua tanganku bergerak perlahan mendekati dua gundukan besar itu. Seperti terhipnotis, tanganku bergerak sendiri tanpa ada perintah dari otakku.
*Boink*
Kedua tanganku sudah berada di payudara wanita ini. Masih seperti terhipnotis, jemariku bergerak meremas kedua gundukan surgawi di dadanya. Ternyata begini rasanya meremas payudara wanita.
Teksturnya sangat lembut dan lunak. Kalau salah satu jariku ditekan dalam-dalam, rasanya seperti menekan balon air, jariku masuk terus hingga akhirnya terhenti di musculus pectoralis. Saat diremas, ternyata teksturnya tidak homogen. Di bagian dalam seperti ada nodul-nodul yang lembut namun lebih padat dari jaringan lemak di sekitarnya, mungkin itu adalah lobulus-nya.
Dan di bagian depan aku bisa merasakan papilla mammae yang tidak terlalu menonjol. Teksturnya lumayan lembut juga, tapi lebih keras dibandingkan bagian-bagian lain dari payudara. Saat jemariku menekan dan memutar-mutar papilla mammaenya dari bagian luar pakaian, terasa seperti bagian itu perlahan-lahan semakin mengeras dengan sendirinya. Fenomena ini mirip seperti ereksi pada penis.
Sepuluh detik... Dua puluh detik... Satu menit...
"Ah!"
Kesadaranku kembali. Kulihat kedua tanganku sudah berada di tempat yang tak semestinya. Langsung kutarik!
"Rupanya gitu rasanya megang payudara wanita sungguhan..."
Aku bergumam sambil menyimpannya di dalam memoriku untuk kuabadikan. Momen pertama kali aku memegang payudara wanita. Aku tak akan bisa melupakannya, meskipun aku berusaha, aku tak akan mampu melupakan ini.
Wanita di hadapanku ini, yang masih pingsan ini, aku yakin dia dari bangsa elf. Tapi elf biasanya memiliki ciri khas kulit yang putih dan... Payudara yang rata. Kecuali di anime-anime ecchi dan hentai, mereka pasti membuat payudaranya besar. Tapi dari semua light novel yang pernah kubaca, mereka mendeskripsikan bahwa payudara wanita Elf itu mendekati rata.
Selain itu, kulit wanita ini berwarna coklat eksotis. Kalau begini fitur fisiknya, aku simpulkan sementara ini bahwa dia adalah wanita dari bangsa Dark Elf. Ok, tak masalah. Masalah saat ini adalah bagaimana cara membangunkannya.
Aku sudah memastikan kalau wanita ini hanya pingsan. Dia masih bernafas. Tak perlu khawatir soal itu. Aku telah berikan rangsangan nyeri dengan mencubit papilla mammae-nya, tapi belum ada respon. Kenapa cubit di papilla mammae? Karena di sana banyak ujung saraf yang bila diberi rangsangan nyeri maka akan menghasilkan respon rasa nyeri yang hebat. Bukan semata-mata karena aku mesum.
Sekilas kulihat tidak ada luka yang besar di tubuhnya. Aku langsung memposisikan tubuhnya ke posisi supine. Aku ambil ranting-ranting di sekitarku dan kutumpukkan di bawah kedua kakinya agar posisi kakinya lebih tinggi daripada posisi kepalanya.
Kemudian, dengan niat menolong, aku kendorkan pakaiannya di beberapa titik yang terlihat ketat dan bisa mengganggu sirkulasi. Di bagian pinggangnya ada ikat pinggang, itu aku lepaskan. Pakaian di bagian dadanya tampak menyesakkan, aku longgarkan juga dengan melepas kancing bajunya pada bagian yang ketat. Otomatis payudaranya terekspos. Tapi aku tidak berpikir mesum sama sekali. Tujuanku adalah menolong. Ya, hanya menolong.
Di celananya ada seperti tali yang diikatkan untuk mengencangkan di bagian samping pinggul, itu aku lepas juga. Sehingga bagian samping pinggulnya terbuka dan mengekspos sedikit pinggul dan pangkal pahanya. Aku hanya berniat untuk menolongnya.
Setelah itu, aku periksa head to toe, apakah ada luka atau deformitas. Tidak ada deformitas, hanya ada vulnus laceratum kecil sekitar 2cm pada punggung kaki kirinya. Tidak ada pendarahan aktif.
"Andai aja aku punya minor set... Tapi ya mau gimana lagi, pas baru dikirim ke dunia ini aja bahkan aku nggak punya pakaian," Gumamku.
