Jordan melempar berkas yang orang suruhannya itu berikan kepadanya, "Apa apaan semua ini?!"
Reihan, orang suruhannya itu menundukkan kepalanya pertanda menyesal. "Maafkan saya pak, saya sudah mencari sebisa saya tapi memang tidak banyak informasi tentang wanita bernama Elora itu Pak. Sepertinya Elora memiliki koneksi dengan seseorang yang cukup kuat untuk melindungi identitasnya Pak."
Jordan terdiam, ia teringat dengan pekerjaan Elora. Wajar jika Elora bisa melakukan hal tersebut karena Elora memiliki banyak partner sex laki laki yang memiliki kekuasaan.
"Terus selidiki wanita itu, jika kau mendapatkan informasi baru lainnya, segera hubungi aku."
***
Elora melirik ponselnya yang bergetar terus menerus sejak tadi, ini sudah yang kesekian kalinya Elora mereject panggilan tersebut.
Julian terus saja menghubunginya, entah laki laki itu mendapat nomornya dari mana. Elora tidak ingin mengangkat panggilan tersebut lantaran Max sendiri yang mengatakan kepada Elora bahwa urusan tentang Julian biarkan Max yang mengambil kendali.
Elora juga tidak begitu perduli lantaran saat ini tujuan utamanya adalah Jordan, Elora sudah memikirkannya matang matang. Bahwa semua hal buruk yang terjadi padanya di mulai dari laki laki itu maka Jordan lah yang harus paling menderita.
Getaran di ponsel Elora berhenti namun kini justru bel apartemen nya yang berbunyi, Elora sempat terkejut dan berpikiran mungkin saja itu Dareen yang datang kembali.
Dareen ataupun bukan, tidak ada yang perlu Elora takuti. Hidup menderita belasan tahun tidak akan membuatnya menjadi pengecut hanya dengan geretakan kecil seperti itu.
Elora membuka pintu apartemen nya, ia sempat mundur selangkah karna terkejut melihat siapa yang bertamu ke apartemennya saat ini.
"J-Jordan?"
Kenapa para sahabat itu terus terus saja mengejutkannya hari ini, sebelumnya Dareen yang datang tiba tiba dan bersikap kasar kepadanya lalu sekarang apa lagi?
"Ah kau dirumah rupanya. Aku sudah mencari mu beberapa hari ini, kau juga sudah beberapa hari ini tidak terlihat di clu—"
"Maaf tuan Jordan yang terhormat, apakah kita sedekat itu sampai kau berbicara seperti itu kepadaku?" Elora bisa melihat ketidak siksaan diwajah Jordan, Elora tahu saat ini Jordan merasa harga dirinya seolah tengah dipermainkan namun memang itu bukan tujuan Elora?
Menginjak injak harga diri dan perasaan Jordan sesuka hatinya.
"Baiklah aku akan berhenti bersikap sok ramah, aku akan langsung pada poin utamanya. Kali ini berapa yang harus ku bayar untuk menyewa mu malam ini?"
Elora berdecih, ia melipat tangannya di depan dada. "Sayang sekali aku punya prinsip untuk tidak tidur dengan laki laki yang sama lebih dari satu kali. Aku benci terikat perasaan, kau tahu itu?"
Jordan mengangkat alisnya tidak terima, ia tidak terima Elora menolak tawarannya. "Kau tetap tidak mau bahkan jika aku memberikan mu mobil mewah?"
Jordan masih tetap berusaha, ia tahu bahwa wanita lemah dengan barang barang mewah apalagi wanita seperti Elora yang bekerja sebagai pelacur demi uang. Itu pasti tidak bisa Elora tolak dengan mudah.
Namun semuanya hanya lah khayalan yang sepertinya tidak akan kesampaian.
"Aku sudah mendapatkan dua mobil mewah sebelumnya dari orang lain."
Jordan mengepalkan tangannya tidak terima, rasanya Jordan jadi ingin membuat semua laki laki di dunia ini jatuh miskin sehingga Elora tidak akan berhubungan dengan orang lain selain dirinya demi uang.
