Chereads / Disastrous Love / Chapter 8 - BAB 7

Chapter 8 - BAB 7

Elora melirik jam tangannya dengan penuh semangat, ini sudah lewat dari jam bubar sekolah. Sudah hampir dua jam Elora menunggu kedatangan Jordan, meski telah menunggu lama Elora sama sekali tidak ada niat untuk pulang dan menyerah saja.

Elora akan tetap menunggu Jordan dengan sepenuh hatinya, mungkin saja Jordan ada urusan yang penting sehingga ia harus memakan waktu yang lama. Elora hanya harus bersabar dan menunggu, hanya itu saja.

Elora tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan seperti ini, Elora akan berjuang sehingga Jordan akan menyadari sebesar apa rasa yang ia miliki untuk laki laki itu.

Jantung Elora berdegup kencang ketika pintu yang menghubungkan atap dengan tangga sekolah itu terbuka, Elora tidak bisa menyembunyikan senyum bahagia nya ketika ia melihat Jordan datang menghampirinya.

Elora seperti ada kupu kupu yang berterbangan disekitarnya, melihat sebuah senyum dibibir Jordan yang terukir untuknya bagaikan sebuah mimpi belaka bagi Elora. Sungguhlah ini semua kenyataan?

"Kau datang?" Elora bertanya malu malu, "Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan dengan ku sehingga kau memintaku untuk kemari?"

Jordan mendekatinya, menangkap kedua pipi Elora sehingga Elora terkejut dan menahan malu dalam saat yang bersamaan, perlakuan manis Jordan seperti ini membuat Elora mau meleleh saja rasanya.

"Kau bilang kau menyukai ku bukan?"

Elora mengangguk sebagai jawaban, tentu saja ia menyukai Jordan.

"Sebesar apa?"

Elora berkedip, ia tidak tahu bagaimana mengukur sebesar apa rasa sukanya kepada Jordan, Elora hanya tahu bahwa ia menyukai Jordan, jantungnya berdegup kencang tiap kali ingat laki laki itu ataupun berada di dekatnya, Elora pun rasanya rela lompat kejurang untuk menyelamatkan Jordan seandainya Jordan dalam bahaya. Sebesar apakah perasaannya itu?

Melihat kediaman Elora, Jordan dengan sengaja melepaskan tangannya dari pipi gadis itu. "Kau tidak tahu kan sebesar apa? Kau memang hanya menyukai tampang ku saja, kau sama sekali tidak benar benar menyukai ku."

Elora menggelengkan kepalanya cepat, ia tidak bermaksud seperti itu. Ia jelas menyukai Jordan, ah bukan.. Elora mencintai Jordan, "Aku benar benar menyukai mu Jordan, aku benar benar menyukai mu.. aku mencintai mu!"

Jordan berdecih, ia melipat tangannya di depan dada. "Buktikan padaku!"

"Buktikan bagaimana? Kau mau aku melompat dari atap ini?" Elora menatap Jordan sendu, ia tidak tahu harus melakukan apa lagi agar laki laki dihadapannya ini mau mempercayainya.

Jordan menggeleng, jari telunjuknya terangkat menunjuk kemeja sekolah yang tengah Elora kenakan. "Buka pakaian mu di depan ku."

Elora menggeleng secara spontan, "Tidak mungkin, aku tidak bisa melakukan itu. Jangan gila Jordan, ini kawasan sekolah. Banyak pasang mata yang bisa melihat dan nama baik mu dan diriku bisa tercoreng."

"Apa yang kau takutkan? Sekolah sudah sepi, lagi pula siapa yang ke atap sekolah di jam seperti ini huh? Tidak ada, jangan memberikan alasan, bilang saja kau tidak mau membuktikannya karena kau menganggap bahwa aku itu tidak terlalu berharga untuk pengorbanan seperti itu kan. Cih, cinta dari mananya!"

Elora menggelengkan kepalanya tidak terima, bagaimana bisa Jordan menyimpulkannya begitu. "Aku sungguh tidak berpura pura Jordan, aku benar benar tulus kepadamu."