Mungkin untuk sementara aku balut saja lukanya. Kurobek sedikit kain dari bagian bawah bajunya yang masih terlihat lumayan bersih untuk kubalutkan ke kaki yang luka. Ternyata sulit sekali merobek kain. Tak semudah yang kulihat di film-film action. Setelah lukanya kubalut, aku tutupi tubuh wanita itu dengan dedaunan yang ada di sekitarku, terutama di bagian yang seharusnya tertutup.
Aku melakukan itu semua, tapi aku sendiri bahkan tidak ingat algoritma penanganan pasien seperti ini bagaimana. Yang aku ingat hanyalah bagian yang paling penting, yaitu ABC atau CAB. Intinya, kedua hal itu sama-sama tentang nafas dan denyut nadi. Mau ABC atau CAB, sama sajalah buatku. Keduanya bisa dilakukan secara simultan dan dengan cepat. Berhubung ABC aman, yang lainnya ya kulakukan seingatku saja. Rasanya aku ingin menertawai diriku sendiri, karena bodoh.
Setelah semua selesai kulakukan, aku mencari lokasi yang kira-kira cukup nyaman untuk duduk bersandar sambil menunggu wanita ini sadar.
"Fuhh... Istirahat di sini dulu deh. Capek juga ternyata kalo cuman sendirian. Biasanya dibantuin temen-temen sih."
Setelah pikiranku tenang, aku kembali teringat tentang asap hitam yang keluar dari tanganku tadi. Apa itu? Dark magic kah? Jadi aku punya kekuatan magic dengan elemen kegelapan?
Pantas saja, setelah berusaha keras mencoba magic dari elemen api, air, angin, dan tanah, hasilnya tidak seperti yang kuharapkan. Ternyata magic yang kumiliki memiliki afinitas elemen kegelapan, atau dark magic.
"Eh tunggu dulu, tunggu dulu... Biasanya kalau tipikal isekai gini, kita bisa ngeliat 'status' kita sendiri kan?"
'Status' biasanya menunjukkan parameter kemampuan dan kekuatan yang kita miliki. Setidaknya begitu yang kuketahui dari game, anime, dan light novel selama aku hidup di duniaku sebelumnya. Tapi untuk di dunia ini, aku masih belum tahu bagaimana cara melihat statusku. Mungkin ada kata kunci tertentu untuk membuka status?
"Status."
Tak terjadi apa-apa.
"Menu."
Tak ada apa-apa.
"Buka. Open."
Juga tak terjadi apapun.
"Hmm... Perlihatkan status."
!!!
Muncul status semitransparan di hadapanku...
******
Nama : Arkanava Kardia
Ras : Manusia
Kelas : Darkness Doctor (Hero)
Level : 50
Str : 56
Int : 999 (Max)
Agi : 44
Vit : 50
Blessings
1. Nyx's Blessing : Memiliki potensi dark magic yang sangat tinggi.
2. Dark Heart : Kemampuan memanipulasi energi dark magic di dalam tubuh untuk menjadi apapun yang diinginkan.
3. Multiverse Language : Dapat memahami dan berbicara dengan menggunakan semua bahasa yang ada di seluruh alam semesta.
Skills
1. Darkness Grip : Manipulasi dark magic untuk mencengkram target dari jarak hingga 10 meter.
2. Darkness Creation : Manipulasi dark magic untuk menciptakan sebuah benda.
3. Defective Natural Element Magic : Kemampuan natural magic yang rusak dan tak dapat dikembangkan.
4. Fresh Swordplay - Katana.
5. Advanced Medicine.
******
"Woi kenapa kata kuncinya mesti 'perlihatkan status' sih?! Nggak ada yang lebih simple apa? Darkness Doctor itu apaaa? Kok kayak istilah yang dibuat bocah chuunibyou ya."
Aku berteriak kepada pepohonan dan semak belukar di hadapanku dan tidak mendapatkan jawaban sama sekali.
Ok, fokus ke statusnya...
Nama... Ras... Biasa saja.
Kelas, Darkness Doctor (Hero), ini mungkin karena aku sarjana kedokteran dan punya kekuatan dark magic? Obviously.
Level 50, mungkin karena aku membunuh kadal tadi, langsung naik level dari 1 ke 50. Sebenarnya aku juga tidak paham bagaimana standar level manusia di dunia ini. Kita lihat saja nanti.
