Chereads / Disastrous Love / Chapter 7 - BAB 6

Chapter 7 - BAB 6

-

"Berapa kali aku harus mengatakannya kepada mu untuk berhenti membahas Elora?!" Jordan menatap kesal kearah Julian yang sejak tadi mengoceh tentang Elora kepada teman teman mereka yang lain.

"Kau ini kenapa Kei, memangnya ada masalah jika aku membicarakan Elora? Steven dan Adam ingin mengetahui tentang Elora jadi aku tentu saja harus menjelaskan soal wanita itu kepada merek-"

"Berhenti membahas wanita itu, kenapa juga kau kedengaran seperti terobsesi dengannya, kita bisa bahas wanita lain, jangan dia."

Jordan dan Julian saling menatap, masih tidak mau mengalah satu sama lain, Steven dan Adam yang memang tidak tahu apa apa merasa konyol melihat kedua sahabatnya itu memulai pertengkaran hanya karena seorang pelacur.

"Kau disini yang bersikap aneh Kei, kita biasa membahas wanita, Elora bukan wanita pertama yang kita bahas tapi kenapa kau sensitif sekali ketika kita membahasnya?" Julian menodong Jordan dengan pertanyaannya, ia cukup kesal melihat Jordan yang akhir akhir ini bertingkah aneh, dan terlebih lagi itu semua terjadi tiap kali nama 'Elora' disebut. "Jangan bilang kau ingin memilikinya seorang diri?"

Melihat Jordan yang tidak menjawab dan hanya diam membuat Julian tertawa sinis, "Dia itu pelacur Kei, pekerjaannya memang melayani laki laki kaya, kau tidak bisa memilikinya sendirian, semua laki laki di dunia ini bisa memilikinya asalkan mereka memiliki uang yang banyak untuk membayar."

Jordan mengepalkan tangannya, ia tahu apa yang dikatakan Julian itu benar adanya namun Jordan tetap saja merasa tidak terima akan kenyataan, kenyataan bahwa Elora melayani siapa saja yang bisa memberikannya bayaran besar.

Dareen yang sejak awal hanya dia melihat keributan diantara Jordan dan Julian akhirnya angkat suara, "Kalian bertengkar hanya karena seorang pelacur, banyak wanita di luaran sana bukan hanya Elora saja. Jangan membesar besarkan masalah kecil, jika Elora menjadi pemicu pertengkaran diantara kalian maka lebih baik kalian tidak usah berhubungan dengan wanita itu lagi." Dareen menatap Jordan dan Julian bergantian, "Ku harap kau tidak benar benar jatuh hati dengan wanita murahan itu Kei, ingat.. dia itu ular, jatuh hati kepada wanita sepertinya sama saja dengan bunuh diri."

Jordan berdecih, "Sudah pasti aku tidak jatuh cinta kepadanya, kau tahu sendiri aku bukan tipikal orang yang mudah merasakan hal hal menye seperti itu."

"Ku harap apa yang kau katakan adalah kebenarannya." Dareen mengalihkan fokusnya kepada Julian, "Dan kau Julian, berhentilah berurusan dengan wanita bernama Elora itu, aku punya firasat tidak baik tentangnya. Aku merasa kehadirannya hanya akan membawa masalah kedepannya, banyak wanita di luaran sana, kau bisa bersenang senang bersama mereka hanya saja jauhi Elora."

Julian hanya diam tidak membantah, namun ia diam bukan berarti ia menerima semua nasehat Dareen, bukan berarti Julian akan menuruti semua yang Julian katakan.

Julian tidak akan mungkin melepas sesuatu yang menarik baginya, bertemu dengan Elora bagaikan bertemu dengan harta karun. Sudah lama Julian tidak sesemangat ini dan disaat semuanya sudah berjalan lancar Dareen ingin dirinya berhenti? Tidak akan.

Julian tidak akan mau melepas Elora hanya karena hal sepele seperti itu, lagi pula apa yang harus dikhawatirkan. Ini bukan pertama kalinya Julian berurusan dengan wanita licik.

Dareen menghela nafasnya berat, ia bisa melihat bahwa Jordan dan Julian tidak mengindahkan perkataannya, "Terserah kepada kalian, aku hanya mencoba untuk mengingatkan. Jangan seret aku kepada masalah yang akan kalian timbulkan kedepannya."

