Elora menaikkan alisnya ketika seorang pria yang sudah ia kenali siapa datang menghampirinya, dengan gayanya yang menurut Elora terlalu berlebihan, hanya dengan melihat cara laki laki itu berjalan menghampirinya saja Elora sudah tahu bahwa laki laki itu begitu sangat percaya diri dan menganggap semua orang di dunia ini menginginkannya.
"Elora, kan?" laki laki itu duduk tepat disamping Elora setelah mengusir laki laki yang sebelumnya duduk disebelah Elora dengan paksa.
"Ya, siapa?" Tentu saja Elora berpura pura tidak tahu, berpura pura tidak mengenal sosok laki laki yang tengah mengajaknya bicara saat ini, meski sebenarnya Elora tahu dengan pasti dia siapa dan apa yang sudah laki laki itu lakukan kepadanya dimasa lalu.
"Nama ku Julian, lebih tepatnya Julian Smith, senang bisa mengenal mu." Julian mengulurkan tangannya yang mau tak mau Elora jabat, Elora sedikit mengerutkan alisnya ketika Julian meremas tangannya penuh maksud.
"Ku dengar kau punya servis yang menakjubkan, benarkah itu?"
Setelah jabatan tangan mereka terlepas, Julian tak segan langsung bertanya dengan topik yang memang ia incar, Julian tidak suka basa basi.
"Banyak orang bilang seperti itu."
Sudut bibir Julian terangkat, "Berapa yang kau butuhkan untuk semalam?"
Elora merasa ditantang, semakin Julian ingin menidurinya maka Elora akan semakin menguras harta benda miliknya, "Hanya perlu satu mobil mewah yang kau miliki."
Julian tertawa mendengar jawaban Elora, Julian merasa wanita itu pintar sekali. Elora seolah olah memanfaatkan keadaan, Julian merasa Elora seolah tahu bahwa dirinya tengah mati penasaran dan akan memberikan apa saja asalkan rasa penasarannya terbayarkan, kehilangan salah satu mobil mewahnya mungkin tidak masalah bagi Julian.
"Akan ku berikan kau dua mobil sekaligus jika kau bisa membuat ku benar benar terpuaskan, deal?"
Elora mengangguk, ia menerima tawaran dari Julian. Laki laki yang dulu pernah menghancurkannya, entah Elora yang bodoh atau bagaimana, Elora hanya berpikir sambil menyelam minum air tidak ada salahnya bukan?
***
"Shit!" Julian memaki, bagaimana tidak? Elora benar benar diluar dugaannya, Julian tidak pernah membayangkan dirinya akan terikat diatas ranjang kamar hotel.
Biasanya Julian lah yang mengikat wanita namun kali ini justru Julian yang terikat dan bodohnya sebelum ia dalam kondisi seperti ini ia tidak menolak sama sekali, tidak mencoba melawan ketika Elora mendorongnya berbaring keranjang dan mulai mengikatnya dengan tali yang entah dari mana asalnya.
Julian melihat Elora yang memposisikan dirinya diatas Julian, Julian sebenarnya takjub lantaran ia sudah dalam keadaan bergairah dan sudah setengah telanjang hanya menyisakan boxernya berwarna hitamnya saja, tubuh bagian atas Julian juga sudah cukup basah oleh keringat dan juga air liur Elora, jangan tanya mengapa air liur Elora bisa berada disana karna sebelumnya Julian sudah dibuat tak berdaya hanya dengan gerakan lidah sensual Elora ditubuhnya.
Wanita itu benar benar ahli.
Julian tidak bisa menyembunyikan gairahnya ketika ia melihat Elora mulai melucuti pakaiannya sendiri satu persatu hingga wanita itu benar benar telanjang bulat diatasnya.
Julian semakin dibuat tidak karuan ketika Elora mengambil dasi milik Julian, awalnya Julian berpikir Elora akan menutup matanya dengan dasi itu namun lagi lagi Elora bertindak diluar ekspektasi Julian.
Elora justru memakai dasi itu, membuatnya terlihat semakin sensual karna mengenakan dasi disaat tubuhnya tengah telanjang bulat.
"Fuck!" Julian kesal lantaran Elora masih saja bermain main dengannya, "Berhentilah bermain main, cepat lakukan! Akan ku beri kau semua yang kau mau, cepat!!"
Julian sudah tidak sabaran, ia tidak bisa lagi menanti. Persetan jika Elora pada akhirnya akan meminta hal hal yang tidak masuk akal, saat ini yang Julian pikirkan hanya kepuasannya saja.
"Argh!" Julian tanpa malu mengeluarkan desahan ketika tangan Elora menggenggam kebanggaannya, mengarahkannya dan menyatukan tubuh mereka secara perlahan lahan.
Shit.