Str, Agi, Vit sepertinya setara manusia biasa di sini, tidak terlalu mencolok. Tapi Int-ku max. Sepertinya itu efek Nyx's Blessing.
Multiverse Language, nanti kucoba dengan wanita ini kalau dia sudah bangun.
Dark Heart. Sejenis, jantungnya raja iblis? Atau hanya sebuah nama untuk kekuatan yang kugunakan ketika melawan kadal raksasa tadi? Kalau dibaca keterangannya, dan aku coba tafsirkan maknanya, ini sangat menarik. Aku bisa melakukan apapun dan menciptakan apapun yang kuinginkan dengan menggunakan dark magic. Kalau seperti ini, aku bahkan bisa menjadi Maou (raja iblis)
Skill. Darkness Grip dan Darkness Creation sepertinya skill yang diturunkan dari blessing Dark Heart. Defective Natural Magic, ini dia biang kerok dari natural magic-ku yang sangat cacat, sesuai namanya. Apa karena natural magic-nya tersupresi oleh dark magic yang kumiliki?
Lalu ada skill Fresh Swordplay. Dengan aku memegang dan mengayunkan pedang secara sembarangan saja sudah membuatku memiliki skill ini. Kemudian Advanced Medicine. Wow. Bahkan pengetahuanku yang sangat payah tentang ilmu kedokteran ini, sudah dianggap 'advanced' di dunia ini. Ok segitu saja dari statusku.
Sekarang aku menjadi penasaran tentang Darkness Creation.
Namun masalahnya... Bagaimana cara mengaktivasi dark magic tadi? Aku ingat-ingat... Oh! Kalau dilihat dari nama salah satu blessing yang kumiliki, Dark Heart, berarti aku harus membuat perasaanku meniadi merasakan yang seperti tadi. Perasaan yang gelap ketika aku merasa aku hampir mati dibunuh kadal raksasa itu!
"Gggghhhh..."
Aku bayangkan dan aku keluarkan semua kegelapan yang ada di perasaanku. Lalu aku berhasil mengeluarkan sedikit energi dark magic yang tampak seperti asap hitam, dari kedua telapak tanganku. Semakin kuhayati itu, semakin dalam kurasa, dan semakin gelap perasaanku, maka semakin banyak energi dark magic yang keluar dari tanganku.
'...menjadi apapun yang diinginkan'
Masih mengontrol perasaan yang gelap ini, aku bayangkan dalam pikiranku bentuk pinset anatomis. Entah kenapa aku membayangkan pinset, yang jelas hanya itu hal tersimple yang terlintas di benakku.
Perlahan energi dark magic itu berkumpul di suatu titik di hadapanku. Seakan-akan menggumpal, memadat, dan semakin membentuk sesuatu. Semakin lama semakin jelas bentuknya. Persis, seperti yang kubayangkan. Lalu energi itu dengan perlahan membentuk setiap lekukan dan gerigi dari pinset yang ada dalam imajinasiku.
Selain bentuknya, aku juga bayangkan tingkat kepadatan bahannya, kelenturannya, dan kekuatannya.
Tanpa suara, hadirlah pinset anatomis persis seperti yang kubayangkan, melayang di hadapanku. Hanya saja itu berwarna hitam pekat. Cahaya bulan tak dapat menyinarinya, seakan seluruh cahaya diserapnya hingga lenyap.
Aku ambil dan kugenggam di tangan kananku. Aku pegang selayaknya aku memegang pinset. Aku coba jepitkan pinset itu. Ya. Ini. Adalah. Pinset anatomis.
Walaupun warnanya hitam pekat tak memantulkan cahaya, tapi di tangan rasanya seperti pinset anatomis stainless steel pada umumnya. Teksturnya, kelenturannya, bahannya, persis seperti aku sedang memegang pinset saat masih kuliah dulu.
"Wahhh..."
Tak sengaja suara terkagum terlontar dari mulutku.
Tapi aku dengan cepat mengembalikan fokusku lagi. Aku harus segera membangunkan wanita ini dan memintanya membawaku ke pemukiman terdekat. Hari semakin gelap. Aku butuh makan dan butuh tempat menginap juga.
Kondisi fisik wanita itu tampak sudah membaik, nafasnya tenang, dan ada sedikit gerakan di tangan dan kakinya. Berarti saat ini dia hanya tertidur. Baiklah aku akan membangunkannya.
Eh tapi aku harus mengganti pakaianku dulu. Nanti dia malah kaget dan ketakutan melihat ada manusia daun di dekatnya saat dia terbangun.