Dareen bangkit berdiri, meninggalkan ke empat sahabatnya itu.

Steven dan Adam yang sejak awal hanya menonton pertikaian itu ikut bangkit berdiri. "Maaf, tapi aku sepemikiran dengan Dareen, kurasa apa yang Dareen katakan ada benarnya. Ini pertama kalinya kalian bertengkar hanya karena perempuan, kali ini perempuan itu membuat kalian adu argumen, kedepannya bisa saja wanita itu membuat kalian saling membunuh satu sama lain."

Steven meninggalkan ruangan itu yang di ikuti oleh Adam, entah siapa Elora itu namun berdasarkan dari perkara yang telah mereka dengar wanita itu benar benar berbahaya.

Steven melirik kearah Adam yang berjalan di sampingnya, "Ad, ini perasaan ku saja atau memang nama Elora itu terdengar familiar?"

Adam mengangkat bahunya, "Mungkin itu perasaan mu saja, lagi pula kau dengar sendirian Elora itu seorang pelacur. Mungkin kau pernah mendengar namanya disebutkan oleh orang lain sebelumnya."

Steven agak sedikit ragu namun akhirnya ia mengangguk, bisa saja seperti itu. Bisa saja ia pernah mendengar nama Elora dari salah satu teman minumnya di club' yang mungkin mengenal Elora atau pernah tidur dengan wanita itu.

***

Elora berdecak ketika lagi lagi panggilannya tidak diangkat oleh Maxime, entah ini sudah panggilan yang keberapa namun hasilnya tetap sama, Max tidak menjawab panggilannya.

Elora tidak bodoh, ia jelas jelas tahu apa alasan Maxime bersikap seperti ini. Elora menyadari bahwa Maxime memiliki perasaan istimewa terhadapnya namun Elora tidak bisa mengakui atau bahkan menerima perasaan Maxime.

Max berhak mendapatkan wanita yang lebih baik darinya, laki laki sebaik Max tidak pantas mendapatkan wanita menjijikkan seperti dirinya, Elora ingin Max bahagia.

Elora hanya akan terus menjalani hidupnya yang menyedihkan ini, mungkin ada saatnya dimana Elora akan berhenti, namun bukan saat ini. Elora akan berhenti disaat segala sesuatunya sudah berakhir, dimana semua penjahat yang menghancurkan hidupnya mendapatkan hukuman mereka.

Memikirkan hal itu hanya mengingatkan Elora kepada masalalu, masalalu yang tiap kali teringat olehnya selalu saja menorehkan luka yang sulit sekali disembuhkan.

Flashback.

"Adrie. Berhentilah mengharapkan Jordan, sudah jelas sekali dia tidak tertarik kepadamu, jangan menyakiti dirimu sendiri dengan harapan harapan palsu itu."

Elora mendelik sebal, ia menjitak gemas kepada sahabatnya itu, bagaimana mungkin sahabatnya itu tidak mendukungnya dalam memperjuangkan cintanya yang sudah hampir 3 tahun ini terus bertahan pada orang yang sama.

"Kenapa kau menjitak ku?! Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya, kau tahu sendiri Jordan dan teman temannya itu tidak waras, mereka suka membully siswa lain, bahkan ada rumor bahwa mereka sudah mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras."

Elora semakin menajamkan tatapannya, ia tidak mau mendengar hal hal buruk tentang Jordan, laki laki yang ia sukai.. atau mungkin ia cintai, ntahlah.

"Jangan bicara omong kosong Max!"

Maxime yang sejak tadi duduk disamping Elora itu berdecih, susah sekali rasanya menyadarkan Elora bahwa laki laki yang di idam idamkan nya itu bukanlah orang baik baik.

"Kau ini susah sekali diberi tahu, aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat mereka merokok diatap sekolah!"

Elora tertawa mendengar perkataan Max, "Hei, bukan hanya mereka yang merokok diusia 17 tahun, mayoritas orang yang kutemui sudah merokok diusia itu. Hanya kau laki laki yang ku kenal yang tidak merokok Max."

