Chereads / Disastrous Love / Chapter 3 - BAB 2

Chapter 3 - BAB 2

Orang bilang cinta pertama tidak akan berhasil, banyak orang bilang cinta pertama itu sulit dilupakan.

Elora setuju dengan dua pendapat itu, cinta pertamanya memang tidak berhasil, dan cinta pertamanya juga sulit dilupakan tapi tidak dalam makna yang sama dengan apa yang orang orang pikirkan.

Elora dahulu jatuh hati, kepada seorang laki laki yang memang seharusnya tidak pernah ia harapkan, Elora terlalu congkak dan tidak mau menerima kenyataan bahwa mengharapkan sesosok laki laki seperti cinta pertamanya itu bagaikan mengharapkan memijaki kaki di matahari, mustahil.

Elora tetap berjuang kala itu, meski Elora tahu bahwa sosok cinta pertamanya itu berasal dari kalangan keluarga kaya, tampan, disukai banyak wanita, jangan lupakan sikapnya yang sombong namun semua keburukan laki laki itu seolah padam oleh rasa yang tumbuh di dalam dada Elora.

Elora tidak masalah dihina miskin, Elora tidak masalah ditertawai setiap kali ia terbengong bengong melihat ketampanan si cinta pertamanya, Elora tidak masalah ketika si cinta pertamanya mempermalukannya di depan khalayak ramai, Elora tidak masalah ketika cinta pertamanya menyuruhnya melakukan ini itu, memperalatnya dan semacamnya, semuanya tidak masalah asalkan Elora bisa melihat wajah pangerannya itu.

Namun semuanya berubah, semuanya berubah saat malam mengerikan itu tiba. Malam dimana Elora berteriak sekencang yang ia bisa namun tidak ada yang mendengar, Elora menjerit meminta tolong namun tidak ada satupun orang yang mau mengulurkan tangan membantunya, Elora menangis tersedu sedu namun tidak ada yang menghapus jejak air mata di pipinya.

Yang ada hanya suara erangan erangan para lelaki brengsek itu, bergiliran memakai tubuhnya, tertawa terbahak bahak melihatnya kesakitan, ketakutan, dan kebingungan.

Malam itu, Elora hanya bisa melihat si cinta pertamanya, duduk di ujung sana sembari menghisap rokoknya, mengamati Elora yang tengah digilir oleh teman temannya.

"Hei kau tidak turun?"

Elora terkesiap, ia terkejut tersadar dari lamunannya, dalam hati Elora merutuki dirinya, kenapa juga ia harus mengingat masa lalu yang jelas jelas hanya akan meninggalkan luka dihatinya.

Elora turun dari mobil mewah itu, ia berjalan mengikuti langkah besar Jordan memasuki sebuah hotel mewah yang memang Elora sendiri sudah berkali kali kesabaran dalam rangka melakukan kegiatan yang sama dengan laki laki yang berbeda beda.

Elora masa bodoh ketika resepsionis hotel itu menatapnya dengan tatapan mencemooh, jelas saja resepsionis itu tahu siapa Elora, Elora sudah sering keluar masuk dari hotel itu dengan laki laki yang berbeda beda.

Baru saja mereka akan berjalan memasuki lift, ponsel milik Jordan berdering, Jordan meminta Elora untuk pergi ke kamar dahulu sementara ia mengangkat teleponnya.

Elora hanya menuruti apa yang Jordan katakan, ia menerima kunci kamar tersebut dan masuk kedalam lift. Tak lama lift itu berhenti dilantai yang Elora tuju, Elora sempat terkagum lantaran Jordan memilih kamar president suit yang sudah pasti sangat mahal sekali.

Memang Elora sudah bisa ke hotel ini namun ini pertama kalinya ia memasuki kamar paling mewah di hotel ini, haruskah Elora merasa bersyukur?

Elora melepaskan pakaiannya, ia ingin bergegas mandi dan membersihkan tubuhnya dari aroma alcohol dan juga asap rokok, tidak ada salahnya Elora pikir untuk mandi lebih dahulu sembari menunggu Jordan yang mungkin masih sibuk dengan urusannya sendiri.

