Elora menyalakan ponselnya yang sengaja ia matikan sebelumnya, ia tidak terkejut sama sekali ketika ia mendapatkan banyak sekali panggilan dan juga pesan dari beberapa orang, termasuk Max.
Elora berdecak ketika kebanyakan dari panggilan tak terjawab dan juga pesan pesan tidak penting yang diterimanya berasal dari Julian.
Elora muak melihat Julian yang selalu saja mencoba untuk menggapainya, sama persis seperti yang Jordan lakukan hanya saja Julian sedikit lebih agresif dibandingkan Jordan.
Elora bukannya takut atau apapun terhadap Julian, Elora hanya merasa jijik karna dikotak laki laki itu sepertinya hanya ada sex saja.
Seharusnya Elora tidak terkejut dengan kenyataan bahwa Julian itu maniak, dulu saja Elora menjadi korban Julian dan Jordan.
Elora juga sedikit bersyukur bahwa perubahan yang ia lakukan benar benar membuat mereka semua tidak mengenali dirinya, atau memang mereka tidak pernah menyesali dan memikirkannya sehingga Elora tidak pernah bisa mereka ingat.
Mungkin mereka hanya ingat rasanya, hanya ingat sensasinya menghancurkan hidup dari seorang anak gadis polos.
Elora membuka lemari pakaiannya, berusaha mencari pakaian yang bagus untuk ia kenakan ke club.
Elora sudah merencanakan sesuatu, ia akan terus berkeliaran disekitar Jordan. Mau tidak mau itulah yang bisa ia lakukan.
Namun tiba tiba saja gerakan Elora terhenti lantaran ia teringat besar kemungkinan Jordan tidak akan berada di club, laki laki itu tidak setiap hari bersenang senang di club. Apa yang harus Elora lakukan jika Jordan tidak disana?
Tidak mungkin bukan Elora datang ke perusahaan Jordan dan berkeliaran disana, Elora tidak punya kepentingan disana.
Elora mengangkat bahunya masa bodoh, jika Jordan tidak ada disana maka Elora memutuskan akan menemui Max saja dan menanyakan perkembangan tentang rencana mereka selanjutnya.
***
"Berhenti mencoba untuk menghindari kami Kei." Dareen kesal ketika melihat Jordan yang hendak berbalik pergi ketika melihatnya tengah menunggu Jordan tepat di ruangan kerja Jordan.
"Aku sedang tidak ingin berdebat."
Dareen bangkit dari posisinya, "Aku kemari bukan untuk berdebat dengan mu, aku hanya ingin mengatakan bahwa berhentilah bertingkah konyol. Steven sedang membutuhkan mu saat ini, teman macam apa kau yang meninggalkan temannya sendiri dalam masa sulit?"
Jordan beralih melirik Dareen, sebenarnya Jordan tahu tentang permasalahan Steven tapi entah mengapa Jordan seakan enggan untuk turun tangan membantu. "Jika aku menimbulkan masalah kau selalu memintaku untuk tidak melibatkan mu dan yang lain, lalu kenapa aku harus terlibat dalam masalah yang dia timbulkan sendiri?"
Dareen tercengang mendengar jawaban Jordan, "Bagaimana bisa kau berkata seperti itu Kei? Kita semua sudah sejak lama bersama sama, duka dan senang kita lalu bersama sama. Apakah aku perlu mengingatkan mu siapa yang berada disisi mu tiap kali Ibu mu tidak bisa hadir ke acara sekolah karena lebih mementingkan kakak mu? Apa perlu aku mengingatkan mu siapa yang selalu ada bersama mu setiap kali kau mencoba untuk bunuh diri?! Kami semua! Bukan kah kita saling melengkapi satu sama lain?"
Jordan berdecih, "Bukan kah kau hanya ingin menjaga perusahaan mu saja? Jujur saja padaku kau bahkan rela kan membunuh salah satu dari kami jika perusahaan mu itu dalam bahaya."
"Jordan ini tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan ku!"
"Kau sangat mencintai perusahaan mu itu karena kau mendapatkannya dengan susah payah, bukan susah payah berkerja dari nol melainkan mengemis kepada ayah tiri mu itu yang bahkan tidak pernah menganggap mu sebagai anaknya!"
"Jordan Keizaro!!"
Jordan dan Dareen saling menatap satu sama lain, tidak ada yang mau mengalah diantara mereka.
