Chereads / Disastrous Love / Chapter 22 - BAB 21

Chapter 22 - BAB 21

2 jam sebelum kejadian..

"Elora, ku rasa ada yang mengikuti ku akhir akhir ini." Max berbicara dengan Elora melalui ponselnya, Max tengah makan siang di cafe saat ini namun dengan sembunyi sembunyi Max juga mengawasi sesosok laki laki yang duduk tidak jauh darinya.

Maxime tidak bodoh, ia tahu bahwa ia tengah di awasi. Kemana pun Max pergi, laki laki itu terus saja ada disekelilingnya. Sangat mencurigakan.

"Bagaimana bisa, siapa yang membuntuti mu?"

"Aku tidak mengenal orang yang tengah mengikuti ku ini, tapi sepertinya aku tahu siapa bilang dari semua ini." Max tersenyum sinis sesaat ia teringat sosok lelaki yang amat dibencinya itu.

"Siapa?"

"Jordan." Max semakin melebarkan senyumnya ketika sebuah ide muncul di kepalanya. "Aku akan memberinya pelajaran, tenanglah sayang.. tidak akan ku biarkan dia menyakiti mu lagi."

Max memutuskan sambungan teleponnya dengan Elora, ia sengaja segera keluar dari cafe tersebut. Ia memiliki rencana brilian yang akan membuat Jordan terjebak dalam perangkapnya sendiri.

Max memasuki mobilnya, memastikan terlebih dahulu bahwa orang itu masih mengikutinya. Max dengan segala rencananya melajukan mobilnya itu ke kawasan sepi yang jarang dilewati oleh banyak orang.

Max menghentikan dan turun dari mobilnya itu, Max dengan santai berjalan menghampiri mobil yang berada tak begitu jauh dari mobilnya. Max mengetuk kaca jendela mobil tersebut, cukup lama ia menunggu hingga akhirnya jendela mobil tersebut di buka.

"A-ada apa Pak?" tanya laki laki itu gemetaran, Max berdecih mendengar pertanyaan itu. Mau berpura pura bodoh?

Max mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, menodongkannya tepat di kepala laki laki tersebut. "Jangan berpura pura bodoh, aku tahu kau menguntit ku. Bergerak sedikit maka kau akan kehilangan nyawa mu detik itu juga."

Laki laki tersebut semakin gemetaran, "Ma-maafkan saya, saya hanya orang suruhan saya tidak bermaksud apapun."

"Siapa yang menyuruh mu?" tanya Max memastikan, meski ia sudah tahu siapa dalangnya namun tetap saja Max harus memastikan nya.

"T-tuan Jordan Keizaro."

"Sudah ku duga." desis Max emosi, ia kembali menatap laki laki itu tajam. "Jika kau tidak ingin mati di tangan ku, ikuti semua perintah ku. Jika kau menurut bukan hanya nyawa mu yang selamat tapi aku juga akan memberikan mu imbalan lebih besar dari yang Jordan berikan kepada mu."

Laki laki tersebut gemetar ketakutan, ia sempat terdiam sejenak memikirkan langkah apa yang harus ia ambil. Namun tak lama kemudian laki laki tersebut menganggukkan kepalanya, ia tidak punya pilihan lain.

***

Maxime menemui Elora, ia menyampaikan segala rencananya kepada wanita itu, dan bagusnya Elora menyetujuinya. Wanita itu juga sudah lama menunggu waktu untuk membalaskan dendamnya, mungkin kali ini adalah kesempatan untuk melaksanakannya.

Waktu sekarang..

Elora mengacungkan ibu jarinya ke arah laki laki yang memukul kepala Jordan dengan balok, Elora dapat melihat ada sedikit darah keluar dari kepala Jordan namun itu tidak mempengaruhi Elora sedikitpun, memang sudah seharusnya seperti ini bukan?

Tak lama Maxime datang, ia datang membawa tali dan lakban. Maxime meminta orang suruhan Jordan tersebut itu untuk membantunya mengikat Jordan di sebuah kursi.

Melihat Jordan tidak berdaya dan terikat di kursi membuat Elora senang, kenapa ia tidak melakukan ini dari dulu jika ia tahu bahwa melihat Jordan lemah seperti ini membuatnya seperti berada diatasnya awan.

"Apa yang akan kita lakukan kepadanya?" tanya Maxime kepada Elora, segala sesuatu yang akan menimpa Jordan ke depannya bergantung kepada Elora. Nasib Jordan sekarang berada di tangan Elora.

"Cukup biarkan saja dia, kita akan pikirkan nanti setelah dia bangun. Aku ingin melihat reaksinya."

Maxime mengangguk, ia beralih menatap orang suruhan Jordan yang tengah gemetaran melihat kondisi atasannya itu. "Kau bisa pergi sekarang, ini untuk mu."

Maxime memberikan amplop besar berisikan uang, "Selain uang di dalam itu juga ada beberapa cek, kau bisa gunakan semuanya semau mu. Jangan berani berani berpikir untuk melapor ke polisi karena aku tidak akan melepaskan mu jika kau melakukan itu. Nasib mu akan jauh lebih mengenaskan dari nasib bos mu ini jika kau melakukannya."

Maxime tersenyum puas ketika melihat laki laki itu mengangguk dan pamit pergi dalam ketakutannya, memang sudah seharusnya dia takut.