Dengan dark magic yang kumiliki, kubuat T-shirt dan celana panjang yang paling simple dengan membentuk bahan yang terasa lembut. Setelah beberapa menit berkonsentrasi, jadilah T-shirt hitam polos. Lalu kulanjutkan dengan celana penjang. Sekalian, aku buat sandal selop yang fit di kakiku dan sulit untuk lepas kecuali aku sendiri yang ingin melepasnya. Outfitku secara keseluruhan jika dilihat sekilas tampak seperti aku sedang memakai 'scrubs' berwarna hitam-hitam. Setelan pakaian ini akan menjadi setelan pakaian yang membuatku terkenal nantinya. Tapi, itu masih jauh di masa yang akan datang.
Kenapa aku memutuskan untuk membuat pakaianku dari dark magic? Alasannya ada dua. Pertama, pakaian yang kubuat bisa menjadi pakaian yang sangat nyaman untuk dipakai namun sangat kuat untuk melindungiku dari serangan fisik maupun magic, karena semua berasal dari imajinasiku. Untuk teksturnya, kubayangkan teknologi Clim*cool dari Ad*das yang sejuk dan cepat kering.
Alasan kedua, karena ternyata barang yang kuciptakan dengan dark magic ini tidak hilang ataupun lenyap walaupun aku telah menghentikan aliran energinya. Jadi, semua yang kuciptakan dari dark magic akan menjadi benda nyata dan permanen.
Ini kusimpulkan dari hasil mengamati pinset tadi. Namun, karena pengamatannya masih terlalu singkat dan belum bisa menjadi kesimpulan yang evidence based, maka ini kuanggap masih hipotesis.
Untuk jaga-jaga, Holy Armor of the Jungle tetap kupakai di dalam baju dan celana yang kubuat dengan dark magic.
Oh, ya. Aku juga memerlukan suatu senjata untuk melindungi diri. Siapa tahu setelah wanita ini terbangun dia malah menyerangku. Senjata yang simple tapi efektif dan kompatibel dengan manifestasi dark magic-ku, ya... Pedang.
"Ok... Ok... Pedang yang simple tapi keren... Emm..."
Setelah berkonsentrasi cukup lama, akhirnya aku menciptakan sebuah pedang. Pedang dengan panjang sekitar 70cm, tipis, sangat tajam, sangat keras, dan sedikit melengkung. Yap, katana. Uniknya, tentu saja, katana ini berwarna hitam pekat, memiliki bobot yang sangat sangat sangat ringan untuk sebuah katana, ringan seperti pedang-pedangan dari kertas.
Dan yang terakhir... Nama. Aku harus memberinya nama. Berpikir, aku terdiam dalam lamunan panjang. Akan kuberi nama dalam bahasa jepang. Black Death. Black kuro, death shi. Kuroshi.
Aku membuat pedang yang sangat mematikan dan tak akan bisa patah. Dengan dark magic-ku, tentu saja aku bisa membuat ini. Walaupun aku tidak pernah berlatih pedang, dengan adanya pedang ini, bahkan aku hanya perlu menyentuhkan sisi tajamnya ke kulit musuh maka sudah bisa membuat vulnus incisivum tanpa perlu ada tenaga sedikitpun. Tidak lupa aku juga membuat sarung pedangnya sedemikian rupa sehingga mudah dipasangkan di pinggang kiriku.
Kuroshi, akan menjadi salah satu poin penting di masa yang akan datang.
Dark magic ini, bagaikan cheat dan hack!
Semua sudah aman. Sekarang, membangunkan wanita itu...
Aku posisikan diriku sekitar sepuluh langkah dari wanita itu, lalu aku berkonsentrasi untuk mengeluarkan skill Water Ball. Kali ini lebih sulit karena aku berusaha menciptakan tetesan-tetesan air dengan magic dari jarak jauh. Sekalian latihan magic selain dark magic.
Demikian, tetesan-tetesan air membasahi wajah wanita tersebut. Tampak bahwa dia merespon dengan menunjukkan pergerakan yang dimulai dari kelopak matanya hingga tangan dan kakinya.
"Hei... Halo... Mbak bangun Mbak..."
Aku memanggilnya dari jarak sepuluh langkah sambil terus meneteskan air ke wajahnya. Beberapa tetes air masuk ke lubang hidungnya, sepertinya itu yang membuatnya semakin cepat terbangun.
"Nah... Halo mbak di sana..."