Julian kehabisan kata kata, ia hanya bisa melihat Elora yang bergerak naik turun diatasnya, Julian bahkan tidak bisa menjaga mulutnya agar tidak terbuka, Julian terlalu terbuai dengan remasan, gerakan dan juga desahan desahan kecil Elora yang entah kenapa terdengar seksi di telinganya.
Bukan kah selama ini Julian lebih suka suara tangisan dibandingkan desahan? Lalu ini kenapa?
Elora benar benar berbahaya, hanya itu yang dapat Julian simpulkan disela sela desahan tertahannya. Elora.. wanita itu.. benar benar berbahaya.
***
Jordan melempar ponselnya ke sembarang arah, ia tidak suka mendengar ocehan ocehan Julian yang terus saja membahas betapa menakjubkannya tidur dengan Elora.
Jordan mengepalkan tangannya erat erat, ia tidak suka melihat ataupun mendengar orang lain menyentuh Elora, terlebih lagi terpuaskan oleh Elora. Jordan merasa seolah olah hanya dirinya lah yang pantas menikmati kemolekan tubuh wanita malam itu.
Jordan juga diliputi rasa geram lantaran Julian membuat teman teman mereka yang lain menjadi ikut penasaran dengan Elora, Jordan ingin sekali memukul Julian saat ini namun ia tidak bisa, bertindak gegabah seperti itu hanya akan membuat Julian semakin tertarik, Jordan tahu benar seperti apa Julian itu.
Julian itu brengsek, ah tidak. Bukan hanya Julian, namun dirinya dan juga teman temannya yang lain pun sama brengseknya. Jordan hanya entah mengapa tidak mau Elora dijadikan korban yang kesekian kalinya oleh teman temannya.
Jordan merasa ada sesuatu yang membuatnya begitu peduli kepada wanita itu, Jordan masih belum bisa menyimpulkan itu perasaan suka, kasihan atau hanya sekedar tertarik karena penasaran saja, Jordan masih harus memahami perasaannya.
"Kei, tampaknya akhir akhir ini kau terlalu sering melamun, apa kau ada masalah dengan keluarga mu?" Dareen yang sejak awal mengamati Jordan tidak mau tinggal diam, Dareen sudah cukup mengamati Jordan dan Dareen rasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu.
"Ferian dan Ibu mu itu tidak memaksa lagi mu untuk pulang kan?" Dareen menatap Jordan serius, pasalnya tiap kali Jordan bertingkah seperti ini yaitu tiap kali Kakak laki laki dan Ibunya memaksanya untuk pulang ke rumah besar keluarga mereka.
Jordan awalnya gelagapan, ia tidak tahu harus menjawab apa namun setelah mendengar Dareen mengait ngaitkan kediamannya dengan Febrian dan Ibunya hanya membuat Jordan menganggukkan kepala.
Sebenarnya ia memang dipaksa pulang namun Jordan tidak perduli dengan hal itu, Jordan tidak akan kembali kerumah itu jika disana ia hanya akan dibanding bandingkan dengan kakaknya yang sangat sempurna itu.
Jordan hanya terlalu memikirkan sosok wanita yang seharusnya tidak Jordan pikirkan, dan Jordan juga tidak mau mengakui kelemahannya, Jordan tidak mau mengakui bahwa ia mendadak murung tidak jelas hanya karena seorang pelacur yang baru muncul dihidupnya, Jordan tidak ingin dijadikan bahan olokan oleh teman temannya.
***
"Kau benar benar sudah hilang akal Elora!" Max benar benar sudah tidak habis pikir, bagaimana bisa Elora setuju untuk tidur bersama dengan Julian, setelah sebelumnya Jordan lalu sekarang Julian? Apakah Elora mau tidur dengan semua laki laki yang telah memperkosanya dulu, begitu?
"Aku semata mata melakukan itu bukan atas maksud aku ingin melakukan sesuatu kepada Julian, aku memang membencinya hanya saja bayaran yang ia tawarkan sangat tinggi, aku tidak bisa menyianyiakan kesempatan emas begitu saja." Elora kelihatan tidak perduli, ia sibuk menengguk jus alpukat nya, Elora bersikap bahwa semalam menghabiskan malam dengan Julian bukanlah hal besar baginya.
Max yang melihat ketidak pedulian Elora merasa semakin kesal saja, "Kalau kau butuh uang kau bisa bilang padaku, kau tidak perlu melakukan pekerjaan seperti itu. Setidaknya berhentilah melakukan itu demi dirimu sendiri."
Max bangkit berdiri meninggalkan Elora, Max kelihatannya sudah mulai kehilangan kesabarannya, Max bertingkah seperti itu semata mata bukan karena Max ingin mengatur hidup Elora, melainkan karna Max sayang terhadap Elora.
Namun Elora selalu saja tidak mau mengerti, entah bagaimana lagi caranya harus menyadarkan wanita itu.
***