Chereads / Disastrous Love / Chapter 13 - BAB 12

Chapter 13 - BAB 12

Dareen melempar koran hari ini tepat kewajah Steven. "Lihat semua yang terjadi karena kecerobohan mu itu!"

Steven membuang koran tersebut, tanpa perlu ia melihat koran tersebut ia sudah tahu apa isi dari koran tersebut. Steven juga sama kesalnya dengan Dareen atau bahkan Steven jauh lebih kesal dibandingkan Dareen tapi kenapa juga jadi Dareen yang mengamuk disini?

Memarahinya, memakinya, Dareen tidak punya hak untuk memperlakukannya seperti itu.

"Aku tahu apa yang terjadi tapi bukan berarti kau bisa memaki ku sesuka hati mu, kau pikir aku tahu semuanya akan jadi seperti ini?!" Steven mengusap wajahnya kasar, ia benar benar ingin menghancurkan sesuatu untuk melepaskan rasa berat di dadanya.

"Seharusnya kau itu berpikir Steven, kau tahu batal kadar minum mu sebanyak apa, kau seharusnya tidak melewati batas, dan kau juga seharusnya tidak berkeliaran sendirian!" Dareen melipat tangannya di depan dada, "Aku bersikap seperti ini bukannya aku ingin merajai mu, ingin menggurui mu atau apapun itu tapi kau benar benar melakukan kesalahan, kau tahu segala berita buruk itu juga akan membawa dampak negatif kepada kami semua!"

Steven tersenyum miris, memangnya apa yang ia harapkan dari Dareen? Memperdulikannya? Yang benar saja, bukan kah dalam persahabatan mereka yang ada hanya ke egoisan semata?

"Kau tidak perlu takut, aku tidak akan menyeret mu dalam masalah ku!" Steven buang muka, ia sudah malas rasanya berada di dekat Dareen dan teman temannya yang lain, Steven butuh waktu sendiri untuk memikirkan jalan keluar dari masalahnya saat ini.

"Aku tidak masalah jika aku harus terseret dalam membantu mu, tapi aku tidak mau perusahaan ku terseret, kau tahu bukan bahwa aku mendirikan perusahaan itu mati matian. Aku tidak ingin karena ulah konyol teman ku sendiri aku menjadi hancur."

Steven ingin sekali membantah Dareen, mengatakan bahwa ia juga tidak ingin merugikan siapapun namun Steven tahu posisinya, posisinya saat ini sedang tidak baik. Steven tidak tahu harus bagaimana untuk menyelamatkan nama baik berserta perusahaannya itu.

"Adam, hubungi Jordan. Kita bisa minta bantuannya, Jordan memiliki banyak koneksi ke pihak media." Dareen beralih fokus pada Adam yang sejak tadi hanya diam, "Cepat!"

***

"Itu semua ulah mu kan?" Max menatap serius Elora, ia tidak memperdulikan makanan yang tersaji dihadapannya itu.

"Bisa kah kita membahasnya lain waktu, aku sedang bahagia hari ini karna bisa bertemu dengan mu lagi setelah kau merajuk tidak jelas sebelumnya." Elora memakan steak nya jengkel, Elora tidak ingin mengingat ingat masalah itu dan Elora ingin tenang sehari saja tanpa membahas mereka, belum lagi Elora tengah bahagia dikarenakan misinya berhasil.

"Jawab saja pertanyaan ku Elora, aku tidak akan memarahi mu. Jawab saja pertanyaan ku dengan jujur." Max tetap memaksa, Elora yang berada di hadapannya itu menghela nafas berat sebelum akhirnya mengangguk sebagai jawaban.

"Ya, aku yang menjebak Steven. Kau tahu sendiri kan apa tujuan ku selama ini. Aku ingin memberi mereka pelajaran." Elora mendadak tidak selera makan, ia melirik Max yang tetap menatapnya serius. "Kenapa kau memandang ku seperti itu? Apa kau mau mengancam ku lagi?"

Max menggelengkan kepalanya, ia mengulurkan tangannya menggenggam tangan Elora dengan lembut. "Jangan siksa dirimu sendiri karna dendam, jika memang kau benar benar ingin memberi mereka pelajaran maka aku akan membantu mu, dengan cara yang lebih baik tanpa harus merugikan kita. Tapi berjanjilah setelah semuanya berakhir berhenti dari pekerjaan mu itu dan mulai lah hidup bahagia dengan ku."

Elora menarik tangannya dari genggaman Max, "Aku memang akan berhenti dari pekerjaan itu, tapi Max.. aku ini tidak pantas untukmu, biarkan kita bersahabat dan aku akan tetap disisi mu dan mendukung mu hingga kau menemukan pendamping hidup mu nanti."

Max menggeleng tidak senang, ia kembali menarik tangan Elora kedalam genggamannya. "Pantas atau tidaknya dirimu untuk ku bukan kau yang menentukannya, kau hanya perlu berjanji kau akan menikah dengan ku setelah semua masalah ini berakhir."

"Tapi Max-"

"Ku mohon kali ini turuti kemauan ku, aku tidak pernah meminta satu hal pun kepada mu sebelumnya, kali ini aku hanya meminta mu untuk menjadi pendamping hidup ku. Apakah sesulit itu untuk menerima ku?"

Elora kehabisan kata kata, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya terdiam memandang wajah Maxime. Bolehkah Elora menaruh harapan pada Max?

***

Jordan mengepalkan tangannya kuat kuat, ia tidak tahu makhluk apa yang merasuki dirinya hingga ia mengikuti Elora ke sebuah restoran.

Jordan merasa dirinya gila lantaran menguntit seorang pelacur yang seharusnya tidak bisa menarik perhatiannya sampai seperti ini.

Jordan merasa dadanya panas sesaat ia melihat Elora bertemu dengan seorang laki laki, mereka terlihat akrab, dan jangan lupakan adegan mereka menggenggam tangan satu sama lain. Itu membuat Jordan kesal bukan main.

Jordan duduk cukup jauh dari mereka sehingga Jordan tidak bisa mendengar topik dari pembicaraan mereka.

Sebenarnya Jordan bingung, kenapa ia harus selesai itu melihat Elora dengan laki laki lain? Elora itu seorang pelacur jadi sudah pasti banyak laki laki didalam hidupnya. Tapi kenapa Jordan tetap saja merasa tidak rela?

Jordan menggelengkan kepalanya, ia tidak percaya dengan cinta. Lagi pula jika cinta itu memang ada di dunia, Jordan tidak mungkin jatuh cinta kepada seorang pelacur.

Perhatian Jordan teralihkan kepada ponselnya yang tiba tiba saja berdering, melihat ada panggilan dari Adam justru membuat mood Jordan semakin memburuk sehingga ia memilih untuk mengabaikan panggilan tersebut.

Jordan kembali menoleh sebentar kearah Elora sebelum akhirnya ia memilih pergi dari restoran itu, tetap berada disana sama saja dengan menyiksa dirinya sendiri.

Next Part Preview

"Jangan pura pura bodoh, kau pikir aku tidak tahu kalau kau itu dalang dari semua masalah yang terjadi kepada kami?" Dareen berdecih, ia muak melihat wajah sok tidak bersalah Elora.

"Jangan macam macam dengan ku, kau itu hanya pelacur. Dalam sekejap pun aku bisa membuat mu tidak bisa berkutik lagi, camkan itu."