"Uhh..."
Mengusap mata dan wajahnya, perlahan wanita itu bangun dari posisi supine menuju posisi duduk. Perlahan dia buka matanya dan melihat sekitarnya. Ketika tatapannya menatap ke arahku,
"Hii! Ampun! Jangan sakiti aku!"
"Tenang! Hei tenang, aku nggak akan menyakitimu! Justru aku mau nolongin!"
"Helvaran! Ada kadal raksasa Helvaran!"
"Tenang Mbak, aku udah membunuh kadal raksasa yang ngejar-ngejar Mbak tadi. Itu lihat di sana," ucapku sambil menunjuk ke arah bangkai kadal raksasa yang sepertinya memiliki nama Helvaran.
"Ahh... Syukurlah... Terimakasih, Tuan...?" Wanita itu tampak lega setelah melihat bangkai Helvaran tidak jauh dari lokasinya berada. Sambil berterimakasih, ekspresinya mengindikasikan bahwa dia bertanya siapa namaku.
"Ah, Arka. Panggil Arka aja."
"Terimakasih Tuan Arka. Apa yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikanmu ini?"
"Eh Arka aja, jangan pake 'Tuan'... Soal tawarannya, saat ini aku emang lagi butuh tempat untuk nginap dan makan. Apa Mbak bisa menunjukkanku dimana lokasi pemukiman penduduk terdekat?"
"Kalau begitu, namaku Sylaria Wyndia Acresta, panggil saja aku dengan Syla. Aku bisa membawamu ke tempat tinggalku. Tapi..."
Syla tampak seperti ragu, suaranya semakin mengecil dan dia menunduk.
"Kenapa, Syla? Kalau ada masalah, nggak apa-apa, aku cari sendiri saja. Tapi setidaknya biar aku anterin Syla pulang dulu karena hari udah gelap, bahaya kalo wanita jalan sendirian."
Kenapa tiba-tiba aku jadi memiliki jiwa sok pahlawan?
"Eh, tidak apa-apa, Arka. Mari aku antarkan ke tempat tinggalku. Aku berhutang nyawa kepadamu."
"Santai aja bicaranya Syl. Dan nggak usah berhutang juga sama aku. Aku cuman melakukan yang seharusnya dilakukan semua orang."
Sebelum kami beranjak, ada hal yang harus kusampaikan, tapi sangat beresiko. Resiko aku kena tampar. Iya, pakaian Syla masih terbuka di sana sini.
"Eh, Syl... Itu... Ditutup dulu," ucapku dengan pelan sambil menunjuk badan Syla.
"Eh? .....EH!!"
Eh yang pertama adalah karena dia bingung dengan pertanyaanku. Eh yang kedua adalah karena dia terkejut setelah melihat tubuhnya terekspos di bagian-bagian yang tidak seharusnya terekspos, sambil segera menutupinya dengan tangan dan segera membenahi pakaiannya.
"Hiks... Hiks..."
"Eh... Anu... Aku cuman bermaksud menolong! Aku nggak ngapa-ngapain kok! Aku kendorkan pakaianmu supaya sirkulasi darahmu lancar dan kamu cepat sadar..."
Aku panik melihat Syla menangis. Walaupun sebenarnya aku sudah meraba-raba payudaranya, tapi tidak mungkin aku katakan yang sebenarnya.
"Arka sudah melihatnya... Hiks..."
"Eh-ah-uhh... Aku tidak... Hahhh... Maaf aku sudah melihatnya."
Aku kehilangan ketenanganku yang tadi. Bahasaku jadi kaku menanggapi ucapan Syla.
"Hiks... Arka... Harus... Bertanggungjawab."
Sambil menangis, Syla berbicara dengan suara setengah berbisik.
"A-apa? Aku tak bisa mendengarmu Syla," ucapku karena benar-benar tak mendengar kata-kata yang diucapkan Syla.
"Hiks hiks... Arka... ARKA HARUS BERTANGGUNGJAWAB!!!"
"He? HEEEEEEE?!?!"
***
Awalnya, dia berencana pergi dari kampung halamannya karena dia ingin menjadi seorang petualang dan menjalani hidup sebebas yang diinginkannya. Dia sudah merasa yakin akan kemampuannya dalam memanah dan menggunkan magic dari keempat elemen natural. Tanpa sepengetahuan dari orangtuanya, dia mengendap-ngendap untuk pergi meninggalkan pemukiman itu.
