"Sekarang Fahd, Wilson dan Toshio cari kartu keluarga Ayu, kartu kematian ayah ibu Ayu beserta pamannya, dan segala persyaratan untuk menikah. Bagaimanapun caranya harus ketemu paling lambat besok! Entah melalui hardcopy dari sekolah Ayu di Bogor atau dari kantor pemerintahan sekitar tempat Ayu tinggal di daerah sini. Maupun softcopynya, kalian pasti mengerti maksudku kan? Aku ingin menikahinya sesegera mungkin." perintah Rashid.
"Wow selamat kawan, tak kusangka kau akan menikah duluan. Dari dulu ku kira kau gay. Sekarang hatiku jadi tenang" komentar Fahd yang bebas berekspresi walaupun dihadapan Wilson karena sebenarnya mereka berteman sejak waktu Rashid dan Fahd kuliah pascasarjana di Amerika Serikat.
"Tenang dari apa?" tanya Rashid dengan tatapan curiga ke arah Fahd.
"Ku kira kau diam - diam suka padaku, secara sejak kecil kita lengket kaya perangko. Hahaha" jawab Fahd dengan becanda.
"Bukankah itu kebalikannya? Kau sudah kuusir tapi kau tak tahu malu masih menempel saja padaku" jawab Rashid dengan nada datar tapi di dalam hatinya ia juga becanda.
"Kau.." kata Fahd yang skak mat mati kutu tak dapat menjawab.
"Selamat tuan Rashid, akhirnya anda mau menikah juga. Tapi apakah tidak anda tunda dulu menikahi nona Ayu setelah anda menikahi pilihan Baginda Raja?" tanya Wilson dengan hati - hati tapi sedikit menasehati karena ia mengetahui peraturan yang berlaku di negri Qatar, walaupun Qatar terlihat modern dan maju tapi pikirannya masih agak konservatif.
"Bukankah ayahku sudah pensiun, dan aku sudah lama keluar dari istana jadi dia tak berhak mengatur hidupku. Kakakku pasti akan mendukungku" jawab Rashid.
"Oh iya, hubungi juga teman - teman Ayu ini dan tanya apakah mereka mau menghadiri pernikahan Ayu? Kalau bersedia, maka segera jemput" perintah Rashid lagi.
"Baik Tuan, akan kami laksanakan" jawab Wilson.
"Pesankan juga gedung akad dan resepsionisnya di hotel Royal Tulip Gunung Geulis Resort and Golf di Ciawi, Bogor. Menurut rekomendasi, hotel ini bagus untuk dijadikan tempat pernikahan. Jadi Fahd, kau jadwalkan pernikahannya esok lusa. Kalau tak bisa, beli saja hotelnya. Sekarang kau segera ke lokasinya sekaligus cari WO yang menangani masalah teknisnya".
"oke" hanya itu jawaban Fahd dengan wajah serius.
"Kalau sudah selesai, kumpulkan bukti transaksi kawin kontrak maupun bukti lainnya lalu persiapkan laporan ke kantor polisi untuk menjebloskan para germo dan penculik Ayu ke penjara" Perintah Rashid dengan raut wajah dingin.
Dalam hati Rashid, ia geram oleh tindakan mereka. Penjara adalah hukuman yang ringan bagi mereka, rasanya ingin ia bunuh semua orang yang telah menyakiti Ayu tapi sudah berjanji hanya akan memenjarakan mereka.
"Kalau begitu cepat kerjakan! Aku ada kencan dengan Ayu" perintah Rashid yang mengusir mereka berdua karena ingin cepat menyiapkan dirinya ke acara belanja yang dianggapnya kencan berikutnya.
"Baik siap laksanakan" jawaban serempak Fahd dan Wilson. Lalu mereka keluar ruang kerja dan berangkat menuju tujuan mereka.
- * * * -
Sewaktu Ayu mempersiapkan makan siang dengan menaruh menunya di meja makan, ia dikagetkan dengan Rashid yang mengenakan kemeja biru tangan panjang yang digulungnya ke siku dan celana jeans biru.