***

"Ada apa?" Jordan sama sekali tidak menyapa terlebih dahulu orang yang meneleponnya, ia merasa terganggu.

"Kau tidak pulang malam ini?"

"Berapa kali aku bilang untuk berhenti bertanya apakah aku pulang atau tidak, urusi saja urusan mu!" Jordan berdecak, ia menyesal karena telah mengangkat panggilan dari kakaknya itu.

"Ibu rindu padamu, seharusnya kau pulang meski hanya sebent—"

"Untuk apa dia merindukan ku, sudah ada kau disana. Sudahlah aku malas membahas topik yang sama, jawaban ku akan tetap sama, aku sibuk." Jordan mematikan sambungan telepon begitu saja, ia berdecak lantaran hal itu membuat moodnya hancur, maksud Jordan sebelumnya untuk bersenang senang namun kakaknya justru membuat moodnya memburuk.

Sembari berjalan memasuki lift Jordan berharap wanita malam ini tidak mengecewakannya, Jordan sudah rela mengeluarkan uang banyak hanya untuk satu malam.

Sesampainya Jordan dikamar yang ia dapati adalah suara gemercik air dari kamar mandi, langkah Jordan terhenti ketika melihat bra tergeletak tak berdaya dilantai, Jordan merasa wanita itu sengaja meletakkan bra-nya disana agar Jordan melihatnya dan mulai bersemangat? Mungkin saja.

Jordan melepaskan pakaian yang dikenakannya, hanya mengenakan Calvin Klein nya sembari membuka pintu kamar mandi tersebut, Jordan tidak dalam keadaan sanggup untuk menunggu wanita itu selesai mandi, Jordan tidak punya pilihan lain ia membutuhkannya sekarang.

Jordan ikut masuk dalam derasnya shower, lengan kekarnya dengan telaten memeluk wanita tersebut dari belakang, menekan sesuatu yang sudah menggembung dibawah sana tepat dibokong seksi wanita itu.

"Siapa nama mu tadi?" Jordan berbisik ditelinga wanita itu, tangannya bergerak nakal memberikan pijatan pijatan lembut dikedua bukit kembar itu.

"Uh.. E-Elora.."

Jordan tersenyum miring ketika mendengar wanita yang kini dalam rengkuhannya itu mengerang, aneh.. biasanya Jordan tidak akan perduli dengan wanita yang menjadi partner sex nya itu merasakan kenikmatan atau tidak, Jordan hanya memikirkan kenikmatannya sendiri, namun entah mengapa Jordan merasa bahwa mendengar Elora mendesah kenikmatan juga membawa sensasi tersendiri baginya.

Shit. Mungkin kah ini salah satu alasan mengapa banyak laki laki tergila gila dengan Elora?

Jordan menggeram ketika Elora tiba tiba saja mengusap gundukannya dibawah sana, memberikan efek yang cukup menyakitkan bagi Jordan, ini pertama kalinya ia terlalu excited dengan sentuhan wanita.

Biasanya Jordan selalu ambil alih sendiri, tidak membiarkan wanita manapun menyentuhnya ataupun mengambil alih kendali, Jordan selalu suka menguasai wanita namun entah kenapa malam ini rasanya seolah olah Elora lah yang menguasainya.

Jordan memaki dalam hati, bagaimana bisa dia lemah karena seorang pelacur?

"Kenapa kau diam?"

Nafas Jordan mulai memburu ketika Elora dengan tiba tiba berbalik dan melingkarkan lengannya di leher Jordan, membuat dua gundukan kembar itu menyentuh kulit telanjang Jordan.

"Kenapa kau kaku sekali? Jangan bilang ini pertama kalinya kau melakukan sex?"

Jordan menggeram, ia tidak senang dengan ejekan Elora, seandainya Elora tahu seberapa banyak wanita yang sudah Jordan rusak.