Max menatap Elora tidak percaya, "Adrie, kau seharusnya bangga memiliki sahabat baik baik seperti ku, bukannya malah mengejek ku seperti ini. Merokok itu merugikan."

Elora menganggukkan kepalanya, "Ya, aku tahu merokok itu merugikan, jika aku berhasil menjadi kekasih Jordan maka aku akan memintanya untuk berhenti melakukan hal itu demi diriku dan kebaikannya."

"Kau berbicara seolah olah dia mau menjadi kekasih mu saja, melirik mu saja dia tidak pernah seingatku."

"Max!!"

***

Katakanlah Elora tidak tahu malu. Kali ini Elora menemui Jordan yang tengah berkumpul dengan teman temannya ditempat parkiran, Elora tidak perduli dianggap wanita tidak tahu malu, Elora hanya ingin memperjuangkan perasaannya, itu saja.

"Oh.. Kei, kekasih mu sudah tiba." salah satu sahabat Jordan, Adam Handerson. Adam bicara dengan nada mengejek, Adam tahu dengan pasti bahwa Jordan benci sekali dengan Elora.

Jordan yang melihat Elora melangkah mendekat, berdecak. Ia muak melihat wanita itu terus saja mencari perhatiannya, mendekatinya terus menerus bagaikan parasit.

"Jordan, kau sudah ingin pulang?" Elora tersenyum manis, ia memandang penuh semangat wajah dingin Jordan.

Jordan menghela nafas berat, ia menoleh kearah Elora. "Bisakah sehari saja kau tidak mengganggu ku, camkan baik baik dipikiran mu, aku tidak akan pernah tertarik pada wanita menyedihkan seperti dirimu."

"Tap-"

"Pergi." Jordan meninggikan suaranya, "Pergi sebelum aku memukul mu, aku tidak memandang kau ini wanita, aku memukul siapapun yang membuatku kesal jadi pergilah!"

Elora melangkah mundur, matanya berkaca kaca karna penolakan Jordan. Ini bukan pertama kalinya Jordan menolaknya namun tetap saja menyakitkan bukan?

Julian yang sejak awal melihat kejadian itu mendekati Jordan, membisikkan sesuatu ketelinga Jordan tanpa dapat didengar oleh orang lain selain mereka berdua.

Selepas Julian membisikkan sesuatu, Jordan nampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya ia mendonggak dan kembali bersuara.

"Hey kau!"

Elora yang sudah melangkah agak menjauh berhenti, ia mendengar suara Jordan, ia berharap orang yang Jordan panggil itu adalah dirinya meski seharusnya Elora sadar diri bahwa mustahil Jordan memanggilnya.

"Hey kau, siapa nama mu, aku lupa. Hey kau, yang katanya suka padaku!"

Elora merasa jantungnya berdegup kencang, ia dengan takut takut berbalik, ia gemetaran ketika beradu pandang dengan Jordan.

"Siapa nama mu?"

Elora merasakan jantungnya berdetak begitu kencang, apakah ini mimpi? Jordan menanyakan namanya?

"Nama ku Elora Adriella, kau bisa memanggilku Adrie."

Jordan menganggukkan kepalanya, ia menyunggingkan senyuman kepada Elora. "Baiklah Adrie, besok datanglah ke atap sekolah. Ada yang ingin ku sampaikan padamu."

Elora mengangguk, ia tidak sanggup berkata apa apa lagi, karena ia baru saja melihat Jordan tersenyum kepadanya. Apakah ini harapan? Elora tidak akan pernah melupakan senyuman itu.

Ia pasti akan datang besok. Pasti.

"Uhm, baiklah aku pulang dahulu."

Sepeninggal Elora, Julian menepuk nepuk bahu Jordan. "Pilihan yang bagus Kei." Julian mengalihkan pandangannya kearah teman temannya yang lain. "Kita akan bersenang senang besok, pastikan kalian punya waktu luang besok, Jordan akan menghibur kita dengan kekasihnya itu."

"Apa maksud mu menghibur?" Steven masih tidak mengerti, ia agak sedikit curiga melihat ekspresi Julian yang mencurigakan.

"Lihat saja besok, kau akan terhibur dan terpuaskan dalam waktu yang bersamaan."

***