Untuk waktu sesaat, Ayu terpana akan ketampanan Rashid yang terlihat semakin maskulin. Andaikan Rashid memakai topi koboi maka akan pas terlihat bagaikan seorang koboi yang menunggangi kuda liarnya hingga sang kuda tertakluki.
Rashid yang melihat ekspresi Ayu itu yang memperhatikannya secara detail membuat dirinya bangga akan fisik tubuhnya dan pilihan pakaiannya karena mungkin Ayu tak terbiasa melihat pria yang selalu mengenakan baju koko.
Dulu ia berpakaian sesuai apa yang ia mau, tak ada yang melarangnya. Bahkan ayah dan ibu tirinya mencoba mengatur cara berpakaiannya memakai kandura warna putih atau hitam di tiap waktu dan tiap daerah selain Qatar, tapi mereka tak berhasil.
Namun sekarang ia harus mempertimbangkan bagaimana tanggapan orang yang dikasihinya mengenai pakaiannya. Bahkan kalau Ayu menyuruhnya memakai karung goni sekalipun, dengan senang hati ia akan memakainya.
Cinta memang aneh, bisa merubah seseorang menjadi sosok yang diinginkan oleh pujaan hatinya. Bahkan ayahnya dulu seorang raja yang dingin dan selalu mematuhi semua peraturan, dapat melanggar dengan memperistri ibunya. Walaupun beristri lebih dari satu diperbolehkan, tapi status calon istri bagi raja haruslah dari kalangan ningrat atau bangsawan.
Tapi ibunya hanyalah seorang perawat yang berasal dari Indonesia. Ibunya bahkan dijadikan permaisuri menggantikan istri pertamanya yaitu ibu dari kakaknya padahal ibu tirinya masih hidup dan ibu tirinya itu berasal dari kerabat raja Arab Saudi sehingga statusnya adalah bangsawan yang kedudukannya lebih tinggi dari ibunya.
Rashid mempunyai prasangka buruk bahwa ibu tirinya penyebab Ibunya meninggal karena sewaktu ibunya hidup, ibunya telah menggulingkan kekuasaan ibu tiri sebagai permaisuri kerajaan. Walaupun berdasarkan riwayat kesehatan dari dokter kerajaan bahwa ibunya memang lemah sewaktu mengandung adiknya sehingga tak selamat ketika melahirkan.
Makanya sekarang ibu tiriku dendam terhadapku dan adikku sehingga mendidik adikku dengan peraturan yang ketat. Sedangkan terhadapku dengan nada dan pandangan yang dingin, tak sehangat terhadap kakaknya yang memang anak kandungnya.
"Hallo.." ucap Ayu yang melambai lambaikan tangannya didepan mata Rashid yang melamun sehingga tersadar dari lamunannya.
"Maaf, apa katamu?" tanya Rashid.
"Ayo makan siang! hidangan sudah siap" ajak Ayu.
"Baguslah, aku sudah sangat kelaparan. Kayanya sangat enak" jawab Rashid yang arah matanya menatap Ayu, bukannya ke arah makanan. Bahkan duduk pun tetap menatap Ayu.
Rashid yang diam saja duduk menatapnya, dikira Ayu sebagai isyarat minta dilayani, maka diambilnya piring dan disinduknya nasi beserta lauk pauknya berupa semur jengkol dan daging rendangnya beserta lalab rebus daun singkong dan sambel hejo.
Sewaktu makan, Ayu berkomentar "Untuk ukuran orang asing, hebat juga kau kuat makan masakan pedas dan gak alergi dengan makanan ala kampung begini"
"Aku sudah terbiasa dengan pedas karena sudah lebih dari seminggu tinggal disini jadi ususnya sudah beradaptasi. Biasanya sih aku tak masalah makan apapun asalkan halal, tapi bagiku masakan Indonesia terasa enak dan lezat, apalagi makannya ditemani oleh wanita cantik, pasti akan kangen kalau sudah tidak disini lagi" komentar Rashid.