Elora ingin meneteskan air mata ketika melihat Jordan membuang muka darinya, seolah tidak mau mendengar penjelasannya. Katakan lah Elora bodoh, dengan mudahnya ia kalah dari Jordan, dengan gemetar ia membuka satu persatu kancing kemeja sekolahnya. Menampilkan tubuhnya yang mengenakan bra berwarna putih gading.

Jordan yang awalnya buang muka kembali memandang Elora, ia kembali melangkah mendekat dan mengangkat dagu Elora dengan jari telunjuknya. "Kau benar benar menyukai ku rupanya, jika kau benar benar menyukai ku maka tidak apa apa kan jika aku melakukan ini?"

Jordan mendekatkan wajahnya, mendaratkan bibirnya tepat dibibir Elora, memberikan lumatan lumayan kecil disana.

Elora ingin menolak, ia tidak ingin dicium dalam kondisi seperti itu, Elora ingin kecupan penuh cinta disela sela kencan yang manis, bukan berciuman diatap sekolah dalam kondisi setengah telanjang seperti ini.

Namun Elora juga tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa ia gembira, gembira bahwa Jordan tidak jijik terhadapnya, bahwa Jordan juga besar kemungkinan memiliki perasaan yang sama terhadapnya.

Elora meringis ketika tangan Jordan dengan nakal merambat meremas dua bukit kembarnya, Elora memberontak mencoba untuk lepas dari paksaan Jordan namun Elora tidak cukup kuat untuk melawan Jordan.

Elora mulai menangis, ia menjerit ketika Jordan mendorongnya hingga terbaring di dinginnya lantai atap sekolah, gelapnya awan malam yang menyambut Elora ketika Elora terbaring dalam kunjungan Jordan.

"Jordan jangan lakukan ini, aku mohon.. aku mencintaimu, aku tidak mau diperlakukan seperti ini."

Jordan hanya mengangguk mendengarkan tangisan Elora, ia mengusap air mata gadis itu dan mengecup kening Elora dengan gerakan lembut, membuat Elora tenang seketika. "Aku juga mencintaimu, kau harus tahu itu.."

Elora terkejut, ia menatap Jordan serius, ia berharap ia tidak salah dengar atau semacamnya. "Kau mencintai ku?"

Jordan mengangguk, "Ya, aku mencintaimu, jadi jangan menolak ku. Jangan tolak diriku, aku hanya ingin bersama mu, di dalam mu, memeluk mu, hanya dirimu."

Perkataan manis Jordan itu bagai menghipnotis Elora, ia mengangguk, kali ini ia tidak melawan ketika Jordan menelanjanginya, memberikan kecupan kecupan basah diselidiki tubuhnya.

Elora bahkan hanya menggigit bibir nya ketika ia merasakan sakit teramat sangat melingkupi dirinya, ketika Jordan berhasil menerobos masuk dirinya tanpa aba aba sedikitpun.

Elora meneteskan air mata tentu saja, namun melihat ekspresi Jordan yang berada diatasnya cukup membuat rasa sakitnya teredam.

Elora melenguh panjang ketika ia merasakan sesuatu membasahi tubuhnya, ia melihat Jordan terengah-engah dan segera bangkit dari posisinya, melepaskan dirinya dari Elora.

Elora awalnya ingin ikut bangkit dan mengambil pakaiannya, namun gerakannya terhenti ketika pintu atap itu kembali terbuka.

Elora gelagapan, ia ketakutan, ia semakin panik ketika melihat teman teman Jordan lah yang datang.

Elora menatap memohon kearah Jordan, berharap Jordan akan mengusir teman temannya atau membantunya untuk mengenakan pakaiannya karena Elora sedang tidak bertenaga saat ini.

"Jordan.."

Jordan menoleh kearahnya, Elora mengulurkan tangannya meminta bantuan Jordan namun Jordan justru berbalik membelakanginya.

"Kalian bisa menggunakan nya sekarang."

Mata Elora terbelalak, ia menggeleng kuat kuat.

Tidak..

Tidak..

Jangan perlakukan aku seperti ini..

Elora tahu ia bodoh karena percaya begitu saja kepada Jordan tapi apakah ia patut mendapatkan hukuman seperti ini hanya karena ia bodoh dan mencintai orang yang salah?