***
Jordan memijat pelipisnya, hari ini Jordan merasa sangat tertekan lantaran banyak pekerjaan yang harus diurusnya, belum lagi Ibunya yang tiba tiba datang mengunjunginya dan merengek memaksanya untuk pulang ke rumah.
Jordan tentu saja menolak, Jordan muak kembali kerumah menyebalkan itu, ia tidak pernah bisa tenang disana, Jordan hanya akan dibanding bandingkan dengan kakaknya yang luar biasa itu.
Jordan berakhir dengan memaksa Ibunya itu untuk pulang, mengurus anak cabang perusahaan saja Jordan sudah pusing setengah mati apalagi harus menghadapi rengekan Ibunya itu lebih lama.
"Kau baik baik saja?"
Jordan menggelengkan kepalanya, sebagai jawaban. Jordan benar benar malas untuk melanjutkan pekerjaannya hari ini, rasanya Jordan ingin segera pergi dan menyibukkan dirinya dengan botol botol minumannya.
"Semalam kau sebenarnya menghabiskan malam dengan wanita mana? Biasanya setiap kau melakukan dengan seorang wanita kau pasti akan menelepon dan komplain karna wanita itu tidak bisa benar benar memuaskan mu, aku cukup terkejut karena semalam aku tidak menerima satu panggilan pun dari mu." Julian menegakkan posisi duduknya, menatap Jordan dengan wajah seriusnya. "Siapa sebenarnya wanita itu?"
Jordan menghela nafas, ia cukup kesal lantaran Julian terus saja menanyakan pertanyaan yang sama, "Aku hanya pergi bersama salah satu pelacur di tempat kita biasa berkumpul, hanya saja wanita itu cukup hebat, dia bahkan tidak membuat ku mengeluh sedikitpun. Ku pikir itu karena dia pro."
"Pro? Memangnya siapa wanita itu? Kau sempat menanyakan namanya?" Julian mendadak exited, Julian sama brengseknya dengan teman teman Jordan yang lain, mereka semua player yang suka bermain main dengan tubuh dan hati wanita demi kesenangan mereka sendiri.
"Namanya Elora atau Elira, aku lupa pastinya."
Mendengar jawaban Jordan, Julian menaikan alisnya bertanya tanya, "Jangan bilang Elora yang kau maksud itu adalah Elora yang ku kenal?"
Jordan mengangkat bahunya pertanda ia tidak tahu, "Bisa saja dia orang yang kau kenal juga, dia itu pelacur, banyak laki laki yang mengenalnya."
Julian tertawa mendengar jawaban Jordan, Jordan masih sama dinginnya. "Ah baiklah kalau begitu, siapa tadi namanya? Elora? Bagaimana jika aku meminjamnya malam ini, kau tidak boleh serakah dan bersenang senang sendiri bukan?" Julian tersenyum miring, jelas sudah merencanakan sesuatu dikepalanya itu.
"Gunakan dia semau mu, itu bukan urusan ku, semoga saja dia tidak menolak mu, dia itu wanita yang selektif. Uang menentukan segalanya, jika tawaran mu tidak memuaskan maka wanita itu tidak akan menerimanya."
Julian semakin bersemangat saja, penjelasan kecil Jordan tentang wanita itu hanya membuatnya semakin membayangkan hal hal nakal yang tidak seharusnya ia pikirkan. "Semakin garang perempuan, semakin aku suka."
"Kau gila."
"Kau juga sama gila nya, ah tidak.. kita bertujuh memang gila kan, kalau kita tidak gila kita tidak akan pernah berbagi perempuan, benar begitu bukan?"
***
Elora menatap laki laki dihadapannya itu dengan tatapan menenangkannya,
"Aku akan baik baik saja Max, kau tidak perlu khawatir."
Laki laki yang Elora sebut 'Max' itu berdecak, "Bagaimana bisa aku tidak khawatir? Kau kembali berurusan dengan laki laki yang dahulu menyakitimu, kenapa kau tidak berhenti saja dari pekerjaan mu itu Elora?"
Elora menggelengkan kepalanya tidak setuju, ia menolak untuk menuruti saran dari sahabatnya itu, "Aku tidak akan mundur secepat ini Max, satu satunya cara untuk memberinya pelajaran adalah dengan mempermainkannya sebagai mana ia mempermainkan banyak orang."
Elora mengepalkan tangannya kuat kuat, "Aku akan membuatnya tahu bagaimana rasanya dipermainkan atas nama cinta."
***