***

Jordan mengerjap ngerjapkan matanya, kepalanya sungguh terasa amat sangat sakit. Jordan berusaha untuk sadar sepenuhnya meski sulit sekali rasanya.

Jordan memandang sekelilingnya, tempat ini terasa asing. Jordan juga terkejut ketika mendapati bahwa dirinya terikat di kursi. Menyadari kondisinya saat ini membuat Jordan teringat hal yang terjadi sebelum ia jatuh pingsan.

Ia di khianati oleh orang suruhannya, benar benar keterlaluan.

Sibuk berpikir membuat Jordan terkejut ketika pintu tiba tiba saja terbuka, Elora muncul dari sana dengan senyum manisnya. Jordan tidak bisa mengelak bahwa ia merindukan Elora, wajah itu adalah wajah yang ingin ia jumpai sejak berhari hari yang lalu.

"Elora.."

"Kau sudah sadar hm?" tanya Elora dengan suara pelan, namun terdengar indah di telinga Jordan.

"Elora, ada apa ini. Kenapa aku di ikat seperti ini? Elora.. apa kau tahu aku sudah hampir gila untuk mencoba mencari mu. Akhirnya.. akhirnya aku bisa bertemu dengan mu juga."

Elora mengernyitkan alisnya, ia tidak habis pikir dengan Jordan yang masih saja bicara soal ingin bertemu dalam kondisi seperti ini? Bukan kah seharusnya Jordan curiga atau bahkan marah diperlakukan seperti ini? Atau mungkin pukulan tadi terlalu kencang sehingga membuat Jordan menjadi aneh seperti ini.

Jordan tersenyum lebar setiap kali Elora melangkah mendekatinya, namun tiba tiba senyuman itu meluntur ketika sesosok laki laki datang dan memeluk Elora dari belakang.

Bajingan! Berani beraninya dia menyentuh Elora!

"Bajingan kau, lepaskan tangan mu dari Elora!" teriak Jordan tidak terima, tidak ada laki laki lain yang boleh menyentuh Elora selain dirinya.

"Memangnya apa hak mu melarang ku? Aku bisa bebas melakukan apapun kepada Elora, dia calon istri ku."

Tubuh Jordan menegang sesaat mendengar kata 'calon istri'. Tidak, tidak ada yang bisa memiliki Elora selain diri nya, tidak akan ada satu laki laki pun di dunia ini yang bisa merebut Elora dari nya.

"Tidak, Elora hanya milik ku! Kau tidak akan pernah memiliki nya!"

Maxime tersenyum miring, melihat emosi Jordan justru membuat Maxime semakin bersemangat, Maxime dengan sengaja mengecup bibir Elora tepat dihadapan Jordan.

"Hentikan!!"

"Kenapa kau masih saja bersikeras menganggap bahwa Elora adalah milik mu sementara kenyataan nya Elora sudah memilihku sebagai pendamping hidupnya."

Jordan menggelengkan kepalanya tidak terima, ia menatap Elora dengan mata berkaca kaca. Ia tidak bisa diperlakukan seperti ini. "Elora, katakan.. katakan pada ku bahwa aku lah yang kau pilih, katakan pada ku bahwa aku lah yang kau cintai. Aku bersumpah aku akan memberikan mu segalanya, cukup pilih aku, hidup lah bersama ku!"

Wajah Jordan semakin memucat karena Elora tidak kunjung menjawabnya, "Ka-kau bilang kau ingin perusahaan ku bukan? Aku akan memberikannya ke padamu, uang dan segalanya akan ku berikan padamu, aku berjanji." teriak Jordan frustasi.

Elora berdecih mendengar permohonan Jordan, "Aku sudah tidak tertarik dengan perusahaan busuk mu itu."

Jordan menggelengkan kepalanya tidak terima, tidak.. jangan bilang Elora sudah tidak tertarik karna ia sudah mendapatkan hal lebih dari laki laki lain, tidak bisa.. seharusnya Elora jatuh ke tangannya bukan ke tangan orang lain.

"Kau harus memilih ku! Harus! Aku bersumpah aku akan melakukan apapun, aku mohon jangan tinggalkan aku, Elora aku mencintaimu.. tolong jangan perlakukan aku seperti ini." Jordan mulai terisak, ia tidak tahan melihat laki laki lain menyentuh Elora.

"Melakukan apapun? Kau yakin kau rela melakukan apapun demi ku?" tanya Elora dengan alis terangkat, sebuah ide brilian muncul dikepalanya.

Jordan mengangguk cepat hingga ia bisa merasakan nyeri di kepalanya mulai kembali terasa. "Apapun! Aku akan melakukan apapun!"

Sudut bibir Elora terangkat membentuk sebuah seringai, "Termasuk membunuh teman mu sendiri?" Elora melangkah semakin dekat, ia mengangkat dagu Jordan dan menatap Jordan dengan tatapan tajamnya. "Jika kau ingin aku memilih mu maka lakukan sesuatu untuk ku, bunuh Adam untuk ku. Jika kau bisa melakukannya maka aku akan dengan senang hati memilih mu. Bagaimana?"

Membunuh?

Membunuh teman yang sudah bersamanya belasan tahun lamanya? Apakah Jordan sanggup?