Tapi ternyata di dunia luar sangat banyak bahaya yang mengancam. Namun sebagian besar bisa diatasinya dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Monster-monster yang menyerangnya sejak dia mulai melangkahkan kaki keluar dari pemukiman tempat tinggalnya, bisa diatasi dengan mudah.
Entah itu dengan skill memanahnya, atau dengan skill magic-nya, apapun dihadapinya sendiri. Saat itu, tujuannya hanya satu. Yaitu menuju kota terdekat yang mayoritas dihuni oleh manusia dan mulai menjadi petualang di sana.
Kota tujuannya itu bernama Kota Dranz. Kota Dranz bukanlah kota besar, dan juga bukan kota kecil. Kota itu cukup berkembang dengan baik karena merupakan kota transit utama dalam jalur perdagangan antara Kerajaan Balvara dan Kerajaan Elysium. Lokasinya sendiri berada di dekat perbatasan, tapi masih di dalam wilayah Kerajaan Balvara.
Itu cerita untuk nanti. Karena sebelum dia sampai di kota tujuannya, bahaya besar sudah mengancamnya. Setelah berjalan sekitar satu hingga dua jam di hutan, dia disergap oleh seekor kadal raksasa. Dari fisiknya, kadal raksasa itu merupakan salah satu dari segelintir monster di hutan yang paling ditakuti, dan diberi nama Helvaran oleh kaum Dark Elf penghuni hutan itu.
"A-..."
Gadis manis berkulit coklat itu tak bisa berkata-kata.
"Grrroooaaaarrrrr!"
Helvaran melihatnya, matanya memancarkan cahaya merah, tajam ke arah tatapan gadis itu. Tak lama, Helvaran dewasa itu langsung mengejarnya.
"Hah! Hah! Heyah!"
Teriak gadis itu sambil menembakkan beberapa anak panah yang sudah diselubungi magic dari elemen api. Sambil kedua tangannya dengan mahir menembakkan anak panah, kakinya juga berlari menjauhi Helvaran.
Tapi apa yang terjadi? Semua anak panah itu langsung terpental ketika menyentuh kulit Helvaran. Seperti tak ada dayanya di hadapan Helvaran. Layaknya rintik-rintik hujan bagi seekor kadal raksasa.
"Huuuuu~yah!"
Kali ini, si gadis melakukan charge sebelum menembak. Meningkatkan konsentrasi magic kepada anak panah yang siap dilepasnya, sampai pada konsentrasi maksimum yang bisa diimbuhkannya, lalu melepasnya tepat ke wajah Helvaran.
Anak panahnya diimbuhi magic dari elemen fire dan wind sekaligus. Membuat apinya menjadi berkobar lebih ganas dan berwarna kebiruan, disertai tornado kecil menyelubunginya. Hampir dipastikan jika seorang manusia terkena tembakan panah itu, maka kulit dan dagingnya akan tercabik-cabik oleh wind magic, lalu hangus terbarak fire magic, kedua magic yang diimbuhkan ke anak panahnya.
Namun, *Klakk* anak panah yang ditembakkan itu kemudian menghantam wajah Helvaran dan langsung patah. Hanya menyisakan sedikit goresan di wajah Helvaran. Sama sekali tidak signifikan.
"Kyaaaa! Toloong toloooonnggg!"
"Grrrooaaarrrr!"
Seakan menjawab teriakan si gadis, kadal raksasa itu ikut mengaum.
Kehilangan asa, gadis yang tadinya tampak tangguh dan pemberani, kini hanya terlihat ketakutan dan lemah di hadapan Helvaran. Palpitasi yang begitu hebat membuat dadanya terasa sakit dan sesak. Nafasnya memburu, pandangannya tidak fokus lagi. Dia berlari dan terus berlari berusaha menghindar dari serangan Helvaran.
Dan tiba-tiba ia mendengar teriakan seseorang dari kejauhan. Dia alihkan pandangannya menuju arah suara itu berasal. Bodoh! Karena fokusnya teralihkan, pijakan kaki kanannya terpeleset. Kesalahan sepersekian detik itu tidak diabaikan oleh Helvaran, yang langsung menerkamnya.
Ketika kaki kanannya terpeleset, gadis itu mengubah tumpuan berat tubuhnya ke kaki kiri, dan dengan kekuatan dari kaki kirinya ia menendang ke tanah dengan tujuan untuk melompat menghindari terkaman Helvaran. Namun sangat disanyangkan, memang sudah terlambat, ujung cakar Helvaran yang tajam itu masih berhasil menggores kaki kiri si gadis.