Ayu hanya merona wajahnya tanpa dapat membalas kata - kata Rashid. Sedangkan dalam hati Rashid berkata 'syukurlah aku tak salah berkata - kata'
- * * * -
Setelah selesai makan, Rashid berkata "Oh iya, ayo siap - siap! Sebentar lagi kita belanja"
"Tidak usahlah, bajuku masih banyak dan baru bahkan masih ada yang belum terpakai. Tinggal cuci pakai, pasti tidak akan kekurangan. Lagipula aku jarang ke luar" jawab Ayu yang menolak secara halus.
"Tapi kau kan belum punya kaus dan kemeja, dan kosmetikpun aku tak tahu apa yang biasa dipakai jadi sebelumnya hanya berdasarkan merk pilihan yang banyak wanita pakai" jawab Rashid.
"Kosmetik yang ada sekarang harganya lebih mahal daripada merk yang biasa ku pakai" jawab Ayu.
"Apakah cocok untukmu?" tanya Rashid.
"Cocok sih.." jawab Ayu.
"Baguslah kalau cocok" kata Rashid yang tak paham dengan keluhan Ayu.
"Tapi kan harganya mahal, belum lagi semua pakaian dan perhiasan yang ada, semua terlihat mahal dan aku yang memakainya merasa tak pantas" jawab Ayu.
"Ada harga ada kualitas. Hanya kualitas yang bagus yang cocok dipakai olehmu. Kalau kau mempermasalahkan harga, bagiku itu tak seberapa jadi kau tak usah merasa sungkan. Kalau kau memakainya, aku malah merasa senang. Jadi tak masalah kan?" tanya Rashid.
"Okelah kalau begitu aku akan memakainya tanpa merasa bersalah. Tapi aku tak mau belanja lagi, ini sudah cukup" elak Ayu.
"Sudah jangan banyak kata tapi, turuti saja perkataanku" kata Rashid yang mendorong Ayu dan berhenti di bawah tangga.
"Ada barang yang perlu dibawa?" tanya Rashid.
Ayu teringat dengan tas, tapi setelah dipikir - pikir, apa yang perlu dibawanya? Hp tak punya dan uangpun tak ada, hanya KTP yang dipunyanya dan pastinya KTPnya tak dibutuhkan ketika mereka belanja karena Rashid yang akan membayarnya. Jadi hanya gelengan kepala sebagai jawaban Ayu dengan wajah cemberut.
"Kalau begitu ayo kita langsung saja berangkat!" ajak Rashid yang lanjut mendorong Ayu ke parkiran mobil.
Mereka sudah ditunggu Mat dan Ahmad yang duduk di jok depan mobil. Ayu yang melihat hanya satu mobil tanpa ada mobil satunya lagi, bertanya
"Kemana Fahd dan Toshio?"
"Mereka ada urusan" jawab singkat Rashid.
"Oh.." tanggapan Ayu.
Sewaktu kendaraan belum melaju, Ayu bertanya lagi "Hah Ahmad memangnya bisa menyetir?" Bisik Ayu ditelinga Rashid supaya tak terdengar ke telinga Ahmad, takut tersinggung.
Dibalas Rashid dengan bisikan ke telinga Ayu walaupun tertutup kerudung "Tentu saja bisa. Mengendarai mobil sih sesuatu hal kecil, dia bahkan bisa mengendarai pesawat dan helikopter pribadi. Kalau Mat bisa mengendarai pesawat tempur dan kapal laut hingga kapal selam" jawab Rashid dengan penuh bangga menyombongkan kelebihan pengawal pribadinya.
"Huh sombongnya. Bukan itu maksudku. Itu Ahmad memangnya sudah hapal jalanan di sini?" tanya Ayu.
"Sudah berhari - hari mereka di sini. Ahmad suka berbelanja ke kota Bogor sehingga sudah hapal jalannya. Kalau tak hapalpun, tinggal lewat google map, bereskan" jawab Rashid dengan enteng.
"Jangan sampai kita nyasar ya" ancam Ayu dengan wajah yang pura - pura seram.
Tapi hanya suara Rashid yang tertawa saja sebagai anggapan ancaman Ayu yang dinilainya imut itu.
Tanpa Ayu sadari, duduk mereka berdekatan hingga tiba ke tempat tujuan, akibat dari percakapan mereka yang berbisik itu. Sedangkan Rashid sangat menyadari akan hal itu dan membuatnya senang.