Jordan sudah tidak tahan lagi, ia mengangkat tubuh Elora membawanya keluar dari kamar mandi dan dengan cukup kasar melemparnya ke ranjang.

Jordan mengabaikan tatapan penuh tanda tanya Elora ketika melihatnya tengah melepas boxernya, Jordan mengabaikan jeritan kaget Elora ketika ia menarik Elora mendekat dan melebarkan kaki wanita itu, memposisikan dirinya untuk segera memasuki liang kenikmatan Elora.

Jordan tidak akan melakukan make out atau semacamnya untuk membuat Elora terangsang, sudah cukup, Jordan tidak bisa menunggu lagi.

Jordan tidak bisa menyembunyikan senyum di bibirnya ketika hentakan pertamanya membuat Elora menjerit tak nyaman, namun semakin lama Jordan menghentak Elora justru semakin nakal, tangannya bergerilya membelai dada Jordan dan juga otot otot perutnya dengan gerakan sensual.

Biasanya Jordan akan menghentikan kegiatannya jika wanita yang menjadi partner sex nya menyentuhnya disaat ia tengah berusaha mencapai kenikmatannya sendiri, namun kali ini Jordan seolah tidak mampu untuk berhenti ataupun menepis sentuhan Elora, sentuhan Elora justru menambah semangatnya, membuat Jordan bergerak semakin cepat dan untuk pertama kalinya mengeluarkan desahan.

Jordan memejamkan matanya, ia merasa semakin dekat untuk mencapai puncaknya, perlahan lahan Jordan membuka matanya dan menatap Elora yang berada dibawahnya terhentak hentak, pemandangan dibawahnya begitu sensual, bibir Elora yang terbuka sedikit sembari mengerang nikmat itu membuat Jordan semakin kalang kabut.

Jordan menundukkan kepalanya, dengan perlahan menyatukan bibirnya dengan bibir Elora sebelum akhirnya ia mengerang kencang bersamaan dengan larva hangatnya menyembur dalam dalam di dalam Elora.

Jordan terengah-engah, Jordan merasa dirinya dalam bahaya, dari semua wanita kenapa harus seorang pelacur yang bisa membuatnya merasakan sex senikmat ini?

***

Saat Jordan terbangun Elora sudah tidak ada disisinya, semalam setelah melakukan sex berkali kali Elora tanpa basa basi segera meminta pembayarannya, Jordan hanya memberikannya cek karna Jordan tidak membawa uang tunai saat ini.

Jordan merasa sangat tidak nyaman, ia merasa tidak nyaman lantaran ada sesuatu perasaan aneh yang menggerogotinya, seolah olah ia tidak senang bahwa Elora pergi begitu saja meninggalkannya, seolah olah melakukan sex dengannya adalah hal biasa yang sama sekali tidak istimewa bagi Elora.

Jordan lagi lagi memakinya dirinya dalam hati, kenapa juga ia harus pusing memikirkan seorang pelacur?

Fokus Jordan teralihkan kepada ponselnya yang berdering, ia bangkit dari posisi berbaringnya dan mengambil ponselnya yang berada didalam saku celananya yang tergeletak terabaikan dilantai.

"Ada apa?"

"Kau dimana Kei, ini sudah jam berapa, kau ada meeting hari ini!"

"Shit! Aku melupakan hal itu!"

"Hei memangnya kau menghabiskan malam dengan wanita mana sehingga kau lupa waktu begini? Biasanya kau akan langsung meninggalkan mereka setelah kau puas."

"Lupakan, aku tidak ingin membahasnya."

"Cepatlah datang!"

Jordan berdecak, setelah sambungan telepon terputus Jordan dengan segera menelepon asistennya untuk membawakannya baju ganti.

Sesaat Jordan ingin memasuki kamar mandi fokus Jordan teralihkan kepada celana dalam Elora yang tergeletak tak jauh dari kakinya, melihat itu bagian bawah Jordan kembali mengeras, membayangkan Elora pergi tanpa mengenakan celana dalam membuatnya frustasi sendiri.

Wanita sialan.