"Aakkk!"
Akibatnya? Gadis itu kehilangan keseimbangannya dan terjatuh ke tanah. Sambil menyeret tubuhnya, masih berusaha menjauhi monster tersebut. Dia tak kuat lagi untuk berdiri dan berlari, dia tak punya tenaga untuk melawan. Dan dia sudah tak mampu lagi menahan debar jantungnya yang semakin menggila. Tapi entah bagaimana, perhatian kadal raksasa itu teralihkan ke arah lain.
Ada deburan rasa lega yang seketika memenuhi perasaan gadis itu. Perlahan, pandangannya menjadi semakin gelap, dan semakin gelap. Hingga semua yang dilihatnya hanyalah kegelapan. Dan kesadarannya memudar.
Entah berapa lama dia sudah jatuh tak sadarkan diri. Hingga pada akhirnya gadis itu merasakan adanya tetesan-tetesan air yang membasahi wajahnya, masuk ke hidungnya, dan membuatnya sedikit tersedak. Kesadarannya pun perlahan kembali padanya. Dan tak berapa lama kemudian setelah berbicara sedikit dengan sosok manusia yang menyelamatkannya, dia dapati pakaiannya sudah dalam kondisi terbuka di sana sini.
***
"..... Masalah ini kita bahas nanti. Untuk sekarang, sebaiknya kita fokus untuk mencari pemukiman dan mendapatkan tempat untuk bermalam. Karena jika kita bermalam di tempat ini, keselamatan kita bisa terancam. Apapun itu, sekarang ini aku hanya bisa meminta maaf, aku mohon, maafkan semua yang telah kulakukan. Niatku hanya ingin menolong."
"...hiks, hiks... Uhm."
Syla masih menangis, tapi ia mengangguk menanggapi perkataanku. Dia usap air matanya, menarik nafas panjang lalu menghembuskannya, dan tangisannya pun berhenti.
"Terima... Kasih. Arka."
"Ya? Kamu bilang apa barusan?"
Perlahan, bahasaku mulai kembali menjadi santai lagi.
"Aku akan menunjukkan jalannya... Arka bodoh."
Kalimat pertama diucapkannya dengan jelas, tapi kalimat kedua dia hanya berbisik saja sehingga aku tak bisa mendengarnya.
"Bentar Syl, aku mau ngecek kadal raksasa tadi, mungkin ada yang berharga. Lumayan kan buat dijual."
Tentu saja. Aku tak punya uang bahkan untuk membeli makan dan menyewa penginapan. Menjual barang berharga dari sisa monster yang kubunuh merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan uang dengan mudah.
"Oh, ya! Pasti banyak bagian tubuhnya yang berharga! Karena Helvaran itu termasuk monster langka dan hanya sedikiiit orang yang bisa menaklukkannya. Kamu hebat, Arka!" Ucap Syla dengan bersemangat seperti sudah melupakan tangisnya beberapa saat yang lalu.
"Oh ya? Keren juga aku ya," balasku dengan nada dan ekspresi datar.
Padahal dalam hati aku merasa sombong dan angkuh. Hihihi...
Syla jalan mendekatiku yang sudah berada di samping Helvaran sambil sedikit pincang.
"Apanya Syl yang berharga dari kadal ini?"
"Yang pertama, magic crystal! Coba cek di dalam dadanya, harusnya magic crystal ada di dalam sana..."
"Oh, ok kucoba ya..."
Kutarik Kuroshi dari sarungnya. Terlihat sebuah katana berwarna hitam pekat dari pangkal gagangnya hingga ujung pedangnya di genggamanku.
"Waa... Aku nggak pernah lihat pedang kayak gitu..."
"Oh, ini. Aku bikin sendiri tadi."
"Bikin sendiri? Tadi? Ajari aku, Arka!"
"He? Entahlah, ini bisa diajarkan apa nggak, aku juga nggak tau."
Tanpa kusadari, kami berdua mulai berbicara dengan bahasa yang santai. Tidak seperti awal dia baru sadar tadi. Dan tanpa kusadari, Multiverse Language sudah menunjukkan efeknya.
Setelah aku perhatikan, bahasa yang diucapkan oleh Syla adalah bahasa yang asing di telingaku. Tapi aku tetap bisa memahami arti ucapannya dan aku bisa menyampaikan apa yang kupikirkan dengan sangat lancar, seolah-olah itu adalah bahasa sehari-hariku. Hmm... Bagus sekali Multiverse Language ini...