Jordan tiba tiba terpikirkan sesuatu, ia tersenyum miring ketika ia menyadari bahwa tawarannya ini pasti tidak akan bisa Elora tolak begitu saja.
"Aku akan berikan kau segalanya, hartaku, semua kekayaan ku, hidup mu akan sejahtera. Kau hanya perlu ada tiap kali aku membutuhkan mu. Kau ini pelacur bukan? Kau tidak perlu menjajakan tubuhmu kepada laki laki lain, cukup padaku saja. Sesimpel itu dan segalanya akan ada dalam genggaman tangan mu."
Senyum miring Jordan luntur ketika ia tidak melihat perubahan diwajah Elora, Elora tetap menatapnya datar seolah tidak tertarik.
"Itu masih tidak cukup untuk membuatku tertarik wahai Tuan Jordan Keizaro terhormat." Elora melangkah maju, ia membuat pola abstrak di dada Jordan. "Bagaimana kalau kau berikan aku perusahaan mu itu hm?"
Jordan melangkah mundur, memang awalnya ia nyaris terhipnotis dengan gerakan manis Elora namun ia tersadar ketika mendengar permintaan Elora yang terdengar tidak masuk akal di telinganya.
Wanita ini benar benar licik, dia benar benar ingin menyedot semua yang Jordan miliki.
Jordan berbalik meninggalkan Elora tanpa kata, dari jauh ia bisa mendengar Elora mengatainya pengecut. Bukan, bukannya Jordan pengecut. Hanya saja Jordan tahu bahwa menyerahkan apa yang Elora mau sama saja dengan bunuh diri.
Jordan mengepalkan tangannya kuat kuat, memangnya wanita itu siapa? Bertingkah seolah olah seluruh dunia menginginkannya, Jordan bersumpah ia tidak akan mau berurusan dengan Elora lagi, Elora benar benar benalu. Jadi sebelum ia semakin dirugikan maka lebih baik ia menjauh saja dari wanita itu.
***
Elora memukul kepalanya, ia merasa dirinya sangat bodoh lantaran membuat Jordan pergi begitu saja. Bukankah sebelumnya ia berencana untuk menghancurkan hati laki laki itu karena cinta? Bukan kah seharusnya Elora membuat Jordan jatuh cinta mati matian kepadanya lalu menghancurkannya sedemikian rupa?
Elora justru membuat Jordan mundur tanpa sempat menggoda laki laki itu, Elora merasa pusing karena tidak tahu harus bagaimana lagi. Terkadang semua dendam ini membuatnya lelah sendiri, tapi melupakannya juga tidak mungkin.
Tiap malam Elora sulit tidur dan memimpikan hal yang sama, bahkan Elora sampai putus hubungan dengan keluarganya. Semuanya karna Jordan, Elora rela mati asalkan ia bisa melihat Jordan menangis dibawah kakinya.
***
Julian berdecak sebal, ini sudah panggilan yang kesekian kalinya namun Elora tetap saja tidak mau menjawabnya.
Julian merasa semakin tertantang, melihat tingkah Elora yang terlihat sok jual jual mahal membuat Julian ingin sekali membuat wanita tunduk dibawah kuasanya.
Julian sudah mendapat informasi tentang Elora jauh jauh hari sebelumnya, ia berpikiran untuk mengunjungi tempat tinggal wanita itu.
Julian yakin Elora hanya sok jual mahal, Julian yakin bahwa tidak ada satupun wanita yang mampu menolak pesonanya. Elora hanya ingin dikejar.
Julian mulai memikirkan untuk merancang sebuah kejutan, bagaimana kalau ia membobol tempat tinggal Elora dan datang membawa beberapa bunga? Elora pasti akan senang melihatnya dan mereka akan menghabiskan malam yang menggairahkan bersama sama.
Membayangkan itu saja sudah membuat celana yang Julian kenakan mengetat, "Shh.. wanita itu benar benar membuatku gila."
***