Mereka sudah saling mengenal bahkan sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar, kelimanya sama sama hidup dalam kehidupan yang masing masing mereka anggap menyedihkan. Kurang kasih sayang, kurang diperhatikan dan kurang didikan dari orangtua.
Mereka bisa menjadi teman karna mereka tahu bagaimana rasanya diabaikan, mereka saling tahu rasa sakit masing masing, saling tahu kelemahan masing masing.
"Sudahlah lupakan, mungkin kau sedang lelah. Kita bicarakan masalah ini lagi nanti. Aku pergi."
Jordan memandang kepergian Dareen dalam diam, ia merasa agak bersalah lantaran terlalu emosi dalam menanggapi Dareen, padahal yang Dareen inginkan hanyalah hal simpel.
Jordan hanya merasa sedang tidak mood dalam berbincang sebelumnya, pikirannya terlalu kacau. Banyak sekali hal yang mengganggu pikirannya. Termasuk perasaan aneh di dadanya, dan juga kegilaannya yang terus saja memikirkan Elora meski sebelumnya ia sudah mencoba tidur dengan wanita lain pun justru wajah Elora yang muncul dalam bayangannya tiap kali ia menyentuh wanita lain.
Elora itu benar benar racun!
***
Seperti yang Elora duga Jordan tidak ada di club' bahkan sampai ia menunggu berjam-jam pun batang hidung Jordan tidak juga kelihatan diantara keramaian itu.
Elora ingin sekali menemui Max sebagai gantinya namun tiba tiba saja ia merasa malas, Elora memilih untuk kembali ke apartemennya saja dan beristirahat. Mungkin besok ia bisa menemui Max atau mungkin ia memilih untuk meminta Max datang ke apartemennya.
Elora menggelengkan kepalanya ketika ia mengingat bahwa Dareen dan Jordan sudah mengetahui tempat tinggalnya, bahaya jika Max datang ke apartemennya bagaimana jika saat Max tengah berkunjung Dareen ataupun Jordan juga datang dan mereka bertemu. Bukan tidak mungkin jika setelah melihat Max Jordan dan Dareen akan curiga atau bahkan jadi mengetahui segalanya dan mulai menyerang balik.
Besar kemungkinan kelima laki laki itu mengingat wajah Dareen, lantaran Dareen juga dulu cukup populer saat disekolah.
Elora menggeleng gelengan kepalanya berusaha melenyapkan pikiran pikiran buruk yang berkeliaran di kepalanya. Ia memilih melakukan mobilnya disepinya jalan pada malam hari ini.
***
Steven melihat lihat internet dan ia mendesah berat ketika masalah mengenai video nya masih saja menjadi topik hangat yang dibicarakan para netizen.
Sebelumnya di televisi juga banyak acara acara berita yang memberitakan tentang itu. Steven juga bisa melihat dari tayangan televisi itu bahwa banyak reporter dan wartawan yang tengah menunggu didepan rumahnya. Memanggil manggil untuk meminta penjelasan atau entahlah Steven pusing memikirkannya.
Untung saja Steven tidak berada dirumahnya, Adam membawanya pergi karna Adam tahu bahwa rumah Steven akan dikerubungi oleh para reporter.
Setidaknya Steven bersyukur Adam mau menampungnya untuk sementara, meski sebenarnya Steven masih merasa sedih, malu dan sakit hati.
Siapa wanita brengsek yang tega menjebaknya?
Dan siapa laki laki bajingan yang menidurinya, Steven bahkan merasa jijik pada dirinya lantaran ia telah disodomi oleh orang yang bahkan ia tidak kenal.
***
Elora memasuki apartemennya, ia langsung melepaskan sepatunya dan melemparnya sembarang. Kakinya terasa pegal lantaran mengenakan hak yang cukup tinggi.
Elora berjalan menuju kamar mandi sembari melepaskan gaunnya, tubuhnya terasa lengket dan bau minuman beralkohol serta asap asap rokok. Elora ingin berendam sebentar di air hangat sebelum ia akan pergi tidur nantinya.
Elora bernyanyi pelan sembari menunggu bath tub terisi, tak lupa ia memasukkan sabun dan menyalakan lilin aroma terapi.
Sesaat Elora ingin masuk kedalam bath tub tiba tiba saja gerakan Elora terhenti, ada seseorang yang tanpa aba aba memeluknya dari belakang.
Elora menjerit namun bibirnya segera dibekap begitu saja, sumpah demi apapun keadaannya saat ini tengah telanjang bulat!