Setelah dengan enteng kubelah dada Helvaran itu, kuambil magic crystal sebesar bola tenis dari dalamnya.
"Waaa! Ini magic crystal paling besar yang pernah kulihat!"
"Oh gitu ya... Biasanya kecil aja ya ukurannya?"
"Iya, bahkan sebelum ini, yang paling besar yang pernah aku lihat paling cuman sebesar jempol kakiku."
"Oh... Ok ok. Trus, apa lagi yang berharga, Syl?"
"Terus, sepengetahuanku, yang juga berharga selain magic crystalnya adalah kedua bola matanya! Kata ayahku, bola mata Helvaran jika dijadikan aksesori bisa memberikan tambahan magic power yang lumayan banyak bagi penggunanya!"
Gadis ini, bersemangat sekali kalau membahas tentang monster...
"Kalo gitu, aku harus ambil kedua bola matanya..."
Kuroshi dengan mudah mencongkel kedua bola mata Helvaran. Setelah kupegang, bola mata Helvaran ini keras, seperti bola kaca, seperti kelereng jumbo yang mengeluarkan sedikit sinar kemerahan. Kuberikan salah satunya untuk Syla.
"Nih..."
"He? I-ini... Untukku?"
Kenapa gadis ini tiba-tiba menunduk dan pipinya memerah setelah kuberikan salah satu bola mata Helvaran? Bukannya senang dan berterimakasih...
"Iya, buat kamu. Kamu kenapa Syl? Kamu sakit? Apa kamu tadi sempat kena sejenis racun dari Helvaran?"
"E-eh... N-nggak. Ma-makasih, Arka..."
Dia semakin menunduk dan pipinya semakin memerah setelah menerima bola mata Helvaran. Kenapa? Ada apa dengan gadis Dark Elf ini? Ah sudahlah. Aku abaikan saja untuk saat ini.
"Ok lanjut Syl. Apa lagi yang berharga?..... Syl?"
"E-ah! Iya! Yang berikutnya adalah tulang panjang dan sangat keras yang menjulur dari rahang belakangnya ke bagian samping mulutnya. Setelah itu, taring, duri ekor, dan kulitnya juga termasuk material berharga. Tapi kalau terlalu banyak, susah juga kita bawanya."
"Hmm... Kalo gitu, kita bawa yang paling berharga aja. Tulang dari rahangnya masih bisa kita bawa. Tapi kalo lebih dari itu, kayaknya susah. Mungkin kita tutup daun dan ranting aja dulu, nanti kita kabari orang-orang di tempat tinggalmu biar mereka ambil sendiri kalo mau."
"Oke!"
Hahhh. Syukurlah dia kembali menjadi Syla yang biasa lagi. Aku jadi canggung kalau dia sudah bertingkah aneh seperti tadi.
"Ok kupotong tulang panjang di rahangnya ini ya."
"Kamu bisa motong itu? Itu material yang sangat keras, Arka... Eh?"
Tanpa mendengarkan ocehannya, kupotong tulang yang dikatakan sangat keras olehnya, dengan mudah, seperti memotong mentega. Katana ciptaanku dari kondensasi energi dark magic ini memang dahsyat.
"Hm. Ini satu buat kamu, satu buat aku."
"Hee?? Ka-kamu kasih aku lagi??"
"Udah Syla, biasa aja... Nggak usah lebay..."
"Ee... Makasih Arka!"
Setelah itu aku langsung menutup sisa bangkai Helvaran dengan daun dan ranting sehingga sekilas hanya tampak seperti semak belukar.
"Yakkk... Beres. Ayo kita ke tempat tinggalmu, Syla!"
"Baiklaaaah!"
"Tapi ada satu yang aku mau pastiin dulu."
"Apa?"
"Kamu, Dark Elf, kan?
"Ya iyalah. Arka bisa lihat sendiri kan?"
"Haha..."
Seperti itu, kami mulai berjalan menelusuri hutan ini, yang semakin lama terasa semakin gelap dan ukuran tumbuhannya juga semakin besar dibanding yang sebelum-sebelumnya. Kami berjalan ke pemukiman bangsa Dark Elf.
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Akhirnya saya bisa memunculkan beberapa nama-nama penting untuk kelanjutan cerita ini.
1. Kadal Raksasa Helvaran
2. Sylaria Wyndia Acresta (Heroine!)
3. Kerajaan Balvara dan Elysium
4. Kota Dranz